[LN] Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Volume 1 Chapter 4.2 Bahasa Indonesia

Bertarung dengan Istri Game Online Adik Perempuanku (Bagian 2)

Babak 4: Bertarung dengan Istri Game Online Adik Perempuanku

2


Lalu, hari esok pun tiba—Sabtu.

Lima menit sebelum waktu janjian, aku tiba Stasiun Kinjou.

Saat ini langit sedang cerah, tapi udara lembab langsung menyelimuti tubuhku begitu aku meninggalkan stasiun. Aku rindu pada cuaca cerah di bulan Mei…

Ketika aku tiba di gedung multi-tenant, sembari merasa seperti mau pingsan karena kepanasan dan kurang tidur, aku menemukan Momoi di depan pintu Net Cafe.

“Maaf membuatmu menunggu.”

“Aku baru saja sampai semenit yang lalu. Kamu terlambat hari ini.”

Jika ini adalah kencan dengan Takase, aku akan menunggu tiga puluh menit lebih awal sebelum waktu janjian, tapi ini dengan Momoi. Terlebih lagi, ini bahkan bukan kencan. Tiba tepat waktu saja menurutku sudah cukup.

“Maaf karena sudah membuatmu menunggu satu menit penuh.”

“Cara bicaramu agak kasar. Tidak bisakah kamu bersikap baik padaku seperti tempo hari?”

“Waktu itu karena aku memaksamu untuk belajar bareng. Jadi itu semacam permintaan maaf. Ngomong-ngomong, bagaimana hasil ujiannya?”

Seperti biasa, aku tidak berinteraksi dengan Momoi di sekolah. Ini pertama kalinya kami mengobrol sejak kami menonton Maison de Night. Aku tahu Takase berhasil menghindari nilai merah dalam ujian karena dia berbisik mengucapkan terima kasih padaku dengan berkata, “Terima kasih, berkatmu aku mendapat nilai 52.” Namun, aku tidak tahu apa pun soal hasil ujian Momoi.

Momoi memasang ekspresi bangga dan berkata, “Berkatmu, aku mendapat nilai terbaik dari yang pernah kuraih. Peringkat se-angkatan-ku naik 20 peringkat.”

“Yah, senang mendengarnya. Jangan ragu untuk mengandalkanku kapan pun kamu mengalami masalah dalam studimu.”

“Itu sangat membantu, tapi bukankah itu akan merepotkanmu?”

“Tidak juga. Mengajar orang lain juga merupakan bentuk belajar, lho.”

“Hmm. Ternyata kamu baik sekali. Aku akan mengandalkanmu saat waktunya tiba.”

Siip. Dengan ini, aku bisa belajar bareng lagi dengan Takase. Aku akan lebih memamerkan diri bahwa aku dapat diandalkan dan mendapatkan kesan yang baik darinya!

“Nah, ayo kita masuk.”

Kami melewati pintu otomatis dan memasuki toko. Saat aku ke tempat karaoke sebelumnya, pegawainya merasa terintimidasi oleh penampilanku, namun berkat pakaian yang Momoi pilihkan untukku, kali ini aku disambut dengan senyuman ramah.

“Selamat datang. Apakah Anda mau memesan ruangan untuk dua orang? Tipe ruangan seperti apa yang Anda inginkan?”

“Apakah kamu punya rekomendasi?”

“Aku ingin ruangan di mana kita bisa bermain game dengan nyaman.”

“Oh, di situs webnya tertulis bahwa kami boleh membawa konsol game sendiri. Apakah boleh?”

“Ya, tidak apa-apa. Kalau begitu, saya merekomendasikan ruang sofa.”

“Nah, yang itu saja.”

“Baik. Berapa lama waktu yang Anda inginkan?”

“Sekitar tiga jam cukup, kan?”

“Ya, cukup.”

“Jika ini pertama kalinya Anda menggunakan layanan kami, kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya, namun Anda perlu membuat kartu member terlebih dahulu…”

“Karena kita sudah di sini, bagaimana kalau kita membuatnya?”

“Aku tidak usah.”

“Baiklah, kalau begitu aku saja.”

Setelah menyelesaikan prosedurnya tanpa hambatan, aku menerima kunci kartu dengan nomor ruangan tertulis di atasnya, dan lanjut melewati lorong yang diapit di antara rak manga.

“Ini pertama kalinya aku ke sini, tapi pilihannya sangat banyak. Ini bisa dibilang surga.”

“Jika kamu sangat suka, kamu seharusnya membuat kartu member.”

“Tidak perlu. Lagian aku hanya datang ke sini bersama Haruto-kun.”

“Kemarin kamu juga bilang kalau kamu takut. Apakah kamu khawatir akan didekati buaya darat?”

“Ya. Maksudku, lihat saja aku. Aku cantik, kan?”

“Apakah kamu benar-benar harus berkata begitu soal dirimu sendiri?”

“Bersikap rendah hati dengan penampilan seperti ini? Itu namanya bukan lagi kerendahan hati. Selain itu, anak laki-laki di sekolah yang menganggapku tidak cantik paling hanya Haruto-kun.”

“Hanya karena aku tidak tertarik padamu, bukan berarti aku tidak menganggapmu cantik, lho.”

“Oh, begitukah? Jadi, kamu menganggapku cantik, ya.”

Meskipun Momoi tidak ingin aku jatuh cinta padanya, tapi entah kenapa dia terlihat senang. Yah, menurutku menerima pujian memang tidak terasa buruk.

“Ngomong-ngomong, seperti apa tipemu, Haruto-kun?”

“Aku tidak akan memberitahumu.”

“Kalau begitu, biar kutebak. Mari kita lihat… berdasarkan preferensi masa lalumu, mungkin seseorang seperti Nayuta atau Yayoi, kan?”

Jangan gunakan karakter anime sebagai contoh, dong. Aku bahkan tidak tahu siapa mereka. Selain itu, aku tidak ingin membicarakan hal seperti ini dengan perempuan. Itu memalukan.

“Oh, itu ruangannya.”

Untungnya, kami menemukan ruangan di waktu yang tepat, dan dapat mengubah topk pembicaraan. Aku membuka kunci pintu dengan kunci kartu, dan kami pun masuk.

Mungkin karena sofanya terlalu besar, jadi ruangannya terasa sempit untuk dua orang. Selain itu, jarak ke monitornya dekat, jadi, jika kami terlalu lama berada di sini, mata kami mungkin akan sakit.

“Aku akan mengambilkanmu minuman, jadi persiapkanlah game-nya.”

“Terima kasih. Aku mau jus jeruk.”

“Ya,” jawabku sambil meletakkan tasku yang berisi konsol game dan meninggalkan ruangan. Setelah aku kembali dengan membawa cola dan jus jeruk, sepertinya semuanya sudah siap dan aku melihat Momoi sedang memegang kontroler yang tidak kukenal.

“Apakah kamu membawa kontrolermu sendiri?”

“Yang ini terasa lebih nyaman di tanganku.”

“Tampaknya kamu benar-benar serius.”

“Aku datang ke sini hari ini dengan niat untuk menang. Hei, bagaimana kalau kita bertaruh?”

“Seperti yang kalah mentraktir minuman?”

“Kita bisa minum sepuasnya di sini, jadi bukan itu taruhannya. Bagaimana dengan ini: Haruto-kun pemenangnya jika bisa menang sepuluh kali sedangkan aku yang jadi pemenang jika menang sekali, dan pemenang dapat mengajukan permintaan apa pun kepada yang kalah. Bagaimana?”

“Bukankah itu terlalu menguntungkanmu?”

“Aku masih pemula, tau? Menurutku itu masih adil, meskipun aku memang memiliki keuntungan, sih.”

Aku juga masih pemula, tapi aku sudah berlatih sepanjang malam. Tidak diragukan lagi kalau aku lebih baik dari Momoi.

Meskipun kontrolnya semudah yang dikatakan Kotomi, namun aku butuh waktu tiga jam untuk keluar dari tahap pemula. Dan karena kami hanya memesan waktu tiga jam di net cafe, Momoi tidak akan bisa melepaskan status pemulanya. Dengan kata lain, aku tidak mungkin kalah.

Namun…

“Tapi, tidak ada yang ingin kuminta dari Momoi, sih.”

“Nah, Haruto-kun, bagaimana dengan ini: jika kamu menang sepuluh kali, aku akan membuatkanmu bekal selama seminggu.”

“Eh, bekal!?”

“Tentu saja, aku akan memberikannya padamu diam-diam agar tidak ada yang salah paham. Bagaimana? Merasa termotivasi sekarang?”

Sebenarnya, aku malah jadi ingin kalah. Aku tidak bisa bilang kalau aku tidak ingin memakannya karena itu akan menyakiti perasaan Momoi.

“Kedengarannya itu terlalu merepotkanmu. Jika aku menang, aku akan meminta hal lain padamu.”

“Kamu tidak perlu malu-malu, kok. Tapi, ya sudahlah. Jadi, taruhannya sudah ditetapkan, kan?”

Aku mengangguk. Aku telah banyak berlatih kemarin. Meski pada akhirnya aku tidak bisa memenangkan satu pertandingan pun melawan Kotomi, tapi dia memujiku dengan berkata, “Kakak cukup berbakat.”

Di sisi lain, Momoi adalah pemula. Terlebih lagi, dia sepertinya tidak pandai bermain game aksi. Tidak mungkin aku akan kalah!

Kami memulai game dan pindah ke layar pemilihan karakter. Tanpa ragu, aku memilih karakter utama, Axel.

“Oh, Axel ya. Kalau begitu, aku akan memilih Rocket!”

“Oh, pertarungan guru-murid. Ini seperti adegan di anime.”

“Perkembangan itu sangat menarik! Pertarungan antera Axel yang mencoba masuk ke tempat persembunyian Dr. Punk sendirian untuk menyelamatkan Oil-chan yang diculik, melawan Rocket yang mencoba menghentikannya karena itu berbahaya! Pertarungan antar pria!”

“Meski pada akhirnya Axel menang tipis, namun ternyata Rocket tidak terlalu serius.”

“Benar. Meski dia memperlakukan Axel dengan keras, tapi sebenarnya, dia menganggap Axel seperti anaknya sendiri!”

“Adegan saat Axel merasakan perasaan Rocket yang sebenarnya dan berbisik ‘Terima kasih atas segalanya, Ayah’ sebelum pergi adalah yang terbaik!”

“Tepat sekali! Dan tepat saat Axel akan kalah melawan Dr. Punk, Rocket bergegas datang menyelamatkannya. Saat itulah dia akhirnya menyaksikan kekuatan sebenarnya dari sang guru!”

“Itu adegan yang luar biasa! Sungguh seru!”

Dalam story mode Axel, setelah tanpa henti menekan pasukan musuh ke ambang kehancuran, sang guru, Rocket, akhirnya dikalahkan dan mati oleh Dr. Punk. Pada saat itu, kurasa aku hampir menangis karena adrenalin larut malam dan Kotomi menangis terang-terangan di sebelahku.

“Jadi, fase kedua dimulai saat Axel bersumpah akan membalaskan dendam gurunya! Gaya Axel yang gelap dan keren sangat menggelitik imajinasi dengan desainnya yang indah.”

“Perkembangan mengasuh murid seperti yang dilakukan Rocket dulu sungguh seru! Selanjutnya, aku akan menggunakan Engine!”

“Ah, curang! Aku juga ingin pakai si murid!”

“Siapa cepat dia dapat, lho.”

“Kalau begitu, selanjutnya aku akan memakai Axel Kegelapan untuk melakukan pertarungan guru-murid kedua!”

Sambil bersemangat dengan pengetahuan yang kupelajari dalam story mode, aku memilih karakterku, dan memulai pertarungan.

Axel yang kupilih, yang versi biasa, adalah tipe kecepatan yang menggunakan belati. Di sisi lain, Rocket adalah tipe kekuatan yang mengayunkan pedang besar.

Setelah menyelesaikan story mode Axel, aku tentu saja sudah pernah melewati pertarungan guru-murid satu kali. Aku telah mengatasi gurunya sekali sebelumnya. Aku sudah tahu cara mengalahkan Rocket.

Rocket itu kuat tapi gerakannya lambat. Kita bisa kalah jika menghadapinya secara langsung, jadi yang terbaik adalah melakukan strategi hit-and-run sambil membalas dengan gerakan cepat.

Dengan cepat mengepak seperti kupu-kupu dan menyerang seperti lebah, Axel melakukan gerakannya.

Ngh! Ngh! Oh tidak!”

Kemudian, Momoi mulai menggoyangkan kontrolernya dengan kuat kesana kemari sambil terus menekan tombol dengan cepat. Itu sangat mengganggu…

“Hei, jangan gerak-gerak――”

“Kesempatan!”

“Ah, tunggu!”

Syat! Jurus spesial Rocket menghasilkan serangan telak. Bar darah Axel berkurang drastis, dan dia tersungkur ke tanah.

“Hore! Aku menang~!”

“Itu curang! Berhenti menggerak-gerakkan tubuhmu!”

“Yah, mau bagaimana lagi. Ini bergerak dengan sendirinya.”

“Tapi bukan berarti—”

“Maksudku, bukankah aku sudah mengatakan itu di chat sebelumnya?”

“Oh iya, kamu memang bilang begitu. Ini kesalahanku karena lupa. Kalau begitu, apa boleh buat.”

Sialan. Aku tidak bisa membantahnya.

Aku menerima tantangan ini dengan mengetahui bahwa Momoi akan menggerak-gerakkan tubuhnya—Aku tidak punya pilihan lain selain berpura-pura seperti itu.

“Jadi, apa yang ingin kamu pinta padaku?”

“Aku akan mengumpulkan semuanya dulu dan memberitahumu nanti.”

Mengumpulkan semuanya…?

“Jangan bilang kamu berencana meminta sesuatu setiap kali kamu menang?”

“Tentu saja.”

“Aku tidak setuju dengan itu!”

“Aku seorang pemula, jadi tidak apa-apa kan? Lagipula, kamu hanya perlu menang. Apa kamu tidak percaya diri?”

Sialan. Dia memprovokasiku.

Aku ini telah dilatih oleh Kotomi, lho. Aku tidak mungkin kalah lebih dari ini!

“Oke. Aku terima tantanganmu!”

“Itu baru semangat. Aku suka itu.”

Momoi memilih Axel kegelapan seperti yang dia nyatakan sebelumnya. Dan aku memilih muridnya, Engine.

Engine adalah keturunan ninja dan merupakan tipe kecepatan yang berspesialisasi dalam serangan jarak jauh. Di sisi lain, Axel kegelapan mengalami peningkatan kekuatan dibandingkan versi biasa, namun kecepatannya menurun. Selama aku bisa menjaga jarak, kemenangan ada di tanganku.

Babak kedua dimulai, dan aku tanpa henti melempar shuriken. Taktik ini tidak berfungsi sama sekali terhadap Kotomi, namun Momoi, yang seorang pemula, tampaknya tidak memiliki cara bertahan menghadapi ini, hingga taktik ini perlahan-lahan mengurangi bar darah-nya.

“Curang! Kemarilah!”

“Ditolak. Inilah cara bertarung Engine!”

Ugh! Aku tidak ingat pernah membesarkan murid seperti itu!? Tetaplah ikuti cerita aslinya!”

“Pesona Ulbat adalah kamu bisa menikmati cerita yang berbeda dari aslinya!”

Aku tidak tahu soal cerita aslinya, tapi aku telah memainkan story mode Engine.

Di dalamnya, Engine mencoba menyusup ke tempat persembunyian Dr. Punk untuk menyelamatkan adiknya yang ditangkap, tapi dia dihentikan oleh Axel, yang menganggap bahwa itu terlalu berbahaya. Kemudian mereka, guru dan murid, saling bertarung, dan Engine, sang murid, keluar sebagai pemenang.

Namun kenyataannya, Axel memang sengaja kalah. Meskipun sikapnya tegas, dia tidak sanggup untuk melawan muridnya, yang dia anggap seperti anaknya sendiri, dengan serius, jadi dia berpura-pura kalah. Pembuatan ulang bagian pertama, di mana Engine mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan mengatakan, “Terima kasih, Ayah,” sebelum dia pergi, sangatlah menyentuh.

Aku juga suka dengan adegan di mana Axel bergegas menyelamatkan Engine ketika dia akan kalah saat menyusup di tempat persembunyian. Saat Axel mengalahkan musuh bebuyutannya, Dr. Punk, dan melampaui gurunya, Rocket, sejujurnya itu merupakan perkembangan yang mendebarkan, dan itulah satu-satunya saat aku terjaga dari rasa kantukku.

“Ah, aku kalah! Ini tidak seperti aslinya!”

Pertandingan kedua berakhir dengan kemenanganku. Memang mengganggu ketika dia tiba-tiba menggerak-gerakkan tubuhnya, tapi jika aku fokus pada layar, aku bukanlah lawan yang bisa dia kalahkan.

“Bagaimana? Apakah kamu sudah memahami kekuatan Engine?”

“Tidak berpegang teguh pada karya aslinya itu sesat, tau! Selanjutnya, aku akan menghajarmu dengan Oil-chan!”

“Kalau begitu aku akan pakai Dr. Punk.”

Kemudian pertandingan ketiga dimulai dan aku menang. Pertandingan keempat dan kelima juga menjadi kemenanganku, dan――

AAAH Mou! Aku tidak bisa menang sama sekali!”

Setelah menang sepuluh kali berturut-turut, Momoi melepaskan kontrolernya. Dia terlihat frustasi, mengingatkanku pada saat aku dibantai oleh Kotomi, tapi tidak seperti diriku saat itu, Momoi, meski kesal, juga terlihat bersenang-senang.

“Apakah kamu tidak marah?”

“Marah? Kenapa aku harus marah?”

“Karena aku menghajarmu habis-habisan.”

“Aku tidak marah kok. Aku hanya bersenang-senang seperti biasa.”

“Kamu senang kalah?”

“Mana mungkin. Hanya saja aku menganggap ini menyenangkan meskipun aku kalah. Ini pertama kalinya aku bermain game bersama orang lain seperti ini.”

Dia selalu main “Life of Farmer” dengan Kotomi, tapi maksudnya dengan “bersama” mungkin artinya “di ruang yang sama.”

“Apakah kamu tidak pernah main game dengan Takase dan yang lainnya?”

“Tidak pernah.”

“Kenapa? Aku tidak tahu kalau Aoki dan Kotobuki, tapi kalau Takase kelihatannya santai dan mungkin mau jika diajak, kan?”

“Mereka mungkin mau, tapi aku tidak tahu apakah mereka akan menikmati game-nya. Aoi-chan adalah tipe orang yang tidak tertarik pada apa pun selain apa yang disukainya, sedangkan Ran-chan dan Naru-chan lebih menyukai permainan yang melibatkan aktivitas fisik.”

“Tapi, kita tidak pernah tahu, kan? Mereka mungkin akan menikmatinya jika kamu mengajak mereka.”

Bahkan aku sendiri pun akhirnya menikmati Ulbat.

“Aku tidak akan mengajak mereka. Baik Naru-chan, Aoi-chan, maupun Ran-chan—sebenarnya, tidak ada satu pun temanku yang otaku. Kalau aku mengajak mereka main game, mereka akan mengira aku seorang otaku.”

“Tapi kamu memang otaku, kan?”

“Aku memang otaku, tapi aku tidak ingin orang lain selain otaku menganggapku seperti itu. Jika hal itu terungkap, mereka mungkin akan mengolok-olokku…”

“Itu tidak akan terjadi.”

“Itu akan terjadi, tau. Saat aku masih SMP dulu, perempuan sering mengolok-olok otaku laki-laki.””

“Yah, aku tidak bilang bahwa semua orang akan langsung menerima hobi otaku. Tapi, Takase dan yang lainnya bukanlah tipe orang yang mengolok-olok hobi temannya, kan?”

Dia adalah tipe orang yang tersenyum dan berkata, “Kamu keren” pada pria berwajah seram sepertiku. Takase tidak akan berprasangka buruk. Selama itu hobi yang tidak mengganggu orang lain, dia akan menerimanya dengan senyuman.

‘Tapi… aku takut memikirkan bahwa mereka mungkin akan mengolokku. Itulah sebabnya aku tidak mengatakan apa pun. Selain itu, aku bisa bersenang-senang tanpa harus memberitahukan itu pada mereka.”

Dengan ekspresi senang, dia terus menatapku.

“Ditambah lagi, ada kamu yang menemani hobi otaku-ku, Haruto-kun.”

“Yah, kalau kamu mengajakku, aku akan menemanimu. Tapi, akan lebih baik kalau punya dua teman otaku daripada satu, kan?”

“Benar. Aku ingin berteman dengan otaku perempuan jika memungkinkan.”

“Hanya perempuan?”

“Jika aku bergaul dengan laki-laki, aku akan berakhir seperti tuan putri komunitas otaku. Aku hanya ingin bersenang-senang tanpa terlibat percintaan, lho.”

Dengan kata lain, dia tidak keberetan jika itu perempuan. Ini adalah kesempatan bagus untuk membantu Kotomi mendapatkan teman.

“Apakah kamu tahu kalau aku punya adik perempuan?”

“Maksudmu Kotomi Fujisaki-san, kan? Tentu saja aku tahu.”

“Ini rahasia antara kita, tapi sebenarnya Kotomi juga seorang otaku, lho. Aku akan bertindak sebagai perantara, jadi bagaimana kalau kamu mencoba bergaul dengannya?”

“Itu tidak mungkin.”

Eh? Langsung ditolak?

“Apakah kamu membenci adikku?”

“Oh maaf. Bukan begitu maksudku. Malahan, aku ingin saja berteman dengannya jika bisa.”

“Lalu, kenapa kamu bilang itu tidak mungkin?”

“Hanya saja, dia sepertinya tidak mau bergaul denganku. Aku sudah beberapa kali mendekati Fujisaki-san. Aku mengajaknya kumpul-kumpul, menawarkan diri membantunya membawakan buku catatan, dan bahkan memintanya menjadi pasanganku di pelajaran penjas. Tapi setiap kali aku mendekatinya, dia terlihat ketakutan dan menjaga jarak.”

Ah, aku bisa membayangkan hal itu dengan jelas. Aku selalu bertanya-tanya kenapa Momoi, yang baik kepada semua perempuan, mengabaikan Kotomi. Tapi kurasa Momoi hanya mempertimbangkan perasaan Kotomi. Momoi benar-benar orang yang baik.

“Ah… Aku minta maaf soal adikku. Tapi, yah, dia tidak bermaksud menyinggungmu. Dia hanya pemalu akut, selalu seperti itu sejak SD. Kotomi sudah berdamai dengan kesendirian, tapi jauh di lubuk hatinya, dia menginginkan teman… Itulah sebabnya aku ingin membantunya mendapatkan teman.”

“Kamu kakak yang baik,” kata Momoi tampak terkesan, tapi kemudian dia melanjutkan dengan nada menyangkal. “Tidak peduli apa yang kamu atau aku pikirkan, kami tidak akan bisa berteman kecuali Fujisaki-san ingin berteman atas kemauannya sendiri.”

“Aku paham, kok. Memaksa dia berteman tidak akan membuat itu bertahan lama. Tapi, aku hanya ingin menciptakan kesempatan baginya untuk berteman.”

“Yah, jika Fujisaki-san mau menjadi temanku, aku juga ingin menjadi temannya…”

“Terima kasih. Mendengarmu berkata begitu saja sudah cukup bagiku.”

Momoi ada niat untuk berteman dengannya. Selebihnya tergantung perasaan Kotomi.

Meski aku ditolak saat akan menonton Maison de Night tempo hari, itu bukan karena dia tidak menyukai Momoi; itu karena dia merasa tidak nyaman berada di dekat gadis glamor. Jika aku bisa membuat Kotomi tahu bahwa Momoi, sebelum gadis gaul, adalah seorang otaku sepertinya, ketidaknyamanannya itu akan hilang.

“Sama-sama. Jadi, apa permintaanmu? Masih mau bekal?”

“T-Tidak usah, membuat bekal akan merepotkanmu, kan?”

“Kamu tidak perlu khawatir soal itu.”

“Meski kamu bilang begitu pun, aku masih khawatir. Jadi… oh, iya. Bagaimana kalau ini? Apabila kita mengadakan sesi belajar lain kali, ajari aku bahasa Inggris.”

“Itu mah gampang.”

“Makasih. Jadi, apa permintaanmu, Momoi?”

“Permintaanku adalah…”

Momoi menunduk, mungkin itu adalah permintaan yang memalukan. Mengintip melalui poninya, dia menatapku dengan mata birunya, seolah mencoba mengukur reaksiku.

“…Aku ingin main ke taman hiburan.”

Karena dia terlihat ragu-ragu mengatakannya, aku berjaga-jaga kalau-kalau dia akan meminta yang aneh-aneh, tapi permintaannya ternyata sangat sederhana.

“Itu sungguh mengejutkan.”

“Ah, Sudah kuduga, aku terlihat kekanak-kanakan, ya?”

“Ini bukan soal kekanak-kanakan sih; hanya saja aku tidak membayangkanmu sebagai tipe orang yang ingin pergi ke taman hiburan.”

Tampak luar, dia terlihat seperti cewek gaul yang dewasa, tapi di dalam dirinya, dia adalah otaku berat. Selain itu, dia berasal dari keluarga yang kaya――Momoi yang aku kenal tidak cocok dengan gambaran seseorang yang bersemangat pergi ke taman hiburan.

“Aku sudah lama ingin pergi ke taman hiburan, lho. Apakah kamu pernah ke sana?”

“Pernah.”

“Dengan siapa?”

“Dengan keluargaku, tapi…”

…Ah, benar. Dia menyebutkannya beberapa hari yang lalu. Ayahnya bepergian keliling dunia untuk bekerja. Pasti sulit meminta orang tua yang sibuk untuk mengajaknya ke taman hiburan, apalagi sekarang dia sudah duduk di bangku SMA.

“Kenapa kamu tidak pergi bersama Takase dan yang lainnya?”

Meskipun mereka ada aktivitas klub di akhir pekan, seharusnya mereka masih ada cukup waktu untuk pergi ke taman hiburan.

“Kalau hanya kami perempuan, kami mungkin akan didekati buaya darat. Sungguh parah ketika kami pergi ke pantai tahun lalu. Itu juga terjadi bahkan di kolam renang, festival, dan juga tempat bowling. Aku memang sudah terbiasa didekati buaya darat sekarang, tapi aku ingin bermain di taman hiburan tanpa diganggu untuk pertama kalinya.”

Dengan kata lain, itu untuk menghindari buaya darat. Kalau begitu, ayo pergi ke sana. Jika aku berhasil bertindak sebagai penangkal buaya darat, aku mungkin akan diajak menemani dia dan teman-temannya ke pantai atau kolam renang sebagai pacar dan pengawal. Aku sangat ingin melihat Takase mengenakan pakaian renang.

“Kalau begitu, ayo pergi bersama!”

“Itu baru semangat! Kamu benar-benar tahu caranya mengikuti arus!”

Momoi pun tersenyum bahagia saat kami akhirnya memutuskan untuk pergi ke taman hiburan.



Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Aku, yang Tidak Memiliki Pengetahuan Apa Pun Soal Otaku, Entah Bagaimana Akhirnya Menikmati Kegiatan Otaku bersama Cabe-cabean Pembenci Pria
Score 9.1
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023 Native Language: Jepang
Tiba-tiba aku naksir teman sekelasku, Narumi Takase. Skenario idealku adalah membuat dia berteman dengan adik perempuan kembarku yang pemalu dan tertutup, Kotomi, yang juga seorang penyendiri di kelas yang sama denganku, agar bersama-sama, kami kakak beradik, dapat menjalani masa muda yang indah dan cerah. Namun, yang menjadi masalah adalah keberadaan sahabat Takase, Maho Momoi. Dia adalah gadis setengah Jepang yang cantik, berambut pirang, seleb cabe-cabean, dan terkenal akan ketidaksukaannya terhadap pria. Dia juga bersikap dingin terhadapku. Tapi setidaknya, aku berharap dia bisa berteman dengan adikku... Dan suatu hari adikku meminta bantuanku. Tampaknya dia akan bertemu dengan istri game onlinenya di pertemuan luring, dan dia ingin aku menjadi penggantinya karena dia merasa gugup. Demi adikku, aku pun menerima permintaan itu. Tapi, begitu aku tiba di tempat pertemuan, yang menungguku adalah Maho Momoi—!?!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset