Babak Satu: Bertemu Luring dengan Istri Game Online Adik Perempuanku
2
Malam itu.
Aku menyelesaikan PR-ku lebih awal dan dengan rajin memeriksanya ulang.
Aku tidak suka belajar, dan selama SMP, aku adalah tipe orang yang cenderung sering bolos belajar. Sepulang sekolah, aku akan menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama teman-temanku, mengobrol tanpa tujuan, menonton variety show, dan bahkan latihan otot tanpa alasan.
Alasan aku menjadi tertarik untuk belajar adalah semata-mata agar dapat dekat dengan Takase.
Aku pernah mendengar bahwa Takase bukanlah murid yang pandai. Jika dia bisa mengetahui kepintaranku, dia mungkin akan mengandalkanku ketika dia memiliki masalah dalam studinya. Jika kami dapatbelajar bersama sepulang sekolah, jarak di antara kami pasti akan menyusut dengan drastis.
Karena itulah aku belajar seperti ini. Sejauh ini, nilaiku berada di atas rata-rata. Aku secara aktif mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan selama jam pelajaran, tapi Takase sering tertidur di kelas, jadi tidak ada jaminan bahwa kemampuan akademis-ku dapat tersampaikan padanya.
Tapi perubahan tempat duduk hari ini memungkinkan kami untuk bersebelahan. Kami mungkin akan saling menunjukkan jawaban kami selama ujian tengah caturwulan di akhir bulan ini――Jika aku dapat menunjukkan kepada Takase nilaiku yang dapat 100, aku seharusnya dapat memberikan kesan padanya bahwa aku ini pintar!
“Ayo semangat!”
Aku menampar pipiku untuk meningkatkan motivasi. Penuh tekad, aku pun mulai memecahkan kumpulan soal-soal latihan.
“Haru-nii, apakah kamu masih bangun?”
Saat ini hampir pukul 22:00 ketika aku mendengar suara ketukan di pintu.
Ketika aku menjawab dari balik pintu bahwa aku masih bangun, Kotomi memasuki kamar dengan ragu-ragu.
Dia sepertinya baru saja selesai mandi. Rambut hitam panjangnya berkilau dan dia mengenakan kaos bergambar karakter anime dan celana olahraga.
“Ada perlu apa jam segini?”
“Yah… um…”
Kotomi menunduk dan berkata dengan terbata-bata.
Itu bukan karena dia malu padaku. Meskipun kami tidak banyak berinteraksi di sekolah, kami seperti kakak adik yang normal dan dekat ketika kami di rumah. Alasan dia berbicara terbata-bata mungkin karena itu adalah topik yang sulit untuk dibicarakan. Misalnya――
“Apakah kamu ingin aku membantumu mengerjakan PR?”
“Um, tidak, bukan itu…”
“Apakah kamu ingin aku menemanimu ke minimarket?”
“Tidak, bukan itu juga…”
“Apakah ada serangga di kamarmu atau semacamnya?”
“Bukan itu juga… Haru-nii, apakah kamu tahu ‘LoF’?”
“El-o-ef?”
“Itu singkatan dari ‘Life of Farmer.’”
“Oh… Bukankah itu nama game online yang kamu mainkan, Kotomi?”
“Ya, benar.”
“Yah, aku pernah dengar, tapi aku tidak benar-benar tahu banyak tentang itu.”
Aku ingat Kotomi pernah menyebutkannya saat di tahun kedua kami di SMP.
Itu adalah game gaya hidup santai di mana kalian mencari nafkah sebagai pemilik pertanian, yang dimulai dari pertanian kecil. Kalian dapat memperoleh penghasilan dengan menjual hasil panen dan produk ternak, dan menggunakan penghasilan tersebut untuk membeli pakaian baru, furnitur, dan bahkan pindah ke peternakan yang lebih besar.
Karena itu adalah game online, kalian dapat berinteraksi dengan pemilik peternakan lainnya――yaitu, para pemain.
Katanya, kalau sudah berteman dengan pemain lain, kalian bisa chatting-an dan bahkan ada juga fitur pernikahan.
Meski Kotomi pemalu, itu bukan berarti dia tidak suka bersosialisasi. Sejak awal, alasan dia mulai bermain game online adalah untuk mencari teman.
Fakta bahwa orang tua kami bersedia menanggung biaya bulanan sebesar 800 yen, yang merupakan pengeluaran yang signifikan bagi seorang murid SMP pada saat itu, sebagian besar karena Kotomi ingin memiliki teman.
Itu saja informasi yang aku ketahui tentang “Life of Farmer.”
“Jadi, kenapa dengan game itu?”
“Um, sebenarnya, aku punya istri di LoF.”
“Bukan suami?”
“Bukan, tapi istri. Aku menggunakan karakter pria yang keren.”
Tidak kusangka seseorang seperti Kotomi, seseorang yang pemalu, menikah meski itu di dalam game online. Terlebih lagi, pasangan virtualnya adalah karakter wanita. Itu cukup mengejutkan, tapi mereka tidak bertemu secara langsung sih. Karena mereka tidak bertemu secara langsung, dia mungkin dapat menunjukkan keterampilan komunikasinya dan melakukan pernikahan virtual.
“Apakah kamu repot-repot datang ke sini hanya untuk mengumumkan pernikahanmu?”
“Bukan. Kami sudah menikah selama dua tahun sekarang.”
“Jadi, kamu datang ke sini bukan untuk meminta hadiah ucapan selamat?”
“Hanya karena aku menikah di dalam game bukan berarti aku akan meminta hadiah ucapan selamat. Game adalah game, dan dunia nyata adalah dunia nyata.”
Namun… Dia menghela nafas dengan murung dan berkata, “Tapi sepertinya dia tidak berpikir begitu.”
“Apa maksudmu?”
“Dia mengajakku untuk bertemu luring.”
“Oh… Jadi begitu, ya.”
Aku mengerti situasinya.
Dia takut bertemu pasangan game online-nya di dunia nyata.
Meskipun dia dapat menikmati interaksi dan mengobrol online, tapi bertemu langsung adalah cerita yang berbeda. Meskipun sudah dua tahun sejak pernikahan virtual mereka, namun di dunia nyata, mereka baru akan saling berkenalan, dan Kotomi kemungkinan akan menunjukkan rasa gelisahnya terhadap orang asing.
Meski begitu, mereka bisa bergaul dengan baik dalam game online. Jadi, jika dia bisa mengatasi rintangan bertemu langsung, maka Kotomi akan bisa memiliki teman di dunia nyata.
Hanya saja… Terkadang aku melihat berita tentang orang-orang yang mendapat masalah dengan orang yang mereka kenal secara online, dan sebagai seorang kakak, aku mau tidak mau jadi khawatir membiarkan Kotomi pergi sendirian…
Sama seperti halnya Kotomi yang berpura-pura menjadi seorang pria, ada kemungkinan pihak lain tersebut juga berbohong dan berpura-pura menjadi seorang wanita. Tidak ada jaminan bahwa perilaku orang tersebut tidak akan berubah drastis begitu dia menyadari bahwa Kotomi adalah seorang gadis SMA.
“Jadi, apakah kamu ke sini untuk memintaku menemanimu ke pertemuan luring itu karena kamu takut pergi sendirian?”
Aku berasumsi bahwa itulah alasannya, tapi tampaknya aku salah.
Kotomi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Haru-nii, aku ingin kamu menjadi penggantiku di pertemuan itu.”
Aku tidak mengerti maksudnya.
“Apakah pengganti berarti… aku yang harus pergi ke pertemuan offline itu?”
“Ya.”
“Tapi kenapa aku?”
Dia istrimu, kan? Temuilah sendiri.
“Karena aku tidak ingin Mahorin membenciku…. Aku tidak ingin dia membenciku setelah kami mengenal satu sama lain dengan baik… Aku jelas tidak ingin itu terjadi…”
“Tunggu dulu. Daripada ngedumel, bisakah kamu memberitahuku situasinya dulu? Pertama-tama, apakah si Mahorin itu istrimu dalam game?”
Kotomi mengangguk dalam diam.
“Kenapa aku yang menghadiri pertemuan luring dengan Mahorin-san ini?”
“Jika dia mengetahui kalau aku adalah deho, dia mungkin akan mengajukan gugatan cerai… Selain itu, di dalam game, aku bersikap ceria, tapi kenyataannya, aku ini seseorang yang suram…”
TLN: Deho adalah seorang wanita yang memakai karakter pria dalam game. Kebalikan dari hode.
“Kamu tidak harus berperilaku sama seperti di dalam game, kan?”
Manusia memiliki banyak wajah.
Momoi misalnya. Wajah yang dia tunjukkan pada pria dan wajah yang dia tunjukkan pada wanita sepenuhnya berbeda. Dengan analogi yang sama, tidak aneh jika kepribadian dalam kehidupan nyata dan dalam game berbeda.
“Tapi… tidak mungkin aku bertindak seperti ekstrovert di dalam game setelah menunjukkan diriku yang sebenarnya. Itu memalukan dan pasti akan membuatku merasa canggung.”
Terlepas dari apakah orang lain itu peduli atau tidak, jika Kotomi menghadiri pertemuan luring dan mengungkapkan jati dirinya, interaksi menyenangkan seperti yang biasa mereka lakukan selama ini tidak akan mungkin lagi dilakukan. Itu tentu masalah besar.
“Lalu, kenapa kamu tidak tolak saja pertemuan luringnya?”
“Aku tidak bisa. Jika aku mengingkari janji, dia akan membenciku. Mahorin sangat menantikan pertemuan luring ini.”
Tampaknya alasan dia mengatakan akan menghadiri pertemuan luring yang sangat tidak dia sukai tersebut didorong oleh keinginannya yang kuat agar tidak dibenci oleh Mahorin.
Meskipun aku merasa idenya untuk menggunakan pengganti itu dipertanyakan, aku memahami keinginannya untuk mempertahankan hubungannya dengan temannya.
Bagi Kotomi yang kesepian di kehidupan nyata, Mahorin-san bagaikan harta karun. Sebagai kakaknya, aku ingin melindungi itu.
Tapi…
“Kurasa rencana peran pengganti ini tidak akan berhasil.”
“Haru-nii adalah seorang ekstrovert, dan kamu dapat dengan mudah berbicara dengan orang yang baru pertama kali kamu temui, kan?”
“Memang, tapi topik dengan Mahorin-san adalah anime, manga, dan game, kan?”
“Ya. Mahorin adalah seorang otaku.”
“Maka itu mustahil.”
Aku bukan otaku. Aku tidak tertarik dengan anime, manga, atau game. Tentu saja, aku juga tidak memiliki pengetahuan tentang itu.
Aku mungkin tahu tentang anime populer seperti “Dora*mon”, manga seperti “Ki***** no Yaiba”, dan game seperti “Po****on”, tapi hanya itu saja, dan aku pun tidak tahu detailnya. Aku tidak bisa melakukan percakapan otaku yang mendalam seperti Kotomi.
Namun, Kotomi dengan percaya diri menjawab, “Jangan khawatir. Begini, pertemuan luring-nya akan dilakukan di kafe kolaborasi ‘Doriste.’ Jadi topiknya adalah tentang Doriste! Meskipun kamu tidak berpengalaman, kamu pasti bisa melakukannya!”
“Apa itu Doriste?”
Mata Kotomi terbelalak mendengar itu.
“‘Dream Stage’! Itu adalah anime idol! Anime dua musim yang ditayangkan di musim panas dua tahun lalu. Bahkan itu memiliki OVA, dan ada tiga volume manga spin-off-nya juga! Ah, tapi spin-off ini adalah prekuel yang berfokus pada produser, jadi kurasa itu tidak akan banyak dibicarakan. Nah, jika itu Mahorin, dia mungkin akan mengungkitnya, tapi kamu bisa mengatakan, ‘Produsernya gadis yang hebat!’ dan itu akan baik-baik saja. Jadi, kamu hanya perlu menonton anime-nya! Oh, tapi jika memungkinkan, aku ingin kamu mendengarkan lagu-lagu karakternya juga. Semua lagunya luar biasa! Selain itu, topik tentang pengisi suara kemungkinan akan muncul setidaknya sekali, jadi sebaiknya kamu juga memeriksa karya-karya terkenal dari para pengisi suara terkemuka. Terutama yang anime musim ini! Oh, dan desainer karakternya—”
“Tenanglah. Aku mulai tidak menangkap penjelasanmu dari bagian ‘Bahkan itu memiliki OVA~’”
“Ugh, maaf karena berbicara terlalu cepat…”
“Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, apa itu OVA? …Jangan memberiku tatapan seperti ‘Eh, kamu bahkan tidak tahu itu?’”
“Ugh, maaf karena aku jadi terkesan sok…”
“Aku tidak marah, jadi jangan memasang wajah sedih. Yah, apapun itu. Aku mengerti bahwa ada banyak hal yang harus kita lakukan.”
“…Apakah kamu mau menjadi penggantiku?”
Kotomi menatapku dengan mata memohon.
Sejujurnya, ini merepotkan, tapi bagi Kotomi, Mahorin-san adalah keberadaan yang tidak tergantikan. Jika dia kehilangan itu, adikku akan benar-benar menjadi penyendiri.
Bagi Kotomi, game online adalah dukungan emosionalnya.
Jika itu demi melindungi tempat berharga adikku, kurasa aku bisa setidaknya menonton anime.
“Apa boleh buat. Aku akan menjadi penggantimu.”
Wajah Kotomi menjadi cerah seolah dia telah diselamatkan.
“Terima kasih… Syukurlah aku meminta bantuan pada Haru-nii!”
“Sama-sama. Jadi, apakah ada streaming Doriste?”
“Ya, tapi aku punya Blu-ray-nya, jadi aku akan meminjamkannya padamu. Totalnya ada 24 episode dan satu OVA, jadi kira-kira sekitar 11 jam. Jika kamu mulai menontonnya sekarang, kita akan tepat waktu untuk ke pertemuan luringnya!”
Tunggu sebentar!
“Tunggu, apakah kamu barusan bilang ‘tepat waktu’?”
“Ya, benar.”
Aku punya firasat buruk tentang ini.
“….Kalau tidak salah, kamu pernah bertanya-tanya apakah topan akan melanda pada hari Sabtu, kan?”
“Ya.”
“…Dan besok adalah hari Sabtu, kan?”
“Ya.”
“…Jangan bilang kalau pertemuan luringnya besok?”
“Besok, kok.”
“Besok!? Jam berapa!?”
“10 pagi!”
“10 pagi?!”
“Tapi tokonya ada di gedung depan Stasiun Kinjou, lho! Cuma sekali naik kereta, sekitar 10 menit sekali jalan!”
“Mudah diakses bukanlah masalah utamanya di sini!”
Kotomi tersentak kaget.
“K-Kenapa kamu tiba-tiba marah?”
“Karena kamu meminta bantuanku di saat-saat terakhir! Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?!”
Sekarang aku bisa mengerti bagaimana perasaan Ibuku ketika dia marah dan berkata, “Seharusnya kamu tunjukkan selembarannya lebih awal. Ibu tidak pernah dengar kalau kamu membutuhkan kain lap.”
“Karena… mungkin saja akan ada topan… dan jika itu terjadi, pertemuan luring-nya akan dibatalkan…”
“Kamu seharusnnya membuang harapan itu secepat mungkin…”
“Ugh, maaf, Haru-nii…”
“Ya, sudahlah… Berdebat seperti ini membuang-buang waktu. Cepat bawakan anime-nya.”
“…Apakah kamu benar-benar akan menjadi penggantiku?”
“Aku akan melakukannya. Kita masih bisa tepat waktu jika kita bergegas, kan?”
“Ya! Terima kasih, Haru-nii! Aku jamin kamu akan menikmati Doriste! Sebelas jam akan berlalu dalam sekejap mata! Let’s Dream Live!”
Dengan kegembiraan dalam suaranya, Kotomi pergi untuk mengambil anime tersebut.
Sebelas jam kemudian.
“Akhirnya selesai juga…”
Jam sembilan pagi. Entah bagaimana aku berhasil menyelesaikan menonton cerita utama dan OVA Doriste tanpa tertidur. Aku merasakan pencapaian, tapi itu tidak cukup untuk menghilangkan rasa kantukku.
Aku ingin segera terjun ke tempat tidur, tapi masalah sebenarnya baru akan dimulai sekarang. Percakapan otaku dengan istri game online tak dikenal menantiku.
“Sialan, aku sangat mengantuk…”
Untuk saat ini, aku perlu mengkonsumsi kafein.
Saat aku meninggalkan kamar untuk meneguk kopi, Kotomi keluar dari kamar sebelah.
“Selamat pagi, Haru-nii.”
Dia menguap pelan dan berjalan ke arahku.
Kotomi langsung pergi tidur setelah itu. Dia terlihat seperti ingin menonton anime bersamaku, tapi aku memutuskan untuk membiarkannya tidur.
Aku sudah menonton anime-nya tapi pengetahuanku masih dangkal. Aku tidak yakin bisa mengikuti pembicaraan otaku yang mendalam. Selama pertemuan luring, aku mungkin perlu meninggalkan tempat dudukku untuk meminta nasihat, dan akan merepotkan jika Kotomi tidak bangun untuk menangani hal tersebut.
“Selamat pagi. Aku sudah selesai menontonnya.”
“Kamu tidak melewatkan setiap bagian penutupnya, kan?”
“Mereka mengubah pengisi suara yang bernyanyi di setiap episode, kan? Seperti yang kamu katakan padaku, aku menontonnya dengan seksama.”
“Episode mana yang menurutmu menarik?”
“Salah satu episode yang meninggalkan kesan terbesar… Kurasa episode 12…”
“Episode musikal! Aku paham! Aku juga suka episode itu! Ini disebut episode musikal karena awalnya, kamu akan mengira itu hanya episode kehidupan sehari-hari biasa, tapi semua orang tiba-tiba mulai bernyanyi. Itu bukan lagu yang disediakan untuk pertunjukan langsung, melainkan setiap orang bernyanyi sesuai dengan emosinya masing-masing, sehingga itu menunjukkan keunikan mereka! Itu adalah episode penting yang mengungkapkan bahwa Carol yang kalem sebenarnya menyukai lagu-lagu feminin, dan pratinjau episode berikutnya juga dilakukan dengan gaya musikal, dan itu sangat lucu—”
“Cukup.”
Jangan menakutiku seperti itu. Jika aku membayangkan Mahorin-san akan berbicara dengan tingkat antusiasme yang sama seperti itu, itu membuaku jadi cemas.
“Ngomong-ngomong, siapa karakter favoritmu, Haru-nii?”
“Jika aku harus memilih, itu mungkin MioMio.”
MioMio adalah apa yang disebut sebagai karakter “nona muda (ojou-sama)”. Sebagai anak perempuan yang hidup terkurung, dia tidak memiliki pengetahuan umum, dan kemampuan komunikasinya agak bermasalah, tapi dia adalah karakter yang terlibat dengan semua orang, tidak peduli siapa mereka.
Berkat MioMio, Carol yang dingin, yang biasa menjaga jarak dari semua orang, bisa berbaur dengan para anggota, dan adegan di mana dia mengatakan pada CEO perusahaan penjualan yang kejam, bahwa ‘kamu hanyalah anak perusahaan dari perusahaan kami,’ adalah momen yang cukup memuaskan.
“Syukurlah. Kalau begitu ini tidak terdengar seperti kebohongan.”
“Kebohongan?”
“Karena aku adalah penggemar MioMio.”
“Begitu ya. Omong-omong, siapa yang disukai Mahorin-san?”
“Dia bilang dia menyukai semuanya.”
“Jadi aku harus mengikuti topik tentang setiap karakter…”
Jika dia mulai berbicara dengan cepat tentang apa yang dilakukan karakter ini dan itu pada waktu ini dan itu, aku mungkin akan kesulitan untuk mengikutinya.
Yah, selain itu…
“Ngomong-ngomong, aku lupa menanyakan pertanyaan penting kemarin. Siapa namaku?”
“Haruto, kan.”
“Bukan nama asliku, maksudku namaku dalam game.”
Nama Kotomi sepertinya bukan pilihan yang cocok untukku. Aku sangat berharap dia tidak menggunakan nama aslinya.
Kotomi terlihat agak malu dan berkata, “…Itu ditulis sebagai ‘ShikkokuYasha,’ tapi dibaca sebagai ‘Darkness Dark.’”
“Jadi, apakah aku dipanggil ‘Darkness Dark’?”
“Mahorin memanggilku ‘Shikkoku-kun’.”
Itu masih memalukan, tapi itu jauh lebih baik daripada dipanggil Darkness Dark.
“Nah, sebaiknya aku mulai bersiap-siap.”
“Ah, tunggu sebentar.”
Kotomi membawa kaos dari kamarnya. Itu sama dengan kaos yang Kotomi kenakan, yang memiliki gambar MioMio berukuran besar di atasnya.
“Kenapa kamu membawa piyama?”
“Ini bukan piyama. Aku biasanya membeli barang seperti ini, tapi aku tidak pernah berani memakainya di luar. Jadi biasanya aku hanya menjadikan ini pakaian rumahan.”
“Jadi, apa yang kamu ingin aku lakukan dengan itu?”
“Pakai ini saja untuk hari ini.”
Jika saja dia adalah adik laki-lakiku, sudah kujitak dia sekarang.
“Kotomi, bahkan kamu pun, yang menyukai anime, merasa ragu untuk memakai pakaian seperti ini di luar, dan kamu malah ingin aku memakainya?”
“Tapi Mahorin bilang kalau… ‘Karena ini adalah kafe kolaborasi, jadi mari kita menikmatinya dengan pakaian bertema Doriste sebagai penanda.’ Dan dia menambahkan, ‘Aku menantikanmu mengenakan pakaian yang menunjukkan cintamu pada MioMio.’”
Memang benar bahwa mengenakan pakaian seperti itu, yang bahkan penggemar anime pun ragu untuk memakainya di luar, pasti akan menyampaikan intensitas kecintaan mereka pada karakter tersebut.
“…Berapa ukurannya?”
“Ini L.”
“Yah, itu seharusnya pas denganku kalau begitu.”
“Apakah kamu akan memakainya?”
“Yah, lagian aku sudah kepalang basah.”
Selain itu, aku dapat mengancingkan kemejaku saat di kereta agar tidak terlihat mencolok. Dan jika aku melihat seseorang yang mirip Mahorin, aku bisa membuka kancingnya.
“Terima kasih Haru-nii! Karena Mahorin juga akan mengenakan pakaian bertema Doriste, pastikan untuk memujinya, oke?”
“Tentu. Aku akan bersiap-siap dulu, jadi Kotomi, bisakah kamu menyiapkan kopi untukku?”
“Oke!”
Sepunuhnya percaya bahwa aku tampaknya dapat menyukseskan pertemuan luring-nya, Kotomi pun berjalan menuruni tangga tanpa menunjukkan tanda-tanda kecemasan.