[LN] Yuujin-chara no Ore ga Motemakuru Wakenaidarou? Volume 3 Chapter 20 Bahasa Indonesia

Cinta Pertamaku

Chapter Dua Puluh: Cinta Pertamaku


Meskipun sudah menginjak pedal gas dengan kuat, kami tetap membutuhkan waktu untuk pulang dari rumah ayahku.

Aku menghentikan mobil dan melihat ke arahnya. Dia tertidur nyenyak, dadanya naik turun setiap kali dia menghirup lembut napas. Dia pasti sangat lelah setelah semua yang terjadi, mengingat betapa cepatnya dia tertidur setelah menutup mata. Semuanya terasa begitu tidak nyata. Semua orang di sekitar kami menganggapnya sangat menakutkan. Namun setiap kali aku melihat wajahnya, aku tidak merasa takut—aku malah merasa tertarik. Wajahnya terlihat sangat manis saat dia tidur.

Suatu hari nanti, aku… Aku berharap bisa menjadi istr—tunggu, tidak! Bukan itu maksudku! Aku perlu menenangkan diri dan memikirkannya dengan jernih. M-Maksudku aku ingin menjadi satu-satunya orang yang melihat ekspresi tidurnya yang menggemaskan. Ya, begitulah. Tunggu, maksudku bukan itu juga! Ayo—tarik nafas dalam-dalam dan pikirkan secara rasional.

Setelah beberapa menit berpikir, aku menyadari sesuatu. Aku akhirnya memahami perasaanku.

Aku melihat ke arah sosoknya yang sedang tidur dan tiba-tiba ada sensasi terbakar di dadaku. Aku menekan kedua tanganku ke dada dalam upaya mengurangi rasa sakitnya. Aku tidak bisa lagi menyimpan perasaan ini dalam-dalam! Aku perlu mengungkapkannya dengan lantang!

“Aku mencintaimu…”

Aku sadar betul bahwa dia tidak bisa mendengar apa yang baru saja aku katakan, tapi aku perlu mengatakan ini di depannya. Sejak hari di mana dia membantuku ketika aku mabuk berat, aku menyadari bahwa perasaanku terhadapnya berubah dengan cepat. Aku bahkan tidak bisa mengingat sejak kapan aku mulai merasakan kasih sayang ini, tapi suatu hari hal itu terjadi.

Aku tidak percaya—cinta pertamaku, ternyata adalah salah seorang muridku! Dia selalu ada dalam pikiranku sampai-sampai aku sering merasa seperti anak puber bodoh yang sedang jatuh cinta.

Dia manis, serius, cerdas, tenang, dan seorang pekerja keras. Lalu ada sifatnya yang tidak memendam dendam meskipun seluruh dunia memusuhinya, sifatnya yang mawas diri, keinginannya untuk memperbaiki diri, dan… ya, kurasa aku hanya menyukai semua yang ada di dirinya. Dia selalu ada untukku setiap kali aku membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, dan dia telah membantuku beberapa kali. Aku bisa merasakan betapa dia peduli denganku dari cara dia marah pada orang lain demi diriku. Terlebih lagi, dia berhasil mengungkapkan perasaan sejatiku pada ayahku—sesuatu yang tidak pernah bisa aku lakukan sebelumnya. Dengan adanya dia di sisiku, aku menyadari bahwa aku akan jatuh cinta pada pria mana pun yang mau berbuat sejauh itu untukku… terlepas dari usianya.

Namun, apakah dia akan bersedia untuk menikah dengan seseorang sepertiku?

Ya Tuhan, aku benar-benar mempertimbangkan untuk menikah dengannya! Ayah, siapa saja—tolong kemari dan tamparlah aku untuk menyadarkanku! Wajahku terasa panas sekarang! Aku yakin wajahku memerah semerah mawar saat ini! Oke, Chiaki. Ayo tarik napas dalam-dalam lagi dan tenanglah.

Setelah aku berhasil menenangkan diri, aku melihat ke arahnya lagi.

“Kamu adalah pria terkeren yang pernah aku kenal.”

Pandanganku terfokus pada bibirnya yang memikat, dan jantungku berdegup kencang. Aku sangat ingin menciumnya saat dia masih tertidur. Aku tahu aku tidak seharusnya melakukan hal itu, tapi hanya memikirkan bibirnya saja sudah cukup membuatku melupakan semua masalah yang akan muncul karenanya. Seperti ada kekuatan misterius yang menarikku, kehendak yang lebih kuat daripada kehendakku sendiri. Aku tidak melawan; aku membiarkan keinginan gelapku mengendalikanku. Wajahku mendekati wajahnya, dan aku…

“Tidak boleh.”

Ketika bibir kami hampir bersentuhan, aku berhasil menghentikan diri. Tentu saja bukan berarti keinginanku untuk menciumnya tiba-tiba hilang—aku mungkin akan menjadi wanita paling bahagia di dunia jika aku menciumnya. Hanya saja… Aku tidak tahu apakah dia akan membalas perasaanku. Mungkin rasa sayangku hanya bertepuk sebelah tangan, dan aku hanya akan mencuri ciuman pertama yang dia simpan untuk seseorang yang dia sukai.

Pada akhirnya, aku memutuskan bahwa akan lebih baik untuk memberi tahunya perasaanku dulu. Sayangnya, aku belum terlalu berhasil dalam hal itu. Dan—ini agak memalukan untuk diakui—tapi aku lebih suka jika dia yang memulai duluan.

Aku akan mencoba menghindari melihat bibirnya.

“Setidaknya, ini seharusnya tidak apa-apa…” bisikku pada diri sendiri ketika aku mendekati wajahnya dan mencium keningnya.


Akhirnya, dia membuka matanya. Itu benar-benar membuatku terkejut, tapi aku segera mengalihkan pandangan dan berpura-pura tenang. Aku tidak ingin dia curiga bahwa aku telah mengawasinya tidur sepanjang waktu.

“Apakah kita baru saja sampai?” gumamnya, masih setengah tertidur.

“Oh, um! Y-Ya! Ya, kita baru sampai! Sebenarnya aku hendak membangunkanmu, tapi kamu terbangun begitu tiba-tiba sehingga aku terkejut! Ya! Ngomong-ngomong, aku akan mengantarmu pulang. Pimpin jalannya!”

Aku membuat alasan terburuk yang pernah ada dalam situasi ini. Dia tidak terlihat mencurigai apa pun, itu sudah lebih dari cukup bagiku.

Dia dengan cepat keluar dari mobil. Setelah kami berpamitan, dia berbalik dan bersiap untuk pulang ke rumahnya. Aku ingin kami bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama, tapi aku khawatir jika kami melakukan itu, aku mungkin akan mati karena malu.

Tapi saat aku menyentuh bibirku, aku teringat bagaimana dia mengucapkan selamat tinggal padaku barusan. Aku…

“Kenapa wajah Anda semerah itu? Apakah Anda baik-baik saja?” tanyanya padaku, menatap ke dalam mobil dengan ekspresi khawatir.

Ya Tuhan, apakah dia menyadari betapa merahnya wajahku karena lampu jalan? Jangan lihat! Aku tidak boleh membiarkan dia melihatku seperti ini!

“Saya rasa Anda sangat lelah setelah semua yang terjadi. Anda tidak memaksakan diri, kan?”

“T-Tentu saja tidak. Aku menghargai perhatianmu, tapi kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku sudah tahu alasan atas ini.”

Dia masih tidak tahu bagaimana perasaanku, tapi kekhawatirannya yang tulus membuat hatiku berdegup kencang dan dadaku terasa sesak lagi. Meskipun aku sangat ingin mengungkapkan perasaanku dan aku merasa jahat karena menyembunyikan rahasia ini darinya, aku tahu bahwa memberitahunya akan menimbulkan masalah bagi kami berdua.

“Ngomong-ngomong, saya akan pulang sekarang. Anda juga berhati-hatilah saat pulang, Sensei,” katanya. Setelah mengatakan itu, akhirnya dia berbalik dan mulai berjalan pergi.

Aku seharusnya memberitahunya… tunggu, haruskah aku? Aku tidak tahu!

“Tunggu! Hei, Tomoki-kun, aku akan terus mengandalkanmu sesekali, jadi…”

Dia adalah cinta pertamaku. Aku ingin dia memanjakanku, mendengarkan semua yang ingin aku katakan, dan menemaniku. Aku ingin mengungkapkan perasaanku dan ingin dia membalas perasaanku! Kenapa aku tidak bisa memberitahunya?!

“Dan saya akan ada untuk Anda. Kenapa Anda mengungkitnya sekarang?”

Mungkin dia tidak memahami apa yang aku maksud, karena dia tampak sedikit bingung. Baiklah, aku akan memberitahunya dengan sejelas mungkin bahwa aku mencintainya! T-tapi aku… ketika aku menatap matanya, tiba-tiba ada sesuatu yang membuatku sadar—dia memiliki kepercayaan penuh padaku. Itu sesuatu yang bisa kurasakan dalam-dalam, dan aku goyah sekali lagi karena itu.

“Apa yang ingin aku katakan adalah bahwa jika kamu membutuhkan bantuanku juga, aku ingin kamu datang meminta nasihat padaku. Oke?”

Aku adalah orang dewasa, dan juga gurunya. Dia hanya seorang anak-anak dibandingkan denganku! Memberitahunya bahwa aku memiliki perasaan padanya merupakan hal yang salah dalam banyak hal… tapi aku sangat ingin mengungkapkan perasaanku! Aku perlu melakukannya, harus! Pikiran orang dewasa bertanggung jawab dalam diriku, yang disebut “Makiri-sensei,” pada dasarnya meneriakkan betapa buruknya ide itu. Dia menghormati dan mengagumiku. Aku adalah orang dewasa pertama yang bisa dia andalkan dan percayai sepenuhnya.

Namun, saat aku memikirkan soal itu, aku rasa aku bukanlah pengecualian istimewa. Itu bisa siapa saja. Guru lain dalam posisiku akan memenangkan kepercayaannya jika mereka melakukan apa yang aku lakukan. Aku hanya berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat dalam situasi ini—hanya itu.

Terlepas dari itu, akulah yang dia pilih—siapa sangka, akulah yang dia percayai! Tidak ada yang membuatku lebih bahagia daripada mendengarnya mengatakan bahwa aku adalah guru yang paling dia banggakan. Dan karena itulah aku tidak bisa menghancurkan ikatan yang telah kami bangun. Jika aku mengungkapkan perasaanku, aku akan membuang semua yang telah kami bangun sampai sekarang! Aku harus tetap menjadi cahaya pemandu baginya, panutannya, gurunya—tidak lebih dari itu.

Pengakuanku hanya akan membuatnya bingung dan menyebabkan masalah yang tidak diinginkan untuknya. Aku juga lebih suka menghindari kemungkinan dia menolakku, karena aku ragu dia akan bersedia menjalin hubungan dengan seseorang sepertiku. Karena sesungguhnya aku adalah biang masalah.

“Tentu. Lagian saya sudah melakukan itu selama setahun terakhir, jadi…”

Pada akhirnya, hal itu berarti bahwa aku harus kembali menyembunyikan perasaanku, seperti yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini dengan ayahku. Aku tidak ingin itu.

“Um, sebenarnya, Tomoki-kun… Ada satu hal terakhir yang ingin aku tanyakan sebelum kamu pergi—jika kamu menemukan pacar sungguhan, apakah perbedaan usia akan menjadi masalah besar bagimu? Sebenarnya, apakah kamu lebih suka jika dia lebih tua atau lebih muda darimu?”

“Eh, kenapa Anda tiba-tiba menanyakan itu?” tanya dia, bingung. Aku juga akan merasa aneh jika seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan seperti ini.

“Aku hanya penasaran,” jawabku.

“Apa maksud Anda dengan itu?”

Haah. Terkadang kamu agak lemot…”

Ini agak memalukan. Aku tahu bahwa wajahku pasti terlihat sangat merah sekarang, tapi kupikir aku harus mengatakannya secara langsung. Jika tidak, mungkin dia tidak akan pernah mengerti.

“Karena ayahku telah menyingkirkan pikirannya untuk menjodohkanku, artinya aku bebas untuk mengejar cinta sejatiku. A-Aku bertanya-tanya jika—jika pada akhirnya aku tidak menemukan siapapun—apakah kamu bersedia bertanggung jawab. Apakah kamu mengerti maksudku?”

Tomoki terdengar menelan ludah dan tercengang melihatku. Dia terlihat terkejut dan gugup. Setelah beberapa detik ragu, dia menggaruk belakang kepalanya dan bergumam, “Membuatku terjepit seperti itu. Yah, uh, mengesampingkan apakah itu akan terjadi atau tidak, saya ragu ada orang secantik Anda yang akan mengalami kesulitan mendapatkan pria. Hentikan saja minum-minum Anda yang terlalu banyak, dan saya yakin banyak pria yang akan tertarik pada Anda. Maksud saya, uh… Saya tidak keberatan melakukannya, tapi tetap saja…”

Melihatnya kesulitan untuk mengungkapkan pendapatnya membuatku sedikit tertawa.

“Tolong jangan mengolok-olok saya. Ayolah,” protesnya.

“Maaf. Bagaimanapun juga, aku sangat berharap bahwa siapa pun yang menyukaiku siap menerima kekuranganku juga,” jawabku.

“Saya rasa itu benar, tapi tidak akan mudah untuk menemukan seseorang yang sesempurna itu.”

“Iya, kan? Itulah sebabnya aku menanyakan seleramu. Dengan begitu, aku tahu dari mana harus memulai.”

“Oh, begitu ya,” katanya sambil memaksakan senyum.

Sepertinya ini sudah cukup untuk hari ini.

“Aku akan pulang sekarang. Tidak perlu menjawabku. Berhati-hatilah dalam perjalanan pulang, Tomoki-kun.”

“Anda juga, Makiri-sensei.”

Meskipun Tomoki sudah cukup jauh dariku, jantungku masih berdegup dengan kencang—tidak, bahkan lebih kencang—daripada sebelumnya. Saatnya bernapas dalam-dalam lagi untuk mendapatkan kembali ketenanganku.

Jadi, kesimpulannya, bagaimana perasaanku terhadap Tomoki? Meskipun aku bahagia dia melihatku sebagai “Makiri-sensei”—satu-satunya guru yang dia hormati dan percayai—aku juga ingin dia melihatku sebagai “Chiaki Makiri”—wanita yang mencintainya.

Jika aku tahu bagaimana perasaannya terhadapku secara romantis, dan jika dia bersedia untuk menjalin suatu hubungan, aku tidak akan ragu untuk mengungkapkan perasaanku. Itulah yang ingin aku pastikan ke depannya. Namun, bagaimana caranya agar aku dapat mencapai hal itu? Sumpah, terkadang aku menyulitkan diri sendiri dengan tantangan yang paling bodoh dan sulit. Bagaimana mungkin aku bisa terus menjadi “gurunya” dan “pasangan hidupnya” pada saat yang bersamaan?

Haaah. Aku hanya biang masalah bagi seseorang. Yah… Kurasa hati menginginkan apa yang diinginkannya.



Yuujin-chara no Ore ga Motemakuru Wakenaidarou? Bahasa Indonesia [LN]

Yuujin-chara no Ore ga Motemakuru Wakenaidarou? Bahasa Indonesia [LN]

There’s no way a side character like me could be popular, right?
Score 9.1
Status: Ongoing Type: Author: Artist: , Released: 2018 Native Language: Jepang
“Karena aku sangat mencintaimu, Senpai!” Namaku Tomoki Yuuji, siswa SMA kelas dua. Aku bisa mengatakan bahwa aku adalah seorang siswa yang cukup normal, kecuali fakta bahwa semua orang menghindariku seperti wabah karena aku terlihat seperti haus darah. Ike Haruma adalah satu-satunya yang tidak menjauhiku. Dia tipikal ‘pria sempurna’ dalam segala hal; protagonis tanpa cacat yang biasa kau lihat di setiap cerita. Kehidupan di sekolah terus berjalan seperti biasa… sampai suatu hari, adik perempuan Haruma yang super populer itu menyatakan cinta padaku tiba-tiba?! Meskipun dia kemudian mengklarifikasi bahwa perasaannya terhadapku sama sekali tidak romantis dan dia memiliki motif tersembunyi, au akhirnya menerima peran baruku sebagai ‘pacar palsu’ sebagai bantuan untuk Haruma. Percaya atau tidak, saat aku mulai berkencan dengannya, teman masa kecil Haruma yang seperti idol dan guruku yang super cantik ikut terlibat denganku juga! Tunggu sebentar. Ini tidak mungkin skenario rom-com impian yang diatur sendiri untukku, kan?! Maksudku, tidak mungkin karakter sampingan sepertiku bisa menjadi populer, kan?  

Comment

Options

not work with dark mode
Reset