[LN] Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Volume 1 Chapter 2.4 Bahasa Indonesia

Istri Game Online Adik Perempuanku Mengungkapkan Perasaan Padaku (Bagian 4)

Babak Dua: Istri Game Online Adik Perempuanku Mengungkapkan Perasaan Padaku

4


Keesokan harinya. Aku mengunjungi Stasiun Koigishi yang ramai dengan suasana khas liburannya, dan dengan mudah menemukan Momoi.

Gadis berambut pirang dan bermata biru bukanlah hal yang umum terlihat di sini, jadi dia tetap menonjol meski di tengah keramaian sekali pun.

“Maaf membuatmu menunggu.”

“Aku juga baru sampai. Bagus, kamu memakai pakaian yang kita beli kemarin.”

Mungkin karena aku mengenakan pakaian yang dia pilih sendiri, Momoi terlihat agak bangga.

“Tentu saja. Itu karena Honey memilihkannya untukku.”

“Sepertinya kamu sudah mulai berakting. Apa kamu tidak malu memanggilku ‘Honey?” tanya Momoi dengan nada khawatir, mungkin merasa bersalah karena telah memaksaku memanggilnya ‘Honey.’

Sampai baru-baru ini aku mengira dia adalah gadis yang dingin, tapi melihat bagaimana dia dengan sungguh-sungguh membantuku memilih pakaian kemarin. Mungkin dia sebenarnya adalah gadis yang baik hati.

“Aku tidak malu sama sekali, kok.”

Kudengar Takase cemburu dengan orang yang memanggil pacar mereka dengan sebutan ‘Honey.’ Saat cintaku tidak lagi bertepuk sebelah tangan, aku mungkin akan memanggil Takase dengan ‘Honey juga. Jika aku menganggap ini sebagai latihan sebelum saat itu tiba, segala rasa malu akan hilang begitu saja.

“Mentalmu kuat, ya. Sepertinya kamu bahkan tidak gugup berpura-pura sebagai pacarku?”

“Aku tidak perlu gugup. Aku hanya perlu bersikap seolah aku mencintai Honey, kan?”

“Ya. Karena skenarionya adalah aku terlalu dicintai oleh pacarku, maka aku akan mengizinkanmu membelai rambutku agar terlihat lebih meyakinkan.”

“Siap. Baiklah, ayo jalan. Apakah rumah Kotobuki di dekat sini?”

“Rumahnya ada di belakang stasiun.”

Mengikuti Momoi, kami pun berjalan dan tiba di sebuah kafe terpencil yang terletak di belakang stasiun. Apabila dilihat dari luar, lantai dasar tampaknya digunakan sebagai kafe sedangkan lantai atasnya adalah tempat tinggal.

“Oh, jadi ini rumah Kotobuki, ya?”

“Apakah kamu pernah ke sini sebelumnya, Haruto-kun?”

“Tidak, aku hanya tertarik karena aku pernah lewat sini beberapa kali.”

Sepertinya Kotobuki menggunakan tempat ini untuk berkumpul setelah sesi bola volinya, dan sering kali membawa pulang biji kopi sebagai oleh-oleh, yang bahkan jika diseduh oleh amatir sekalipun rasanya tetap enak. Aku ingin mencoba kopi yang dibuat profesional, tapi jendela dan pintunya ditutupi oleh tirai dan tanda ‘Tutup’ digantung di sana.

“Hari ini tutup, ya? Padahal ini hari minggu. Itu hal yang tidak biasa untuk sebuah kafe.”

“Kudengar mereka tutup di hari Minggu. Orang tua mereka sepertinya tipe orang tua yang suka menghabiskan waktu mereka bersama keluarga.”

Momoi tampak agak iri saat mengatakan itu. Mungkinkah orang tua Momoi bukanlah tipe orang tua yang suka menghabiskan waktu bersama keluarga? Yah, itu bukan urusanku sih.

“Apakah kamu siap?”

“Aku siap kapan saja.”

Pintunya sepertinya tidak terkunci, mereka hanya memasang tanda ‘tutup’ untuk mencegah pelanggan masuk secara tidak sengaja. Momoi membuka pintu, dan aku pun mengikutinya masuk.

“Oh, kamu sudah datang!”

Seorang gadis yang mengenakan celemek menyambut kami.

Dia adalah Ran Kotobuki.

Kami bersekolah di SMP yang sama, dan sekelas tahun lalu, tapi yang kutahu tentang Kotobuki hanyalah dia anggota ekskul voli. Dengan tinggi hampir 180cm, yang cukup tinggi untuk ukuran perempuan, dia pasti cukup aktif dalam tim.

“Aku sudah menunggumu datang, Maho… Oh, bukankah itu Fujisaki?”

Saat dia melihatku, Kotobuki menutup matanya dengan nada meminta maaf.

“Maaf ya. Toko tutup hari ini. Kami buka setiap hari kecuali hari Minggu, jadi kembalilah lagi nanti.”

Padahal jelas sekali aku memasuki toko bersama Momoi, tapi dia mengira aku adalah orang yang tak sengaja masuk saat toko sedang tutup. Dia jelas tidak melihat aku dan Momoi sebagai sepasang kekasih. Mereka akan terkejut jika mendengar kami adalah pasangan.

“Aku tidak datang ke sini untuk minum kopi.”

“Jadi, apakah kamu hanya mau melihat-lihat saja?”

“Bukan juga. Aku adalah pacarnya.”

Mata Kotobuki terbelalak seolah tak percaya.

“E-Eeeeh!? Pacar!? Fujisaki!?”

“Benar. Iya, kan, Honey?”

“Ya, Haruto-kun.”

Momoi mendekatiku, dan aku pun membelai rambut pirangnya untuk berakting. –Woah, rambutnya terasa luar biasa. Ini sangat lembut dan enak saat disentuh.

“Whoa! Seriusan!? Aku tidak menyangka kalian berdua pacaran!”

“Kami merahasiakannya.”

“Kalian terlalu pandai menyembunyikannya! Aku tidak menyangka Fujisaki adalah pacar misterius itu! Kamu bahkan tidak mau memberi tahu kami usianya, jadi kukira pacarmu adalah orang dewasa yang sudah bekerja.”

“Selamat atas hubungan kalian.”

Kemudian terdengar sebuah suara kecil dan bunyi cekrek dari suatu tempat.

Di sana terlihat seorang gadis sedang duduk di sudut toko yang cerah sambil memegang kamera.

Dia adalah Aoi Aoki.

Dia tipe perempuan yang kalem; kami sekelas tahun lalu, tapi aku jarang melihat Aoki banyak bicara. Oleh karena itu aku tidak tahu banyak tentang Aoki. Selain itu, dia sedang memegang kamera, bukan ponsel, jadi mungkinkah dia suka memotret? Menurut Momoi, “teman-temannya bisa menyimpan rahasia,” tapi…

“Aku tidak akan memintamu menghapusnya, tapi jangan tunjukkan foto itu pada siapapun, oke? Aku ingin merahasiakan hubunganku dengan Honey.”

“Aku tidak akan menunjukkannya. Aku hanya suka mengambil foto.”

“Begitu, ya. Okelah kalau begitu… Ngomong-ngomong, Aoki, karena kamu suka mengambil foto, apakah kamu ikut ekskul fotografi?”

“Bukan. Itu lebih seperti klub hobi. Silakan jika kamu mau bergabung. Jika itu ditingkatkan menjadi ekskul, maka kita bisa dapat dana ekskul.”

“Aku tidak berencana bergabung, tapi kalau mau, aku bisa membantumu mencari anggota.”

Khususnya, ini soal Kotomi. Kotomi tidaklah atletis ataupun pandai belajar, tapi setidaknya, dia bisa kalau cuma menekan tombol potret, terlepas dari hasilnya bagus atau tidak. Dan dengan kepribadian Aoki yang bukan tipe ceria, Kotomi seharusnya dapat lebih mudah berinteraksi dengannya.

“Kamu orang yang baik.”

Terlebih lagi dia cukup mudah berteman. Apakah dia sudah menganggapku sebagai teman hanya karena berdiskusi soal ekskul? Aku akan menyarankannya ke Kotomi nanti.

Ngomong-ngomong, setelah aku bertemu mereka berdua, aku kok tidak melihat Takase? Selain itu, aku juga tidak melihat pacar Kotobuki maupun Aoki.

“Kapan yang lain datang?”

“Sebentar lagi. Apakah Fujisaki suka minum kopi?”

“Ya, aku suka kopi.”

“Oh, baguslah! Kalau begitu pilihlah biji kopi favoritmu! Aku akan menyajikannya untukmu.”

“Seriusan? Makasih, ya!”

Aku benar-benar senang. Aku langsung melihat-lihat biji kopi yang berjejer di etalase. Ini pertama kalinya aku memilih biji kopi seperti ini, jadi aku merasa cukup bersemangat.

“Maho, kamu jus jeruk saja, kan?”

“Ya.”

Honey, karena kita sudah di sini, bagaimana kalau kamu coba minum kopi juga?”

“Aku tidak suka kopi.”

Hmm, begitu, ya. Aku mencoba mengabaikannya dengan ringan, tapi Kotobuki kemudian menggerutu.

“Dengar, Fujisaki. Meskipun mereka semua selalu nongkrong di tempatku, tapi baik Maho, Aoi, mau pun Narumi tidak bisa minum kopi. Tempo hari Narumi pernah menantang dirinya sendiri untuk minum kopi, tapi akhirnya dia langsung menyerah dan menuangkan banyak gula ke dalam kopinya… Hmmm? Padahal kalian pacaran, kok kamu bisa tidak tahu kalau Maho tidak suka kopi?”

Ups. Apakah aku baru saja menggali kuburanku sendiri?

“Tidak, bukan begitu! Aku hanya tidak memberi tahunya. Aku hanya tidak ingin Haruto-kun tahu bahwa ada sesuatu yang tidak kusuka…”

Oh, nice save! Kerja bagus, Momoi!

“Aku tidak akan mempermasalahkannya, kok! Menurutku imut kalau kamu punya sesuatu yang kamu tidak suka.”

“Terima kasih, Haruto-kun! Aku mencintaimu!”

“Aku juga mencintaimu, Honey!”

Aku pun membelai rambut Momoi lagi saat dia mencondongkan tubuhnya ke arahku. Kotobuki tersenyum lebar dan Aoki mengambil foto saat melihat kami seperti ini.

“Maaf membuat kalian menunggu!”

Sebuah suara imut terdengar saat aku dan Momoi duduk di meja yang sama dengan Aoki setelah memesan kopi Kilimanjaro.

“Wah, hari ini panas sekali ya? Aku berkeringat banyak! Ran-chaaan, boleh aku minta jus jeruk? ――Eh, Fujisaki-kun!”

Apa yang kamu lakukan di sini? Takase menatapku dengan ekspresi terkejut yang bertanya seperti itu di wajahnya.



“Itu karena Haruto-kun adalah pacarku.”

“Eh? Eeeh!? Fujisaki-kun adalah pacar Mahocchi?”

“Ya. Aku pacarnya Honey.”

“Wow! Kamu benar-benar memanggilnya Honey! Terasa kayak di sinetron, aku iri sekali!”

Sambil mengatakan itu dengan semangat, Takase pun duduk di sampingku.

Woah, baunya harum banget! Dan Takase dengan pakaian kasualnya terlihat sangat imut. Aku ingin sekali memotretnya yang memakai kombinasi gaun putih bersih dan jaket denim itu.

“Oh, begitu ya. Jadi Fujisaki-kun pacarmu. Aku sama sekali tidak sadar. Soalnya kalian berdua tidak pernah berbicara di sekolah, sih. Sangat mengejutkan mengetahui kalian berdua bahkan berciuman!”

“Kalian tidak perlu mengkhawatirkan kami; ciumanlah sebanyak yang kalian mau!”

“Meskipun aku mencintai Honey, aku tidak akan melakukan itu di depan umum.”

Takase dan yang lainnya tercengang saat mendengar itu.

“Eh? Tapi, kudengar kalian bahkan berciuman meski di tempat umum, lho?”

Apa-apaan itu? Aku tidak pernah mendengar soal itu sama sekali!

Semoga saja tidak, tapi kami tidak akan berciuman di sini, kan?

“Benar, lho. Haruto-kun sama sekali tidak ragu menciumanku di depan umum. Y-Yah, meski biasanya hanya ciuman pipi kalau di depan umum, sih! Ayo, lakukanlah seperti biasa.”

Apakah kami benar-benar akan melakukannya di sini!? Maksudku, tentu saja ciuman di sini akan membuat hubungan kami terlihat lebih meyakinkan, tapi apakah kami perlu bertindak sampai sejauh itu hanya untuk menipu mereka…?

“Cium pipiku, oke? Jangan sampai mencium bibirku seperti kebiasanmu.”

“Baiklah jika Honey memaksa…”

Saat semua orang melihat dengan tatapan penuh minat, aku pun mencium pipi Momoi yang seputih salju… Astaga, pipinya terasa sangat lembut. Baik itu rambut atau kulitnya—Sulit dipercaya bahwa kami sama-sama manusia.

Saat aku menarik bibirku menjauh darinya, wajah Momoi menjadi merah padam.

Terlihat jelas dari reaksinya bahwa itu merupakan reaksi ciuman pertama, tapi mereka bertiga sepertinya tidak curiga sama sekali. Mata Takase berbinar, pipi Kotobuki sedikit memerah saat dia menutupinya dengan tangan, dan Aoki memotret kami.

Sepertinya mereka benar-benar percaya kalau kami pacaran. Dengan begini, meskipun kami tidak banyak berinteraksi di sekolah, mereka mungkin akan mengira kami berciuman di balik layar. Yang tersisa sekarang hanyalah mencari waktu yang tepat untuk putus dengan alasan perbedaan pandangan.

Tentu saja Momoi-lah yang akan memutuskanku. Jika Takase tahu bahwa Momoi tidak memiliki perasaan lagi padaku, Takase tidak akan perlu merasa bersalah apabila pacaran denganku nanti.

“Melihat kalian berdua bersikap manis begitu membuatku menginginkan sesuatu yang manis juga. Ran-chan, ayo keluarkan itu!”

Atas perintah Takase, Kotobuki pun berlari ke belakang meja kasir. Setelah beberapa saat, sebuah kue besar dibawa ke meja kami.

“Apakah ada yang ulang tahun hari ini?”

“Bukan. Ini perayaan Mahocchi punya pacar!”

Setelah dilihat baik-baik, di plat kuenya memang terdapat tulisan ‘Selamat, Maho-chan!’

Tunggu, bukankah ada yang aneh di sini?

“Kenapa hanya ‘Honey?”

“Bagaimana dengan kalian bertiga?”

Menanggapi pertanyaan kami, mereka bertiga saling bertukar pandang.

Kemudian, Takase mengerutkan keningnya dengan ekspresi meminta maaf dan berkata, “Begini… Soal aku yang punya pacar… um, itu semua bohong.”

Eh, seriusan?

“Takase tidak punya pacar!?”

“Ya, sebenarnya aku belum pernah punya pacar. Maaf sudah berbohong soal itu.”

“Tidak apa-apa, aku sama sekali tidak keberatan!”

Takase mungkin ingin menjaga harga dirinya seperti Momoi. Syukurlah Takase ternyata masih lajang!

“Maaf, ya, Mahocchi?”

“Tidak perlu minta maaf. Aku tidak merasa terganggu, kok.”

Mungkin karena Momoi juga berbohong, dia sepertinya tidak berniat untuk menyalahkan Takase.

“Jadi, kapan pacar Ran-chan dan Aoi-chan akan datang?”

“Oh, soal itu. Itu bohong.”

“Eh, bohong? Ran-chan juga tidak punya pacar?”

“Aku juga tidak punya.”

“Aoi-chan juga!?”

Momoi tampaknya benar-benar bingung sekarang.

Wajar saja sih. Ini adalah acara perkenalan pacar, namun tidak ada satu orang pun di sini yang punya pacar. Tujuan awal rencana ini saja sudah salah.

Namun, meski kabarnya mengejutkan, baik Takase, Kotobuki, maupun Aoki tampak tidak terkejut sama sekali. Mereke tidak terkejut seolah-olah mereka semua sudah tahu sejak awal.

“Jangan-jangan… kalian semua sudah saling tahu bahwa tidak ada satu pun dari kalian bertiga yang punya pacar?”

“Iya, kami sudah tahu, atau lebih tepatnya, kami bekerja sama. Jika kami pura-pura punya pacar, Maho jadi tidak perlu sungkan-sungkan lagi dengan kami.”

“Aku… sungkan?”

“Maho, apa kamu ingat apa yang kamu katakan setahun lalu? Saat kami tanya apakah kamu ingin punya pacar, kamu bilang, ‘Aku ingin punya pacar juga, tapi saat ini aku ingin menghargai waktuku bersama teman-temanku.’ Itulah sebabnya kami memutuskan untuk berpura-pura punya pacar.”

“Tapi aku kaget banget! Mahocchi ternyata punya pacar selama ini!”

“Kamu berpura-pura tidak punya pacar karena mimikirkan kami, kan?”

“Mulai sekarang, kamu tidak perlu sungkan saat berada di dekat kami. Tentu saja sepi rasanya jika kamu terus menghabiskan waktu dengan pacarmu, tapi Maho adalah sahabat kami yang berharga. Jadi kami ingin kamu juga memprioritaskan waktu bersama pacarmu.”

Dengan kata lain, mereka bertiga berpikir, jika mereka punya pacar, maka Momoi tidak akan merasa ragu untuk mencari pacar, jadi itulah sebabnya mereka berbohong kalau sudah punya pacar. Jadi begitu, ya…

“…Bisakah kita keluar sebentar, Honey?”

“Pas sekali. Ada yang ingin kubicarakan juga denganmu, Haruto-kun.”

Sepertinya kami sampai pada kesimpulan yang sama.

Kami memberi tahu Takase dan yang lainnya bahwa kami ingin ciuman bibir sebentar dan melangkah keluar.

“Hei, ada apa ini? Aku tidak diberitahu soal ini.”

“Aku juga tidak tahu. Kalau aku tahu, aku tidak akan memintamu berpura-pura menjadi pacarku.”

“Yah, itu benar sih, tapi apa yang harus kita lakukan sekarang? Semua orang di sana masih lajang, jadi kita tidak perlu berpura-pura pacaran lagi, kan?”

Momoi berpura-pura punya pacar karena dia khawatir akan dijauhi oleh teman-temannya karena mereka akan merasa tidak sopan untuk membicarakan pacar mereka di depan orang yang tidak punya pacar, sehingga itu dapat menyebabkan jarak dalam hubungan pertemanan mereka merenggang.

Namun, mereka semua ternyata masih lajang. Kami tidak perlu melanjutkan sandiwara ini lagi.

“Tapi, mana mungkin kita bisa jujur pada mereka, kan? Dalam suasana perayaan seperti itu, mana mungkin kita bisa bilang, ‘Oh, sebenarnya kami hanya pura-pura pacaran. Tee-hee.’”

“Itu mungkin akan mengurangi mood, tapi kamu harus berusaha melakukannya.”

“Dan aku yang harus memberitahukannya pada mereka…?”

Jangan memasang wajah tidak senang seperti itu. Kaulah yang menanam benih kekacauan ini sendiri.

“Aku tahu itu memang sulit, tapi lebih baik berterus terang sekarang daripada nanti, kan? Dengan begitu, itu tidak akan terlalu menyakitkan.”

“Tapi, bagaimana caranya aku menjelaskan tentangmu, Haruto-kun? Asal tahu saja, aku tidak bisa mengangkat topik pertemuan luring itu, lho? Mereka tidak tahu kalau aku ini seorang otaku.”

“Kalau begitu jelaskan saja kamu memintaku karena aku yang terlihat paling baik hati.”

“Baiklah… Aku minta maaf karena telah merepotkanmu.”

“Tidak apa. Semoga berhasil.”

“Ya, Aku akan melakukan yang terbaik…”

Setelah percakapan selesai, kami pun kembali ke kafe.

Momoi mulai berbicara meski terlihat tidak nyaman saat mereka hendak memotong kue Momoi yang bertuliskan, ‘Selamat, Maho-chan!’ di platnya.

“Um, begini—”

“Benar! Aku akan memberikannya padamu sekarang!”

Menyela kata-kata Momoi, Takase mengeluarkan kotak yang terbungkus rapi dari dalam tasnya.

“Apa ini?”

“Bukalah!”

Momoi pun mulai membuka bungkusnya dengan gelisah dan mengetahui bahwa isinya adalah garam mandi.

“K-Kenapa kamu memberiku garam mandi?”

“Ini sebagai ucapan selamat! Sahabatku akhirnya punya pacar! Jadi, aku mengeluarkan sedikit uang untuk membelikanmu ini!”

“B-Begitu, ya. Terima kasih. T-Tapi sebenarnya—”

“Aku memberimu album foto sebagai hadiah.”

“Bahkan Aoi-chan juga… Ini kapasitasnya besar sekali, kan?”

“Ini bisa menampung 600 foto. Aku harap kamu bisa mengabadikan banyak kenangan dengannya.”

“M-Makasih. Tapi, sebenarnya――”

“Aku memberimu satu set teh!”

Sepertinya mereka sudah merencanakan ini. Di tengah ucapan selamat yang mengalir deras, aku bisa mendengar suara hati yang patah. Merasa semakin sulit untuk menceritakan yang sejujurnya, Momoi terlihat seperti akan menangis.

Merasakan hal itu, Kotobuki dan yang lainnya menatap wajah Momoi dengan khawatir.

“…Apakah kamu tidak senang? Kupikir aku sudah memilih sesuatu yang mungkin akan Maho sukai…”

“Apakah kamu tidak menyukai garam mandi beraroma mawar?”

“Mungkinkah kamu lebih memilih foto digital…?”

Menghadapi ekspresi cemas dari ketiganya, Momoi buru-buru menggelengkan kepalanya.

“Tidak kok! Bukan begitu! Lagipula ini adalah hadiah yang dipilih oleh sahabatku dengan sepenuh hati, kan? Tentu saja aku akan merasa senang! Aku sangat senang hingga ingin menangis!”

Sepertinya dia sudah menyerah pada suasana perayaan ini. Aku ingin dia berusaha lebih keras, tapi aku tidak bisa mengeluh karena aku bisa memahami perasaannya.

Kalau sudah begini, kurasa akulah yang harus menceritakan semuanya…

“Tapi, aku sangat bersyukur lho. Aku senang karena pacar Mahocchi adalah Fujisaki-kun.”

“Kamu bersyukur pacarnya aku?”

“Ya, karena Fujisaki-kun orang yang serius.”

“Selain itu, kamu juga punya adik perempuan. Jadi kurasa kamu tidak punya fantasi yang aneh-aneh tentang perempuan. Ditambah lagi, aku sudah mengenalmu sejak SMP, dan meski penampilanmu begitu, kamu bukan tipe pria yang akan membuat perempuan menangis.”

“Menurutku Fujisaki akan dapat melindungi Momo.”

“Benar. Kalau itu Fujisaki-kun, aku bisa mempercayakan Mahocchi padanya dengan tenang! Tolong buatlah sahabatku benar-benar bahagia, oke?”

Aku mendapati diriku juga tidak bisa berkata apa-apa.

Aku percaya diri dengan kekuatan mentalku, tapi aku tidak punya keberanian untuk menghancurkan suasana perayaan ini.

Jika sudah begini, kurasa aku tidak punya pilihan lain selain tetap berpegang pada rencana awal… Aku juga sudah mengetahui bahwa Takase tidak punya pacar, jadi aku tidak perlu terburu-buru untuk menekankan bahwa aku masih lajang.

Sambil menyeruput kopi Kilimanjaro, aku pun meyakinkan diriku akan hal itu.



Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Aku, yang Tidak Memiliki Pengetahuan Apa Pun Soal Otaku, Entah Bagaimana Akhirnya Menikmati Kegiatan Otaku bersama Cabe-cabean Pembenci Pria
Score 9.2
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023 Native Language: Jepang
Tiba-tiba aku naksir teman sekelasku, Narumi Takase. Skenario idealku adalah membuat dia berteman dengan adik perempuan kembarku yang pemalu dan tertutup, Kotomi, yang juga seorang penyendiri di kelas yang sama denganku, agar bersama-sama, kami kakak beradik, dapat menjalani masa muda yang indah dan cerah. Namun, yang menjadi masalah adalah keberadaan sahabat Takase, Maho Momoi. Dia adalah gadis setengah Jepang yang cantik, berambut pirang, seleb cabe-cabean, dan terkenal akan ketidaksukaannya terhadap pria. Dia juga bersikap dingin terhadapku. Tapi setidaknya, aku berharap dia bisa berteman dengan adikku... Dan suatu hari adikku meminta bantuanku. Tampaknya dia akan bertemu dengan istri game onlinenya di pertemuan luring, dan dia ingin aku menjadi penggantinya karena dia merasa gugup. Demi adikku, aku pun menerima permintaan itu. Tapi, begitu aku tiba di tempat pertemuan, yang menungguku adalah Maho Momoi—!?!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset