[LN] Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Volume 1 Chapter 2.2 Bahasa Indonesia

Istri Game Online Adik Perempuanku Mengungkapkan Perasaan Padaku (Bagian 2)

Babak Dua: Istri Game Online Adik Perempuanku Mengungkapkan Perasaan Padaku

2


Dan hari Sabtu pun tiba. Usai menonton anime di pagi hari, aku tiba di Stasiun Kinjiyou lima menit sebelum waktu pertemuan.

Tempat pertemuannya, Manekin Neko, berada di lantai tiga gedung yang sama dengan tempat pertemuan kami sebelumnya.

Aku langsung memasuki gedung multi-tenant tersebut dan naik lift ke lantai tiga. Saat pintu lift terbuka, aku melihat seorang gadis berambut pirang bermata biru berdiri di depan tempat karaoke.

Momoi, yang mengenakan gaun rajut bahu terbuka, tampak sedang berdebat dengan seorang pria yang terlihat seperti seorang mahasiswa. Dia memasang ekspresi jijik dan meninggikan suaranya.

“Sudah kubilang, aku akan bertemu seorang pria.”

“Tapi, kamu ada waktu luang, kan? Aku bisa mengajakmu ke tempat yang lebih menyenangkan daripada karaoke.”

Pria itu sepertinya terus-terusan merayu Momoi. Jarang sekali kita menjumpai gadis SMA berambut pirang dan bermata biru, jadi bagi buaya darat yang handal dan percaya diri, mereka tidak akan bisa menahan diri untuk tidak mendekati gadis seperti itu.

“Mana mungkin aku pergi dengamu saat aku sudah ada janji, kan?”

“Baiklah, ayo kita bicarakan itu nanti.”

“Ukh, astaga! Aku benar-benar muak dengan orang yang suka memaksa! Kalau kamu tidak mundur juga—”

Dan kemudian, Momoi melihatku.

Aku berpikir untuk bersembunyi di dalam lift karena sepertinya mengganggu buaya darat itu bisa menimbulkan masalah, tapi karena dia sudah melihatku, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.

“Apakah dia kenalanmu, Momoi?”

“Bukan. Dia berusaha merayuku. Katakan sesuatu padanya—”

“A-A-A-A-Aku minta maaf! Permisi!”

Dia lari sebelum aku bisa mengatakan apa pun. Pintu lift di depanku sudah tertutup, jadi dia buru-buru berlari menuruni tangga.

“……”

Aku sadar kalau aku mungkin tampak menakutkan, tapi bukankah pria itu terlalu ketakutan? Itu menyakiti perasaanku lho…

Itulah sebabnya kebaikan Takase, yang tidak hanya tidak takut padaku tapi juga mengatakan aku “keren,” semakin terpancar.

“Terima kasih sudah mengusirnya. Kamu menyelamatkanku.”

“Aku tidak melakukan apa pun.”

“Kamu melakukan lebih dari yang kamu kira, tapi… Apakah kamu merasa sedih?” kata Momoi menatap wajahku, dan aku pun memalingkan muka.

“Aku tidak sedih.”

“Bohong. Kamu jelas-jelas merasa sedih—oh, aku tahu. Kamu syok karena dia takut padamu, kan?”

“Jangan meledekku.”

“Aku tidak meledekmu, kok. Memiliki wajah yang terlihat sangar bukanlah hal yang buruk. Itu mungkin bukan tipeku, tapi pasti ada orang yang menyukai tipe wajah seperti itu.”

Seharusnya dia tidak perlu mengatakan “itu mungkin bukan tipeku,” tapi karena aku tidak ingin Momoi menyukaiku, aku akan menganggap itu sebagai pujian.

“Ngomong-ngomong, kamu terlihat luar biasa.”

“Oh, kamu sadar?”

Karena hari ini bukan di kafe kolaborasi, mereka tidak menentukan tema pakaiannya, jadi aku datang ke sini dengan pakaian santai.

Beberapa hari yang lalu, aku pernah mendengar bahwa Takase sangat bersemangat tentang ramalah horoskop hewannya, yang mengatakan bahwa dia memiliki kecocokan yang baik dengan orang-orang “tipe harimau.” Jadi aku pun membeli kemeja dan celana bermotif harimau di hari itu juga. Aku memakainya sekarang dengan harapan Momoi akan menyebutkan pada Takase bahwa dia melihatku berpakaian serba harimau.



“Tidak. Aku tidak sadar. Cosplay siapa itu?”

“Eh, cosplay?”

“Ya. Kalau bukan, itu terlalu norak.”

Terlalu norak kau bilang…? Tidak, tunggu dulu, bukankah ini keren? Tidak ada yang menganggap harimau itu tidak keren, jadi wajar saja jika kemeja dan celana bermotif harimau juga dianggap keren, kan?

Ah, aku paham.

“Artinya ini bukan selera Momoi, kan?”

“Itu pandangan umum, lho. Kombinasinya terlalu buruk. Kalau berwajah imut, itu masih bisa ditoleransi karena gap-nya, tapi saat dipakai olehmu, itu hanya membuatmu terlihat seperti seorang preman.”

Ini mengesalkan, tapi aku kalah dalam perdebatan ini. Memang benar bahwa sebagian orang menganggap harimau itu menakutkan, jadi wajar saja jika kemeja dan celana bermotif harimau juga dianggap menakutkan.

Begitu, aku terlihat seperti seorang preman, ya? Jadi, itulah sebabnya orang itu melarikan diri.

Lega rasanya mengetahui bahwa itu bukan karena wajahku, tapi jika Momoi memulai percakapan seperti “Aku melihat Fujisaki berpakaian norak,” itu akan sangat buruk. Aku harus menghidarinya.

“Seperti yang Momoi bilang, ini cosplay, dari anime tak terkenal!”

“Apa judulnya? Biar aku browsing.”

“Sebaiknya kamu tidak mencarinya! Maksudku itu, um, agak berdarah-darah! Pokoknya, ayo kita cepat masuk!”

Aku mendesaknya dengan kuat dan masuk melalui pintu otomatis. Begitu pegawai wanita toko itu melihatku bergegas masuk, ekspresinya langsung menjadi tegang. Aku harus benar-benar berhenti memakai pakaian ini.

“S-Selamat datang! Apakah untuk dua orang?”

“Ya, berdua.”

“Berapa durasi yang ingin kalian pesan?”

“Durasi… Bagaimana menurutmu?”

“Bagaimana kalau dua jam?”

“Hanya dua jam?”

Aku pikir dia akan bersenang-senang habis-habisan di waktu luangnya. Apakah dia punya rencana lain hari ini? Yah, bagiku, semakin singkat semakin bagus. Lagipula aku hanya punya stok tujuh lagu.

“Kupikir akan lebih baik menyelesaikannya lebih awal karena sebentar lagi kita akan menghadapi ujian. Tapi jika kamu benar-benar ingin bernyanyi lebih lama, aku bisa menemanimu selama yang kamu mau.”

“Oh, tidak, dua jam saja sudah cukup. Kalau terlalu kelamaan, pada akhirnya itu cenderung akan jadi membosankan.”

“Aku paham maksudmu. Karena kita kemungkinan akan kehabisan lagu untuk dinyanyikan di tengah jalan, dan akhirnya cenderung menambahkan lagu yang tidak kita kenal. Menjelang akhir, kita mungkin hanya akan menonton videonya saja.”

Dari cara dia berbicara, sepertinya dia sudah memiliki pengalaman karaoke dengan orang lain, tidak seperti Kotomi yang hanya karaoke sendirian. Apakah dia biasanya pergi bersama rombongannya yang biasa? Aku ingin tahu lagu macam apa yang disukai Takase.

“Tolong, dua jam.”

Aku memberi tahu pegawai toko tentang durasi yang kami inginkan, menerima mikrofon dan gelas, menuangkan cola dari bar minuman, dan kemudian menuju ke ruang karaoke. Kami duduk di sofa yang saling berhadapan, dan Momoi memberikanku panel sentuh.

“Kamu bisa bernyanyi sebanyak yang kamu mau.”

Nah, apa yang harus aku lakukan?

Aku memiliki total stok tujuh lagu: empat lagu opening, dua lagu ending, dan satu lagu latar. Meskipun aku menyisipkan segmen diskusi anime di antaranya, itu hanya akan memakan waktu paling lama satu jam.

Aku berencana mengulur waktu dengan mengulang lagu yang sama, tapi si Kotomi itu mengisi tiga slot berharga dengan lagu yang teriak-teriak, yang berarti tenggorokanku akan mati jika aku mengulanginya terlalu banyak.

Aku datang ke karaoke dengan tekad siap membuat suaraku mati, dan jika berlangsung selama dua jam, aku bisa membuat dia percaya bahwa aku adalah ‘otaku yang menyukai lagu anime tak terkenal’ sebelum akhirnya pulang, tapi…

“Mahorin, ayo kamu nyanyi juga.”

Kalau bisa, aku ingin Momoi juga bernyanyi. Dengan begitu, masing-masing dari kami hanya membutuhkan waktu satu jam. Bahkan dengan tujuh lagu, aku bisa bertahan tanpa harus mengulangi satu pun lagu.

“Bukankah kamu enggan menyerahkan mikrofon?”

“Iya betul, tapi ini pertama kalinya aku datang ke karaoke bersama penggemar lagu anime. Aku ingin bersenang-senang bersama. Itu kedengarannya lebih seru, kan?”

“Aku ngerti. Sejujurnya, aku juga ingin bernyanyi. Ini pertama kalinya aku menyanyikan lagu anime bersama seseorang! Akhirnya, aku bisa bersemangat menyanyikan lagu anime…”

Momoi tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Jika dia ingin bernyanyi, dia seharusnya mengatakannya dengan jujur. Mungkinkah Momoi, sama halnya seperti Kotomi, berusaha agar tidak dibenci oleh suami game online-nya?

“Apakah kamu tidak menyanyikan lagu anime saat pergi bersama temanmu?”

“Aku hanya menyanyikan apa yang sedang populer saat itu. Aku merahasiakan bahwa aku seorang otaku.”

Dia terlalu berhati-hati. Aku bahkan tidak akan menyadari kalau itu adalah lagu anime ketika seseorang menyanyikannya, dan meski sadar pun, aku tidak akan terlalu mempermasalahkannya. Kurasa aku tidak akan mengerti karena aku bukan seorang otaku, tapi mungkin butuh keberanian untuk terbuka tentang hal semacam itu.

Bagaimanapun juga…

“Nyanyikanlah lagu anime sebanyak yang kamu mau. Dan jika bisa, izinkan aku mendengarkan lagu karakter MioMio juga.”

Momoi bilang bahwa dia menyukai seluruh karakter. Jika dia menyanyikan lagu MioMio, kemungkinan besar dia ingin menyanyikan semua lagu karakter Doriste. Kalau Doriste, meski topiknya beralih ke anime pun, entah bagaimana aku pasti bisa mengikutinya.

“Aku ingin bernyanyi! Ngomong-ngomong soal MioMio-chan, terima kasih banyak untuk stand akriliknya! Lihat, itu jadi seperti ini!”

Momoi menunjukkan padaku foto di smartphone-nya. Stand akrilik karakter Doriste dijajarkan dalam wadah iluminasi, memberikan suasana seperti tempat konser live.

“Ini sangat luar biasa.”

“Iya, kan~?! Aku pikir kamu sudah tahu dari melihatnya, tapi baris atas adalah rekayasa ulang adegan live episode terakhir! Baris bawah menggambarkan kehidupan sehari-hari yang glamor dari para idola! Dan, foto ini adalah rak figurine-ku! Aku telah menjadikannya tempat live impian hanya dengan karya-karya yang berhubungan dengan musik! Rak ini terbatas untuk Miku-chan! Daaan, ta-da! Nekketsu Senki… oh, salah, bukan yang ini.”

Aku melihat sesuatu yang luar biasa!

Momoi berseru kegirangan, tapi dia dengan cepat menggeser layar ponselnya saat menunjukkan foto yang salah padaku.

Itu hanya sesaat, tapi itu foto Takase, kan?! Itu foto Takase yang sedang bergaya di kafe sambil memegang secangkir kopi, kan!?

“Matamu berbinar-binar. Apakah ini semenakjubkan itu?”

“Ya, itu luar biasa! Terima kasih telah menunjukkan padaku sesuatu yang luar biasa seperti itu!”

“Bukan masalah besar, kok! Sebaliknya, figurine memang dimaksudkan untuk dipamerkan, kan? Shikkoku-kun, tunjukkan juga koleksi figurine-mu dong.”

“Oh, uh, ya, aku tidak memotretnya.”

“Benarkah?”

“Ya, benar. Aku tipe orang yang tidak foto-foto bahkan ketika aku sedang pergi liburan dan menyimpan semuanya di dalam hati. Yang lebih penting, ayo kita segera bernyanyi!”

“Begitu, ya,” kata Momoi dengan ekspresi bersemangat. Sambil merasa cemas apakah aku dapat memenuhi ekspektasi-nya, aku mengoperasikan panel sentuh dan mengambil mikrofon.

Judul lagu muncul bersamaan dengan intronya, dan Momoi pun terlihat bingung.

“Lagu anime apa ini?”

Dennou Ninja Taisen. Apakah kamu tidak tahu?”

“Ya, aku belum pernah mendengarnya.”

“Yah, lagian ini tidak terkenal.”

Setelah aku mengatakan itu, aku pun mulai bernyanyi dengan sepenuh hati. Awalnya lagu ini cukup mudah untuk dinyanyikan, namun menjadi merepotkan ketika bagian rap muncul di tengah-tengah lagu. Si Kotomi itu, kenapa pula dia memasukkan lagu rap di satu slot berharga ini? Dia harusnya memprioritaskan kemudahan bernyanyi daripada tipe suara.

Setelah lagu berakhir, aku meletakkan mikrofon.

“…Jadi, bagaimana?”

“Aku baru pertama kali mendengar lagu ini, tapi itu lagu yang bagus. Maksudku, menyelipkan rap misterius di tengah-tengah adalah hal yang biasa di lagu anime, kan? Baiklah, sekarang giliranku! Pertama, lagu karakter siapa yang harus kunyanyikan?”

Tidak ada pertanyaan soal anime-nya! Enam jam yang aku habiskan menonton Dennou Ninja Taisen ​​berakhir dalam sekejap.

Padahal di antara daftar anime yang dibuat Kotomi, itu adalah yang paling menarik, dan ada banyak adegan yang bisa aku bicarakan… Aku bisa saja mengangkat pembicaraan anime duluan, tapi Momoi sudah dengan penuh semangat siap untuk bernyanyi.

“Aku sudah memutuskan! Sesuai permintaan, mari kita mulai dengan MioMio-chan!”

“Yeeeey! MioMio~!”

“Jangan pedulikan aku dan lakukanlah otagei-mu, oke?”

TLN: Otagei adalah sorakan atau gerakan tari khas yang dilakukan oleh penggemar ketika menonton konser-konser idola Jepang.

Otagei!?”

“Shikkoku-kun tipe orang yang melakukan otagei saat mendengarkan lagu anime, kan?”

Aku baru mendengar itu?!

“Ini pertama kalinya aku melihat orang melakukan otagei secara langsung~!”

Momoi menatapku dengan mata penuh harap.

Aku tahu apa itu otagei dari menonton Doriste, tapi tentu saja aku sendiri belum pernah melakukannya.

Namun, dalam benak Momoi, aku seharusnya bisa melakukannya. Karena aku telah memainkan peranku sebagai pengganti dengan sempurna sejauh ini, aku tidak ingin melakukan kesalahan di tempat seperti ini.

Intro diputar, dan Momoi pun memegang mikrofon. Saat dia mulai bernyanyi, aku menggoyangkan pinggulku dengan kuat dan memutar lenganku dengan cepat.

“Puhaha!”

Melihatku seperti itu, Momoi tertawa terbahak-bahak. Dia terbatuk-batuk, berusaha menahan tawa, sambil terus menyanyikan lagu karakter Doriste. Saat lagu berakhir, dia mulai tertawa sambil menekan perutnya seolah tidak bisa lagi menahan tawanya.

“Hei, Shikkoku-kun, kamu lucu banget!’

“J-Jangan menertawakanku seperti itu.”

“Tapi gerakanmu ternyata sangat tajam… kontras antara pakaian dan gerakanmu… hehe, hahaha.”

Sepertinya dia menganggapnya lucu. Tarianku itu sepertinya terpatri di benaknya, karena Momoi tidak bisa menghentikan tawanya.

Sambil menyeka air mata yang jatuh dari mata birunya, dia berkata, “Ah, itu lucu banget. Shikkoku-kun, kamu yang terbaik. Bolehkah aku memvideokannya? Aku janji tidak akan menunjukkannya kepada siapa pun.”

“Tidak mungkin, itu memalukan.”

“Ah, sayang sekali. Nah, Shikkoku-kun, selanjutnya giliranmu.”

Aku menerima panel sentuh darinya, memilih lagu, dan mengambil mikrofon. Intronya mulai diputar, tapi itu adalah lagu yang tak terkenal, karena sepertinya Momoi tidak tahu anime-nya. Bahkan setelah aku selesai bernyanyi, kami tidak membicarakan tentang anime-nya. Momoi dengan penuh semangat memilih lagu berikutnya, dan saat musik dimulai, dia menatapku dengan ekspresi penuh harap, menyanyikan lagu sambil menahan tawa saat melihatku melakukan gerakan otagei yang heboh.

Kemudian terdengar dering telepon tepat pada saat staminaku sudah mencapai batasnya karena melakukan otagei dan segala macam teriakan. Momoi mengangkat telepon tersebut menggantikanku yang kelelahan.

“Mereka bilang waktu kita tinggal sepuluh menit lagi. Bagaimana? Apa kamu ingin menambah waktu?”

Momoi pasti sangat menikmatinya, karena dia menyarankan untuk memperpanjang waktu.

Jika itu Kotomi, dia mungkin akan menerimanya agar tidak dibenci, tapi aku yakin bahwa aku sudah cukup menghibur Momoi. Lagi pula, Momoi-lah yang awalnya menyarankan waktu dua jam ini, jadi dia sepertinya tidak akan keberatan jika aku menyudahinya di sini.



“Mari kita cukupkan ini untuk hari ini.”

“Apa kamu yakin?”

“Jika kamu masih ingin bernyanyi, kita bisa memperpanjangnya sekitar satu jam…”

“Tidak. Aku juga sudah cukup.”

Setelah memberitahu pegawai karaoke bahwa kami tidak menambah waktu, Momoi duduk di sofa dan menatapku dengan tatapan serius.

“Aku tahu ini pertanyaan yang aneh tapi… apakah kamu punya pacar?”

“Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu?”

“Jawab saja.”

“Tidak ada, tapi…”

Sambil menghela nafas lega, dia berkata, “Kalau begitu, pacaranlah denganku.”

Dia mengatakan sesuatu yang membuatku bingung.

Hah? Pacaran? Aku? Dengan Momoi? Apakah dia menyukaiku?

Aku senang jika dia merasa seperti itu, tapi aku tidak bisa pacaran dengannya. Karena, orang yang kusukai adalah Takase.

Tapi… Meskipun dia mengatakannya dengan santai, mengungkapkan perasaan membutuhkan keberanian yang besar…

Dan meskipun kesimpulannya adalah aku tidak bisa pacaran dengannya, akan sangat kejam jika aku menolaknya dengan kata singkat “tidak mungkin.”

Satu-satunya pilihanku adalah memilih kata-kataku dengan hati-hati dan menolaknya dengan cara yang tidak akan terlalu menyakiti perasaannya.

“Uuh… Bagaimana bilangnya, ya. Begini… Ini agak sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, tapi—”

“Ah, cukup. Kamu tidak perlu mengatakannya,” sela Momoi dengan ekspresi acuh tak acuh.

“Kau menganggap enteng hal ini…”

“Karena sejak awal aku tidak berniat pacaran denganmu.”

“…Jadi kamu mempermainkanku?”

“Aku tidak akan melakukan hal sejahat itu. Aku hanya ingin memastikan perasaanmu, Fujisaki.”

“Perasaanku?”

“Aku ingin tahu apakah Fujisaki jatuh cinta padaku atau tidak. Kupikir kamu mungkin akan sedikit ragu, tapi aku tidak pernah menyangka kamu akan begitu tidak tertarik. Itu cukup mengejutkan.”

“…Haruskah aku terlihat menyesal? Ataukah harus terlihat bangga?”

“Berbanggalah. Terima kasih karena tidak jatuh cinta padaku.”

“Sama-sama.”

“Jadi, poin utamanya adalah, bisakah kamu berpura-pura pacaran denganku?’

Tolong jangan membuatku bingung lagi!

“Kenapa? Aku tidak mengerti.”

“Maaf membuatmu bingung. Biar kujelaskan dari awal—saat aku pertama kali menyarankan pertemuan luring, itu sebagian karena aku ingin jalan-jalan denganmu, tapi yang lebih penting, itu untuk menanyakan apakah kamu mau berpura-pura menjadi pacarku atau tidak. Karena itu hanya pura-pura, aku berencana membatalkan rencana itu jika ternyata kamu menunjukkan tanda-tanda ketertarikan padaku.”

“Lalu kenapa kamu tidak langsung mengusulkan hal itu sebelumnya?”

Bukan hanya kali ini, selama di kafe kolaborasi sebelumnya pun aku tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan pada Momoi. Malahan aku ingin melarikan diri dari tempat itu secepat mungkin.

“Untuk memastikan. Aku memutuskan untuk mengamati tingkah lakumu. Lalu aku menyadari bahwa kamu tidak bersikap akrab denganku di sekolah, kamu menolak untuk memperpanjang waktu pertemuan, dan kamu mencoba untuk menolakku ketika aku menyatakan cinta padamu. Fakta bahwa kita adalah teman sekelas memang sedikit menyulitkan, tapi tidak ada orang lain yang lebih cocok untuk ini selain kamu. Jadi tolong, berpura-puralah menjadi pacarku!”

Berpura-pura menjadi pacar Momoi, wanita yang diidam-idamkan oleh setiap pria――

Sejujurnya, aku tidak ingin melakukan itu, tapi jika aku menolak tawarannya, Momoi mungkin akan mencari pria lain yang mau berpura-pura menjadi pacarnya, atau lebih buruknya lagi, dia akan secara aktif mencari suami game online lain.

Aku tidak punya perasaan suka terhadap Momoi, tapi aku juga tidak membencinya. Meskipun aku adalah pemeran pengganti, tapi kami telah bersenang-senang bersama. Dan apabila dia mengadakan pertemuan luring dengan suami game online barunya, dan ternyata orang tersebut memiliki perasaan yang tidak pantas terhadap Momoi—Jika terdengar skandal berita seperti itu, aku benar-benar akan merasa menyesal.

Dan juga ada Kotomi yang perlu dipertimbangkan.

Jika hubungannya dengan suami game online-nya yang baru berjalan baik, itu mungkin akan merenggangkan hubungannya dengan Kotomi. Momoi adalah satu-satunya teman Kotomi, dan aku ingin menghindari risiko Kotomi kehilangan itu.

Jadi aku sudah memutuskan jawabanku, tapi aku ingin mendengar lebih banyak tentang detailnya.

“Apa tujuanmu berpura-pura punya pacar?”

Misalnya, apakah dia ingin menghindari perjodohan yang tidak diinginkan dengan berpura-pura punya pacar?

Ataukah mungkin dia ingin menghadiri acara yang terbatas hanya untuk pasangan?

Atau mungkin dia hanya ingin menggunakannya sebagai cara untuk terhindar dari didekati buaya darat?

“Aku ingin memperkenalkanmu pada teman-temanku.”

…Aku punya firasat buruk tentang ini.

Kuharap tebakanku salah… tapi akhir-akhir ini firasat burukku selalu jadi kenyataan.

“Apakah teman-temanmu itu… Kotobuki, Aoki, dan Takase?”

“Tepat sekali.”

Sial, mereka semua adalah teman dekatnya!

Kalau Kotobuki dan Aoki sih aku tak masalah, tapi berpura-pura menjadi pasangan di depan Takase? Yang benar sajalah! Aku telah memendam perasaan pada Takase selama satu tahun satu bulan! Aku tidak ingin ada yang mengira aku sudah punya pacar, terutama Takase!

Tapi aku tidak bisa menolaknya demi Kotomi!

“Tolonglah. Aku janji tidak akan membuat masalah apa pun untukmu, Fujisaki! Ran-chan, Aoi-chan, dan Naru-chan, mereka semua dapat menjaga rahasia dan tidak akan menyebarkan rumor di sekolah. Kita bisa putus tanpa drama apa pun, dan yang perlu kamu lakukan hanyalah bersikap seperti pacarku di hari aku memperkenalkanmu pada mereka bertiga!”

“Meskipun hanya sehari, bukankah mereka akan mengira kita masih berpacaran setelahnya?”

Malahan, tidak ada gunanya memperkenalkanku jika tidak membuat mereka berpikiran seperti itu.

“Tenang saja. Aku tidak bisa bilang pada mereka bahwa kita pura-pura pacaran, tapi aku bisa bilang bahwa kita akhirnya putus.”

“Terus apa alasan kita putus?”

“Alasannya? Aku belum memikirkannya sampai sejauh itu… Namun, sepertinya yang paling aman adalah putus karena bertengkar atau perbedaan pandangan.”

“Jika harus memilih di antara kedua itu, aku memilih perbedaan pandangan. Dan, jika memungkinkan, buatlah seolah-olah kita putus secara baik-baik.”

Momoi adalah sahabat Takase. Jika dia mendengar bahwa kami putus karena bertengkar, dia mungkin akan membenciku.

Dan karena Momoi berasal dari keluarga kaya raya, perbedaan pandangan seharusnya menjadi alasan yang masuk akal.

“Baiklah… Jadi, apakah kamu mau melakukannya?”

“Aku akan melakukannya, tapi… Kenapa kamu harus berpura-pura punya pacar?”

Momoi mengalihkan pandangannya, tampak malu. Dengan susah payah, dia menjelaskan, “Kupikir aku akan merasa tersisih karena hanya aku satu-satunya yang tidak punya pacar, jadi aku membual dan mengatakan pada mereka bahwa aku pun punya pacar.”

“…Apa?”

“Ku~bi~lang, hanya aku satu-satunya yang tidak punya pacar! Coba pikirkan, bukankah kamu akan merasa cemas jika semua sahabatmu tiba-tiba punya pacar? Kamu mungkin akan khawatir mereka akan mulai nongkrong hanya sesama mereka yang punya pacar saja, kan?”

“…Biar kupastikan. Apakah kamu satu-satunya yang tidak punya pacar?”

“Apa kau meledekku?”

“Aku tidak meledekmu. Hanya saja caramu mengatakannya membuatnya terdengar seperti tiga lainnya sudah punya pacar… haha, kayak itu benar saja.”

“Yah, itulah sebabnya kita melakukan percakapan ini, kan? Selain itu, mereka bertiga sangat imut, jadi wajar saja jika mereka punya pacar.”

Ya, memang! Sangat imut! Begitu imut sehingga wajar punya pacar!

Tapi mereka tidak punya, kan?! Maksudku, Takase tidak punya, kan?! Tahukah kamu seberapa sering aku memperhatikan Takase? Aku belum pernah melihat Takase bertingkah mesra dengan cowok di sekolah!

“N-Ngomong-ngomong, siapa pacar mereka? Seperti apa pacar mereka? Sudah berapa lama mereka pacaran?”

“Sekitar dua bulan—sejak liburan musim semi. Aku hanya tahu kalau mereka bukanlah pria dari sekolah kita.”

“Apakah mereka belum pernah menunjukkan foto pacar mereka padamu?”

“Ya. Mungkin mereka berpikir tidak pantas memamerkan hubungan mereka di depan orang yang tidak punya pacar sepertiku. Itulah sebabnya aku bilang aku punya pacar. Tapi kemudian aku dibombardir dengan berbagai macam pertanyaan.”

Mereka adalah teman dekat, dan terlebih lagi, dia adalah cewek paling populer di sekolah. Wajar saja jika mereka penasaran pria seperti apa yang Momoi pacari.

“Awalnya, aku berhasil lolos dengan mengarang cerita… tapi baru-baru ini, Ran-chan menyarankan agar kami ‘memperkenalkan pacar kami di saat yang sama.’ Jadi, karena mereka semua sangat antusias, dan aku sudah tidak bisa mengelak lagi, itulah sebabnya aku mengajak bertemu luring.”

“Saling memperkenalkan pacar di saat yang sama!?”

“Apakah kamu mulai gugup?”

“Sama sekali tidak! Malahan, aku ingin itu terjadi sesegera mungkin!”

“Kalau begitu, apakah besok tak masalah?”

“Sama sekali tak masalah!”

Aku melihat secercah harapan! Aku mungkin tidak akan sanggup melihat Takase bermesraan dengan pria lain, tapi ini adalah kesempatan terakhirku.

Saling memperkenalkan pacar secara bersamaan berarti mereka akan dibandingkan. Jika aku bisa menunjukkan bahwa aku pria yang lebih baik, Takase mungkin akan tertarik padaku! Baru dua bulan berlalu sejak mereka mulai pacaran, jadi cinta mereka seharusnya belum terlalu dalam! Ada kemungkinan besar dia akan memilihku, pria yang duduk di sebelahnya, daripada pria dari luar sekolah kami yang tidak bisa dia temui dengan bebas!

“Aku akan berpura-pura menjadi pacarmu! Sebagai gantinya, aku punya satu permintaan!”

“Jika itu sesuatu yang bisa kulakukan untukmu, aku akan mendengarkan permintaan apa pun, jadi jangan ragu untuk mengatakannya.”

“Tolong ubahlah aku menjadi pria tampan!”

Momoi tampak tercengang.

“Apakah kamu khawatir dengan wajahmu? Fujisaki, kamu sebenarnya tidak jelek, kok. Kamu mungkin mempunyai wajah yang terkesan berandalan, tapi ciri-ciri wajahmu proporsional, dan menurutku kamu termasuk dalam kategori keren.”

“Yang kumaksud adalah soal pakaian.”

“Ah, pakaian, ya. Tentu, serahkan padaku!”

“Terima kasih!”

Momoi yang modis seharusnya bisa membuatku terlihat keren. Dia seharusnya bisa mengubahku menjadi pria tampan hingga Takase pun mau tidak mau akan jatuh cinta padaku――!

Dengan harapan seperti itu di hatiku, kami pun meninggalkan tempat karaoke.



Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Aku, yang Tidak Memiliki Pengetahuan Apa Pun Soal Otaku, Entah Bagaimana Akhirnya Menikmati Kegiatan Otaku bersama Cabe-cabean Pembenci Pria
Score 9.1
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023 Native Language: Jepang
Tiba-tiba aku naksir teman sekelasku, Narumi Takase. Skenario idealku adalah membuat dia berteman dengan adik perempuan kembarku yang pemalu dan tertutup, Kotomi, yang juga seorang penyendiri di kelas yang sama denganku, agar bersama-sama, kami kakak beradik, dapat menjalani masa muda yang indah dan cerah. Namun, yang menjadi masalah adalah keberadaan sahabat Takase, Maho Momoi. Dia adalah gadis setengah Jepang yang cantik, berambut pirang, seleb cabe-cabean, dan terkenal akan ketidaksukaannya terhadap pria. Dia juga bersikap dingin terhadapku. Tapi setidaknya, aku berharap dia bisa berteman dengan adikku... Dan suatu hari adikku meminta bantuanku. Tampaknya dia akan bertemu dengan istri game onlinenya di pertemuan luring, dan dia ingin aku menjadi penggantinya karena dia merasa gugup. Demi adikku, aku pun menerima permintaan itu. Tapi, begitu aku tiba di tempat pertemuan, yang menungguku adalah Maho Momoi—!?!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset