Babak 4: Bertarung dengan Istri Game Online Adik Perempuanku
1
Awal Juni, Jumat malam.
“Haru-nii! Haru-nii!”
Saat aku sedang belajar untuk persiapan ujian akhir selanjutnya, tidak berpuas diri atas pencapaianku di masa lalu—peringkat kedua di kelas, dan peringkat kedelapan se-angkatan—aku mendengar suara gedoran keras di pintu.
Dengan merasakan firasat buruk, aku pun membuka pintu dan melihat Kotomi berdiri disana dengan wajah hampir menangis. …Ini pasti tentang itu.
“Apakah ini ada hubungannya dengan Mahorin?”
“Ya, ini tentang Mahorin! Tolong, Haru-nii! Tolong balas chat-nya untukku!”
“Oh, jadi masih di tahap itu, ya.”
Saat aku akan pergi ke karaoke sebelumnya, aku bilang pada Kotomi untuk membiarkanku yang chatiing-an dengan Mahorin menggantikannya kalau misalnya Mahorin mengajaknya bertemu luring lagi. Sesuai dengan instruksiku, dia langsung datang memanggilku. Dibandingkan dengan pertemuan luring pertama ketika dia memintaku menggantikannya di menit-menit terakhir, ini merupakan lompatan pertumbuhan yang signifikan.
“Cepat! Cepat!”
Kotomi menuntun tanganku dan membawaku ke kamarnya.
Padahal aku sudah membantunya bersih-bersih setelah ujian, tapi kamarnya kembali berantakan. Dia tidak ingin ada teknisi yang masuk ke kamarnya sehingga AC-nya sudah lama tidak dibersihkan dan mungkin tidak peduli juga jika AC-nya rusak.
Menekan keinginanku untuk mengomelinya tentang hal itu, aku pun duduk di kursi gaming seperti yang diminta.
Layar game ditampilkan di monitor. Ini pertama kalinya aku melihat ini, tapi ini pasti “Life of Farmer”, ya.
Seperti yang diharapkan dari game simulasi slow-life, musik yang tenang dimainkan sebagai pengiring. Seorang pria tampan dan wanita cantik sedang duduk bersebelahan di sofa di depan perapian, dengan log chat yang ditampilkan di bagian bawah layar.
Setelah membaca ulang beberapa kalimat dengan cepat, sepertinya Kotomi diajak untuk bermain game. Dia masih belum menerima ajakannya…
“Tidak bisakah kamu cukup menolak ajakan ini?”
“T-Tidak bisa! Jika aku menolak, dia akan membenciku…!”
Bahkan jika kamu menolak pun, kurasa dia tidak akan membencimu, tapi… yah, dia mungkin akan sedikit kecewa. Antusiasme Momoi juga bisa aku rasakan dari teks tersebut. Alasannya mungkin karena dua pertemuan luring terakhir sungguh menyenangkan baginya.
“Oke, oke. Aku tidak akan menolaknya untuk saat ini.”
Meski begitu, aku tidak bisa menerima ajakan Momoi begitu saja.
Jika Momoi yang muncul di saat yang datang seharusnya adalah Mahorin, Kotomi mungkin akan menyadari identitas aslinya.
Dari apa yang kubaca di chat, tujuan Momoi adalah bermain game denganku. Dan lokasinya seharusnya bisa di mana saja.
“Kotomi, apakah kamu tahu tempat di mana kita bisa bermain game?”
“Mungkin net cafe?”
“Kalau begitu, tolong cari informasi soal net cafe di Stasiun Kinjou.”
Selagi Kotomi mencari di ponselnya, aku mengonfirmasi pada Momoi apakah bisa bertemu di tempat lain selain rumahku. Saat Momoi bertanya, “Apakah kamu ingin datang ke rumahku saja?” Kotomi menunjukkan padaku tampilan di layar ponselnya.
“Sepertinya kita boleh membawa game sendiri di net cafe itu.”
Menurut hasil pencarian, selain memperbolehkan kita membawa game sendiri, mereka juga menyediakan minuman dan es krim gratis. Tempat itu juga terasa seperti surga bagi para pecinta manga.
Aku langsung menyebutkan kelebihan net cafe, dan berhasil membuat Momoi antusias. Karena aku tak masalah bermain game ini kapan saja, aku menyarankan untuk bertemu sesuai dengan jadwalnya, dan Momoi pun mengusulkan waktunya besok pada pukul 13.30.
Setelah aku mengetik “Siap,” dan berpamitan dengannya, wanita cantik itu tiba-tiba menghilang dari layar, mungkin telah logout.
Sekarang yang harus kulakukan hanyalah bermain game dengan Momoi besok. Ini tidak seperti menonton anime, jadi aku bisa melewati ini tanpa ketahuan sebagai pengganti.
“Maaf, Haru-nii. Aku merusak hari liburmu lagi…”
Kotomi menunduk, benar-benar merasa bersalah.
Bukan berarti aku tidak menyalahkan Kotomi.
Memang agak berlebihan kalau dia bilang tidak bisa menolak permintaan seseorang karena dia tidak ingin dibenci――tapi di sisi lain, itu artinya dia sangat peduli pada Mahorin. Menurutku tidak baik melibatkan kakaknya dalam hal ini, tapi aku ingin menghargai perasaannya terhadap temannya itu.
“Jangan khawatir. Ini jauh lebih baik daripada dua kali terakhir.”
Selama cafe kolaborasi dan karaoke sebelumnya, aku akhirnya harus begadang semalaman untuk menonton anime.
Kali ini, kami hanya akan bermain game bersama. Aku tidak perlu pusing akan terlibat dalam diskusi anime, dan karena kami berada di net cafe, kami bisa beralih ke manga di tengah jalan jika mau.
“Kalau begitu, aku akan kembali belajar. Pastikan kamu tidak begadang.”
“Huh? Kakak mau belajar?”
“Kenapa kamu kaget begitu?”
Tolong berhentilah memasang wajah seperti itu; itu memberiku firasat buruk.
“Kakak akan bermain Ulbat besok, kan? Kakak harus berlatih dengan benar.”
“Kamu tidak menetapkan standarnya terlalu tinggi seperti saat karaoke sebelumnya, kan?”
Saat itu, dia meningkatkan standar yang tidak perlu seperti ‘pandai menyanyi,’ melakukan ‘otagei,’ dan ‘tidak ingin melepaskan mikrofon.’
Sejauh yang aku lihat dari log chat, aku tidak melihat sesuatu seperti itu tertulis, tapi ada kemungkinan topik itu sudah pernah dibahas di masa lalu.
Kotomi menggelengkan kepalanya, berkata, “Mahorin tidak terlalu mengikuti pembicaraan soal Ulbat, jadi kami tidak terlalu sering membicarakannya.”
“Benarkah? Kamu tidak membual seperti punya skill level pro atau semacamnya?”
“Tidak.”
“Oke. Baguslah kalau begitu…”
“Tapi, akan tidak wajar jika kakak melakukan gerakan seperti pemula.”
“Itu masuk akal. Berapa lama untuk keluar dari level pemula?”
“Ulbat mudah dioperasikan, jadi kakak seharusnya bisa bergerak dengan cukup baik dalam waktu sekitar tiga jam. Untuk saat ini, aku rasa kakak sebaiknya mencoba semua karakter, memutuskan mana yang ingin kakak mainkan, dan menyelesaikan story mode dengan karakter tersebut.”
“Okelah jika hanya begitu…”
Ini baru pukul 21.00 lewat. Bahkan jika aku berlatih pun, aku seharusnya sudah bisa tidur tepat saat hari berganti. Dibandingkan dengan dua pertemuan sebelumnya, ini jauh lebih mending――
“Selain itu, kakak juga harus menonton semua episode anime Ulbat!”
Lagi?! Sialan!
“Apakah Ulbat itu dari anime!?”
“Secara teknis, itu diadaptasi dari manga. Aku tidak memilikinya, dan aku tidak punya uang untuk membelinya, jadi kita tidak punya pilihan selain menonton anime-nya. Jangan khawatir; aku sudah memastikan bahwa itu tersedia di situs streaming.”
“Tapi, bukankah Mahorin sepertinya tidak tertarik dengan Ulbat? Apakah kita benar-benar perlu menonton anime-nya?”
“Dia hanya belum main game-nya karena dia tidak pandai game aksi, tapi dia bilang dia suka Ulbat. Kalau kalian memainkan game-nya, itu pasti akan mengarah pada diskusi tentang karakternya.”
Seperti biasa, aku tidak punya pilihan selain menonton anime-nya agar aku tidak ketahuan sebagai pengganti.
“Ada berapa episode? Dua belas? Dua empat?”
“200 episode.”
“Mana mungkin aku bisa menghabiskannya!”
Kotomi tersentak.
Oh, ayolah, jangan mamasang wajah seperti mau nangis gitu. Akulah yang rasanya ingin menangis, nih.
“S-Soalnya, saat aku mau bilang kalau waktunya tidak cukup, Haru-nii langsung mengetik ‘Siap.’ …B-Bagaimana ini, Haru-nii?”
“Bagaimana? Tidak peduli bagaimana kita memikirkannya, 200 episode itu mustahil. Sekalipun kita berasumsi satu episode memakan waktu 25 menit, itu berarti totalnya 83 jam.”
“Itu akan memakan waktu sekitar tiga setengah hari, ya…”
“Jangan seenaknya mengorbankan waktu tidurku begitu. Paling-paling, katakanlah dua minggu, atau bahkan sebulan jika bisa.”
“Apakah itu berarti kakak menundanya…?”
“Tidak ada pilihan lain, kan?”
“T-Tidak boleh. Mahorin bilang dia sangat menantikannya…”
Aku juga sebenarnya tidak ingin menyarankan penundaan. Ini bahkan baru pukul 21.00, dan dia bilang akan tidur lebih awal untuk bersiap menghadapi besok. Dia mungkin sedang berbaring di tempat tidur dengan semangat sekarang. Sulit untuk meminta Momoi menunda janji tersebut.
Tapi…
“Jika kita tidak menundanya, aku akan kekurangan pengetahuan.”
Aku bahkan tidak tahu apakah ‘Ulbat’ itu judul resmi atau singkatan.
“Tidak apa-apa. Aku akan menjelaskan soal karakternya sambil mengajari kakak cara bermain. Jika kakak memainkan story mode untuk karakter utama, kakak akan memahami alur ceritanya, dan kita akan dapat melalui ini entah bagaimana caranya.”
Menghadapi pertemuan luring hanya dengan persiapan satu malam memang menggelisahkan, namun kalau diingat-ingat lagi, aku selalu berhasil melaluinya dengan persiapan yang seadanya. Jika totalnya ada 200 episode, ceritanya mungkin terlalu panjang, dan mungkin ada bagian yang samar-samar berkesan. Mungkin aku bisa melewatinya dengan begadang semalaman.
“Apakah kamu tidak masalah begadang semalaman, Kotomi?”
“Tidak masalah sama sekali, kok. Sebenarnya aku malah senang karena bisa main game dengan Haru-nii!”
Terakhir kali aku bermain game dengan Kotomi adalah saat kami masih SD. Samar-samar aku ingat pernah membawa game pertarungan ke rumah Nenek, dihajar habis-habisan, mengamuk dan dengan cepat melempar kontrolernya.
“Kalau begitu, ayo kita lakukan—‘Ulbat.’”
“Ya! Aku akan segera menyiapkan semuanya, jadi tolong tunggu!”
Suara Kotomi dipenuhi kegembiraan saat dia dengan semangat mulai menyiapkan game-nya.