[LN] Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Volume 1 Chapter 4.3 Bahasa Indonesia

Bertarung dengan Istri Game Online Adik Perempuanku (Bagian Akhir)

Babak 4: Bertarung dengan Istri Game Online Adik Perempuanku

3


Setelah menikmati net cafe sepenuhnya, aku mengantar Momoi naik taksi, dan langsung pulang.

“Aku pulang.”

Saat aku sampai di rumah dan menaiki tangga, Kotomi mengintip ke luar dari kamarnya. Dia sepertinya berada di rumah sepanjang waktu, masih mengenakan piyama.

“Selamat datang kembali. Bagaimana pertemuan luring-nya? Apakah berjalan dengan baik?”

“Itu sangat menyenangkan.”

Aku sangat khawatir kemarin, tapi dibandingkan dua pertemuan sebelumnya, pertemuan luring hari ini adalah yang paling menyenangkan. Aku tidak berencana menonton anime sebanyak 200 episode, tapi aku tidak keberatan memainkan Ulbat versi game-nya lagi.

“Ini dia.”

Aku menyerahkan ransel berisi konsol game kepada Kotomi. Dengan itu, misi hari ini selesai. Ditambah dengan fakta bahwa aku telah mengembalikan ranselnya, aku merasa beban di pundakku telah terangkat. Aku sebaiknya segera mandi dan menghilangkan rasa penat ini.

“Oh, ngomong-ngomong, Ayah dan Ibu pergi ke rumah Nenek, jadi mereka akan pulang malam.”

“Oke.”

Aku tidak punya tenaga untuk memasak, jadi mungkin aku akan membuat ramen saja setelah mandi, lalu aku akan tidur lebih awal.

Setelah pergi ke kamar untuk mengambil piyama, aku menuju ke kamar mandi. Sambil menunggu bak madi terisi air panas, aku memutuskan untuk bersantai di ruang tamu. Saat aku duduk di sofa, rasa kantuk perlahan menyelimutiku.

“Kakak terlihat ngantuk.”

Tepat saat aku hendak tertidur, suara Kotomi tiba-tiba menarik kembali kesadaranku yang mulai memudar.

“Iya, begadang semalaman main game memang melelahkan.”

“Kalau begitu, aku akan memberi kakak bantal paha.”

Saran tak terduga itu membuat rasa kantukku berkurang.

“Kenapa bantal paha?”

“Karena kakak terlihat sangat mengantuk. Aku akan membangunkanmu ketika bak mandinya sudah siap, jadi kakak bisa tidur sampai waktu itu.”

“Kalau begitu, biarkan aku tidur seperti ini saja.”

“Kakak tidak perlu sungkan-sungkan…”

“Ini bukan soal sungkan.”

Kita sudah SMA, tahu? Di usia segini, rasanya memalukan jika aku tidur di pangkuan adik perempuanku. Itu juga akan membuatku sulit untuk tidur.

“Kalau begitu, um… Nah iya! Aku akan memasakkanmu makan malam hari ini!”

“Tidak usah. Kamu tidak perlu repot-repot.”

Bukannya aku menolak karena Kotomi tidak bisa memasak. Meskipun dia tidak terlalu ahli, dia bisa membuat masakan sederhana sepertiku—Mungkin karena kami kembar atau besar di rumah yang sama, selera rasa kami sangat mirip.

Meski begitu, aku sangat lelah hari ini. Aku ingin makan dengan cepat dan langsung tidur. Aku tidak ingin membuang waktu menunggu makanan.

“Kalau begitu, bagaimana kalau membersihkan telinga? Aku akan melakukannya untuk kakak!”

“Tidak apa-apa. Aku bisa membersihkan telingaku sendiri.”

Saat aku mengatakan itu, aku mendengar suara air terisi, menandakan bahwa bak mandi sudah siap.

Aku meninggalkan Kotomi yang kecewa di ruang tamu dan pergi ke kamar mandi sendirian, sembari bertanya-tanya apakah dia sebegitunya ingin membersihkan telingaku. Setelah aku keramas dengan cepat dan hendak membasuh tubuhku—

“Haru-nii, biarkan aku membasuh punggungmu!”

Ada suara yang memanggilku dari balik pintu kamar mandi.

Entah itu bantal paha, memasak, atau membersihkan telinga, dia entah kenapa sangat ingin melayaniku hari ini. Apakah dia baru saja menonton anime tentang pelayan atau semacamnya? Saat ini memang sudah tidak terlalu parah, tapi dulu dia sangat mudah terpengaruh oleh anime.

Dulu dia akan menunjukkan padaku ilustrasi ksatria, membuatku membaca novel di mana dia aktif di dunia lain, atau bahkan berinteraksi denganku sebagai Penyihir Bayang Kegelapan. Jika aku menyebutkan hal itu, dia akan memerah dan berteriak, “Uwaaaaaaa!” Bisa jadi pelayanannya hari ini akan menjadi salah satu entri dalam daftar kenangan kelamnya.

Kurasa begitu. Tidak, meskipun bukan begitu, aku lebih suka dia tidak membasuh punggungku. Karena itu sungguh memalukan.

“Tidak apa-apa. Kita sudah SMA sekarang.”

“Jangan khawatir. Aku memakai pakaian renang.”

“Akulah yang telanjang bulat, tau.”

“Aku juga membawa celana renang Haru-nii. Lihat.”

Celana renang pria menempel di kaca buram pintu.

“Kenapa kamu sampai sebegitunya…”

“Karena… aku bermimpi.”

“Mimpi?”

“Ya. Aku bermimpi Haru-nii membenciku. Akhir-akhir ini aku merepotkan Haru-nii, jadi…”

Ah, dia khawatir soal pertemuan luring.

Pada awalnya, aku merasa kesal karena dia memaksakan masalah yang menyusahkan padaku, tapi sekarang aku sudah tidak terlalu marah lagi. Memang sulit karena aku harus mempelajari pengetahuan soal otaku agar tidak ketahuan sebagai pengganti, tapi aku tidak keberatan bersenang-senang dengan Momoi. Jadi, dia seharusnya tidak perlu berusaha menyenangkan kakaknya…

“Sinikan celana renangnya.”

Kotomi khawatir aku akan membencinya. Sebagai seorang kakak, aku ingin menghilangkan kekhawatiran adikku. Jika tidak, adikku yang sudah suram akan menjadi lebih suram di rumah.

Pintu terbuka sedikit dan celana renang dilempar ke arahku. Dan aku pun langsung memakainya.

“Bolehkah aku masuk sekarang?”

“Oke,” seruku, dan pintu terbuka dengan takut-takut.

Kotomi mengenakan pakaian renang sekolah. Pelajaran renang sudah dimulai minggu ini, namun sekolah memisahkan jalur antara putra dan putri.

Terlebih lagi, di bawah pengawasan guru, aku tidak bisa menatap para gadis—Momoi adalah satu-satunya yang mencolok, jadi aku melihatnya sekilas, tapi aku tidak dapat menemukan Takase atau Kotomi.

Jika adikku bisa memperbaiki postur tubuhnya yang bungkuk, dia akan dapat tumbuh menyaingi Momoi. Saat aku melihat Kotomi mengenakan pakaian renang untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku tidak merasakan emosi apa pun, tapi jika laki-laki lain melihatnya, kesan mereka terhadap Kotomi kemungkinan besar akan berubah.

“Bolehkah aku membasuh punggungmu sekarang?”

“Silakan.”

Kotomi menyabuni handuk dan mulai menggosok punggungku.

Aku belum pernah mandi dengan adikku sejak kelas 3. Aku tidak pernah mengira akan mandi dengan adikku di usia segini… Rasanya canggung kalau terus diam seperti ini, aku harus mengatakan sesuatu.

“Apakah kakak memainkan Ulbat dengan baik?”

Saat aku sedang mencari topik pembicaraan, Kotomi mulai membuka percakapan.

“Aku memenangkan semua pertandingan kecuali yang pertama.”

“Oh, benarkah? Mahorin menang sekali, ya. Apakah dia hebat?”

“Daripada dibilang hebat, dia lebih seperti tipe orang yang tubuhnya bergerak kesana kemari saat main. Konsentrasiku terganggu, jadi aku kalah.”

“Ah, Mahorin memang pernah menyebutkan itu. Dia bilang tubuhnya ikut bergerak. Aku tidak tahu apakah karena itu, tapi sepertinya dia tidak terlalu menyukai game aksi.”



“Dia menyukai game slow life, kan?”

“Ya. Oh, ngomong-ngomong, apakah kakak meminjam ‘Putri Pendeta dari Pohon Dunia’?”

“Itu ada di ransel yang kuberikan padamu tadi. Kamu bisa memainkannya duluan.”

“Apakah Haru-nii akan memainkannya juga?”

“Tentu saja. Jika dia meminta pendapatku saat aku mengembalikannya dan aku tidak bisa jawab, itu akan terlihat mencurigakan, kan?”

“Begitu, ya. Aku harus meminta Haru-nii untuk mengembalikannya juga… Maaf, Haru-nii.”

“Tidak apa. Aku tidak ingin harus begadang semalamam menonton anime lagi, tapi aku tidak keberatan kalau hanya sekedar bertemu dengannya. Malahan, itu sebenarnya menyenangkan.”

“Apakah itu berarti Haru-nii sudah menjadi otaku juga?”

“Tidak juga. Mahorin adalah orang yang baik, jadi bersamanya ternyata menyenangkan.”

“Benar!” kata Kotomi tiba-tiba, terlihat bangga. Wajahnya yang terpantul di cermin tersenyum bahagia. “Mahorin orangnya baik sekali! Dia bilang dia suka anime yang aku suka, mengapresiasi analisisku, dan terus mengobrol tentang anime denganku hingga larut malam! Bukan karena terpaksa, tapi karena dia senang mengobrol denganku.”

“Kamu sangat menyukai Mahorin, ya?”

“Ya! Aku sangat menyukainya! Karena dia adalah satu-satunya temanku!”

“Lalu, bagaimana kalau bertemu langsung dengannya?”

Wajah Kotomi yang terpantul di cermin tiba-tiba menjadi suram.

“Aku tidak bisa…”

“Apakah karena kamu gugup untuk berbicara tatap muka?”

“Ya… Selain itu, setelah semua ini, aku tidak bisa tiba-tiba langsung berkata, ‘Akulah ShikkokuYasha’…”

“Yah, aku tidak memintamu untuk langsung mengungkapkan identitas aslimu. Jika kamu tidak masalah, aku bisa terus menjadi penggantimu.”

“Tapi… apakah kakak tidak keberatan?”

“Sudah kubilang, kan? Menyenangkan rasanya bermain dengan Mahorin. Meski aku bukan otaku sepertimu, aku tetap menganggapnya menyenangkan. Kotomi, kamu mungkin akan lebih menikmatinya. Aku yakin Mahorin akan lebih menikmati menghabiskan waktu bersamamu dibandingkan denganku.”

Kotomi menunduk dengan memasang ekspresi gelisah.

Yah, sudah kuduga dia tidak bisa memberikan jawaban langsung. Jika Kotomi bisa bertemu langsung dengannya, dia tidak akan memintaku menjadi penggantinya sejak awal. Dia pasti sudah tahu sejak awal bahwa menghabiskan waktu bersama Mahorin itu menyenangkan. Dia tahu itu, tapi dia gugup dan ragu untuk bertemu langsung.

Namun, ada perbedaan yang jelas dibandingkan saat pertama kali dia memintaku menjadi penggantinya.

“Aku tidak memintamu untuk menemuinya sendirian. Aku akan menemuinya bersamamu.”

Berbeda dengan saat itu, sekarang aku bisa menjadi penengah mereka.

Selama bukan hanya berdua saja, Kotomi seharusnya bisa bertemu.

“Awalnya, tidak apa-apa kalau kamu hanya merespon dengan mengangguk saja. Bicaralah ketika kamu ingin bicara.”

“Tapi… bukankah Mahorin akan tidak senang kalau aku ikut tapi tidak banyak bicara?”

“Tidak akan. Sejujurnya, setelah menyampaikan kepribadian Kotomi padanya, Mahorin bilang dia ingin berteman denganmu jika memungkinkan.”

“Jadi, kakak sudah memperkenalkanku?”

“Yah, kurang lebih begitu…”

Kotomi menjadi lebih positif menghadapi pertemuan luring. Jika dia bertemu Mahorin, dia akan menyadari bahwa identitas asli Mahorin adalah Momoi. Akan lebih baik kalau aku memberitahukannya terlebih dahulu daripada bertemu tanpa mengetahui apa pun.

Masalahnya adalah, mengetahui identitas asli Mahorin mungkin bisa membuat Kotomi merasa canggung saat chatting-an.

Meskipun niatku baik, ada kemungkinan itu akan merampas tempat dukungan emosional adikku. Tapi… jika Kotomi bisa melewati ini, maka dia akan mendapatkan teman sejati.

Momoi adalah orang yang baik. Jika mereka dapat bertemu dan mengobrol, mereka pasti akan menjadi teman.

“Kotomi, apakah kamu tidak akan membenci Mahorin tidak peduli siapa dia?”

“Tidak akan, karena Mahorin adalah temanku.”

Dia langsung menjawab. Itu saja sudah menunjukkan betapa berharganya Mahorin baginya. Jika tidak ada kebohongan dalam perkataannya, dia seharusnya bisa menerima Mahorin bahkan setelah mengetahui identitas aslinya.

“Sejujurnya, Mahorin adalah Momoi.”

Begitu aku mengaku, mata Kotomi membelalak. Lambat laun, riak kegelisahan menyebar di wajahnya.

“M-Mahorin adalah… Momoi-san?”

“Ya.”

“Momoi-san yang itu?”

“Ya, Momoi-san yang itu.”

Hanya ada satu “Momoi-san” di dunia ini yang bisa membuat Kotomi terguncang.

Kotomi yang kebingungan tiba-tiba membelalakkan matanya.

“B-Begitu, ya. Jadi, itu sebabnya Momoi-san datang ke rumah kita tempo hari…”

“Itu benar. Aku tahu aku terdengar memaksa, tapi Momoi benar-benar orang yang baik. Aku bahkan tidak perlu memberitahumu itu. Kotomi sendiri yang paling paham, kan? Jika kalian bisa akrab di chat, kalian juga pasti bisa akrab saat bertemu langsung. Yang perlu Kotomi lakukan hanyalah mengumpulkan keberanian.”

“T-Tapi…”

Mata Kotomi bergetar tidak percaya diri.

“Momoi-san itu cantik, ceria, punya banyak teman, fasih berbahasa Inggris, atletis, dan populer di kalangan cowok… Dia hidup di dunia yang benar-benar berbeda dari perempuan biasa dan suram sepertiku…”

“Hidup di dunia yang berbeda? Menurutku itu tidak benar sama sekali.”

“Kenapa kakak bisa begitu yakin?”

“Yah, ayolah, meski kamu bilang kalian hidup di dunia yang berbeda, bukankah kamu dan Momoi telah hidup bersama di dunia ‘Life of Farmer’ sebagai pasangan suami istri selama dua tahun? Aku rasa dua tahun kebersamaan kalian telah menceritakan betapa sangat cocoknya kalian berdua.”

“Aku dan Momoi-san sangat cocok…” gumam Kotomi sambil menunduk.

Ketika dia mengangkat wajahnya setelah beberapa saat, matanya dipenuhi dengan kilauan penuh tekad.

“Aku… Aku akan mencoba bertemu dengan Momoi-san.”

“Benarkah?!”

“Ya. Karena aku sangat ingin pergi ke kafe kolaborasi, menyanyikan lagu anime, dan bahkan bermain Ulbat juga. Aku ingin menonton anime bersama dan membicarakan kesan kami.”

“Ya. Jika kalian menjadi teman, silakan bersenang-senanglah sepuasnya!”

Syukurlah. Kotomi mengumpulkan keberanian untuk melakukannya.

Meskipun bertemu langsung membuatnya merasa gugup, tapi tidak diragukan lagi bahwa dia telah mengambil satu langkah besar.

Akan sangat bagus jika mereka bisa menjadi teman hanya setelah satu pertemuan, tapi aku akan tetap senang jika dia bisa mengurangi rasa canggungnya terhadap Momoi meski hanya sedikit.

“Jadi… kapan kita akan bertemu dengannya?”

“Besok.”

“Besok!? I-Itu cukup mendadak…”

“Yah, begitulah. Besok aku akan pergi ke taman hiburan bersama Momoi.”

Momoi bilang tidak perlu terburu-buru, tapi musim hujan akan segera tiba. Akhir pekan mendatang diperkirakan akan turun hujan, dan aku tidak tahu akan seperti apa cuaca di minggu berikutnya. Selain itu, ada ujian akhir setelah itu.

Terlebih lagi, suhu terus meningkat dari hari ke hari. Namun besok diperkirakan cerah, dan suhu tidak akan terlalu tinggi. Besok adalah waktu terbaik untuk pergi ke taman hiburan.

“Tapi, kenapa taman hiburan? Kalian akan ke taman hiburan Special Land di dekat sini, kan? Apakah ada kolaborasi anime di sana?”

“Dia tidak bilang apa-apa soal kolaborasi anime.”

“Jadi, dia hanya ingin bermain di taman hiburan…?”

“Apakah barusan kamu berpikir dia bersikap kekanak-kanakan?”

“Tidak kekanak-kanakan, hanya saja… itu berbeda dari gambaranku tentang Momoi-san.”

Aku terkekeh mendengar pendapat polos Kotomi.

“Menurutmu juga begitu, kan? Tapi, Momoi tidaklah seperti yang kamu bayangkan. Dia mungkin terlihat berkilau, tapi di dalam hatinya, dia hanyalah gadis biasa yang bisa kamu temukan di mana saja, dan terlebih lagi, dia adalah seorang otaku akut.”

Mungkin hal itu sedikit mengubah gambaran Kotomi tentang Momoi, dan kecemasan sedikit memudar dari wajahnya.

“Apakah aku tidak akan mengganggu jika aku ikut?”

“Tidak sama sekali. Aku sudah memberi tahu Momoi tentangmu, dan bahwa aku mungkin akan mengajakmu. Dia bilang dia akan menyambutmu dengan senang hati jika kamu memutuskan untuk datang. Jadi, apa keputusanmu?” tanyaku, dan Kotomi menatap mataku melalui cermin.

“Aku akan ikut.”

Dengan ekspresi penuh tekad di wajahnya, dia pun mengangguk.



Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Aku, yang Tidak Memiliki Pengetahuan Apa Pun Soal Otaku, Entah Bagaimana Akhirnya Menikmati Kegiatan Otaku bersama Cabe-cabean Pembenci Pria
Score 9.2
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023 Native Language: Jepang
Tiba-tiba aku naksir teman sekelasku, Narumi Takase. Skenario idealku adalah membuat dia berteman dengan adik perempuan kembarku yang pemalu dan tertutup, Kotomi, yang juga seorang penyendiri di kelas yang sama denganku, agar bersama-sama, kami kakak beradik, dapat menjalani masa muda yang indah dan cerah. Namun, yang menjadi masalah adalah keberadaan sahabat Takase, Maho Momoi. Dia adalah gadis setengah Jepang yang cantik, berambut pirang, seleb cabe-cabean, dan terkenal akan ketidaksukaannya terhadap pria. Dia juga bersikap dingin terhadapku. Tapi setidaknya, aku berharap dia bisa berteman dengan adikku... Dan suatu hari adikku meminta bantuanku. Tampaknya dia akan bertemu dengan istri game onlinenya di pertemuan luring, dan dia ingin aku menjadi penggantinya karena dia merasa gugup. Demi adikku, aku pun menerima permintaan itu. Tapi, begitu aku tiba di tempat pertemuan, yang menungguku adalah Maho Momoi—!?!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset