[LN] Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Jilid 2 Bab 1.1 Bahasa Indonesia

Berjuang Keras demi Adik Perempuanku dan Istri Game Online-nya (Bagian 1)

Babak Satu: Berjuang Keras demi Adik Perempuanku dan Istri Game Online-nya

1


Hari Jumat di akhir bulan Juni―Saat jam pelajaran keempat berakhir dan guru melangkah keluar ke koridor, suasana tegang di kelas tiba-tiba menjadi rileks.

Saat aku mengeluarkan kotak bekal dari tas di tengah suara ceria teman-teman sekelas, gadis yang duduk di sebelah kiriku―Narumi Takase―meregangkan tubuhnya dengan ekspresi nikmat.

Mmmnnn~ Akhirnya jam makan siang. Eh? Mahocchi, kamu mau kemana?”

“Ada sesuatu yang ingin kutanyakan pada guru. Kamu bisa makan duluan.”

“Oh, Mahocchi pekerja keras sekali. Hati-hati di jalan~.”

Takase melambaikan tangannya dan dengan bersemangat meletakkan kotak bekalnya di atas meja. Tiba-tiba dia menyadari tatapanku dan tersenyum padaku.

“Fujisaki-kun, kamu bawa bekal lagi hari ini, ya?”

“Ya, aku harus mengantri kalau ke kantin. Akhir-akhir ini aku merasa sangat lapar, dan aku tidak tahan menunggu.”

“Sama. Perutku sudah keroncongan di akhir jam pelajaran kedua. Mungkin kita berdua sedang dalam masa pertumbuhan.”

“Bisa jadi. Aku merasa kamu juga semakin tinggi.”

“Benarkah? Aku akan senang jika memang begitu. Ah, tapi Fujisaki-kun, kamu mungkin sebaiknya tidak tumbuh lebih tinggi lagi.”

“Ah… Yah, kurasa jika aku terlalu tinggi, aku mungkin akan terlalu mengintimidasi…”

“Fujisaki-kun, kamu itu orang yang lembut, jadi kamu tidak akan mengintimidasi meski kamu bertambah tinggi.”

“Benarkah?”

“Iya. Tapi lihat, kepalamu bisa membentur kusen pintu, lho?”

“Itukah yang kamu khawatirkan? Kurasa aku harus mulai menguatkan kepalaku kalau begitu.”

“Hahaha, kamu tidak berencana menghindar, ya? Kalau begitu, kurasa aku akan menyiapkan plester kalau-kalau kamu terluka.”

Meskipun percakapan kami konyol, Takase tampak menikmatinya. Saat aku melihatnya tersenyum seperti itu, pipiku secara alami menjadi rileks.

Takase sungguh imut… Suaranya yang tinggi dan ceria, matanya yang bulat seperti boneka, rambut coklat tembus pandangnya yang sebahu, dan tubuhnya yang mungil dan ramping—segala sesuatu tentang dirinya begitu menggemaskan.

Karena bertubuh tinggi dan berwajah seram, orang yang pertama kali melihatku, terutama perempuan, sering kali merasa terintimidasi. Mereka akan memperlakukanku dengan normal begitu mereka sudah terbiasa denganku, tapi pada awalnya, mereka akan waspada terhadapku dan menjaga jarak.

Meski begitu, Takase, saat pertama kali masuk sekolah, meski baru bertemu, dia berkata padaku sambil tersenyum, “Wow, kamu tinggi sekali! Keren!”

Sudah satu tahun tiga bulan berlalu sejak hari itu. Meskipun cintaku masih bertepuk sebelah tangan, tapi berkat pergantian tempat duduk bulan lalu, aku bisa mendapatkan tempat duduk di sebelahnya, dan kami menjadi cukup dekat untuk dapat mengobrol santai seperti ini.

Dengan terus begini, aku berharap untuk memperdalam persahabatanku dengan Takase dan mendapatkan informasi kontaknya sebelum akhir caturwulan pertama. Dan mudah-mudahan, aku bisa mengajaknya bermain selama liburan musim panas!

Aku juga beralih dari orang yang makan di kantin menjadi orang yang membawa bekal karena aku ingin lebih dekat dengan Takase. Takase biasanya langsung makan sehingga aku tidak punya banyak kesempatan berbicara dengannya, tapi dia sepertinya sedang menunggu temannya. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam persahabatan kami.

“Ngomong-ngomong, seberapa ramai kantin sekolah?”

“Apakah kamu tertarik?”

“Aku ingin mencoba makan di kantin setidaknya sekali. Apakah antreannya panjang?”

“Oh, tentu saja. Antreannya panjang di depan mesin tiket. Terlebih lagi, menu-menu populer langsung terjual habis. Saat masih kelas satu, aku bisa datang tepat waktu karena jarak kelas ke kantin dekat, tapi sejak kelas dua, aku belum bisa makan di sana sekali pun.”

“Makanan populer, ya. Apakah itu kari?”

“Hampir benar. Benar kalau suku kata pertamanya adalah ‘Ka’.”

“Eh, apa dong? Mungkinkah Karbonara?”

“Aku belum pernah melihat karbonara di sana. Mau petunjuk?”

“Jika kamu menawarkan, tentu saja mau!”

“Ini petunjuknya. Menu yang paling populer adalah makanan yang membawa keberuntungan.”

Sambil menyilangkan tangan dan memiringkan kepala, Takase bergumam, “Keberuntungan, keberuntungan…”

“Naru-chan, maaf membuatmu menunggu.”

Seorang gadis mencolok memanggil Takase.

Takase tersenyum cerah saat gadis bermata biru dan berambut pirang alami yang panjangnya sepinggang―Maho Momoi―memanggilnya.

Apakah ini akhir dari waktu interaksiku dengan Takase? Aku masih ingin berbicara lebih banyak dengannya… Momoi bilang ada yang ingin dia tanyakan pada guru, tapi apakah dia buru-buru menyelesaikannya demi Takase?

“Apa kau lihat-lihat?”

“Aku tidak lihat-lihat, kok.”

Di bawah tatapan tajam dari mata birunya yang penuh tekad, aku langsung mengalihkan pandanganku. Lalu, Takase bertepuk tangan seolah ingin menengahi.

“Oh iya. Kami barusan main tebak-tebakan menu paling populer di kantin sekolah. Fujisaki-kun bilang kalau itu adalah makanan yang membawa keberuntungan. Bagaimana menurutmu, Mahocchi?”

“Itu osechi, kan?”

“Mana ada osechi di kantin sekolah, tau.”

“Petunjuk lainnya adalah makanan yang dimulai dengan suku kata ‘Ka’.”

Kamaboko, kan?”

“Memangnya siswa SMA mana yang memesan kamaboko di kantin sekolah?”

“Kamu sendiri yang bilang kalau itu makanan yang membawa keberuntungan. Cepat berikan jawaban yang benar.”

“Jawaban yang benar adalah kari katsu.”

“Memangnya apa yang membawa keberuntungan dari itu?”

“‘katsu. Ada kata “katsu (menang)” di namanya, kan?”

“Apa-apaan itu? Itu pelesetan.”

“Tidak apa kan? Pelesetan penting untuk keberuntungan. Ngomong-ngomong, bagaimana kamu bisa berpikir kalau kamaboko adalah makanan yang membawa keberuntungan sedangkan kamu saja tidak berpikir begitu soal kari katsu?”

“Itu tertulis di buku petunjuk osechi. Selain itu, jangan bicara sok akrab denganku.”

Momoi memelototiku dan melontarkan kata-kata itu dengan nada ketus, tapi… dia sedikit menurunkan alisnya dan terlihat agak menyesal.

Kenyataannya, dia mungkin merasa bersalah dengan hal itu.

Momoi terkenal karena kecantikannya dan juga karena kebenciannya terhadap pria. Namun, kenyataannya, sikap dinginnya terhadap pria adalah sebuah akting.

Bahkan dari sudut pandangku yang mendambakan Takase, Momoi adalah wanita yang cantik. Dia adalah setengah Jepang dengan rambut pirang dan mata biru, ditambah lagi dia juga berdada besar dan kaya raya. Karena faktor-faktor ini, dia sangat populer di kalangan pria, dan dia sepertinya di-bully oleh gadis-gadis yang iri padanya saat SMP.

Oleh karena itu, Momoi, sebagai bentuk perlindungan diri, menjauhkan laki-laki dari dirinya dengan berpura-pura membenci mereka untuk menekan rasa iri gadis-gadis lain.

Dulu, aku tidak mengetahui situasinya itu dan berpikir bahwa dia adalah orang yang menyebalkan.

Tentu saja, segalanya berbeda sekarang. Aku tahu bahwa Momoi sebenarnya adalah orang yang baik, dan aku telah belajar untuk menerima ketika dia bersikap dingin terhadapku.

“Ngomong-ngomong, apakah kamu bisa menanyakan pertanyaanmu pada guru?”

Begitu Takase berbicara dengannya, Momoi langsung memasang wajah tersenyum.

“Ya, aku bisa menanyakan pertanyaanku dengan baik. Terima kasih telah menungguku.”

“Santai saja, lagian makan bersama teman membuat makanan menjadi lebih nikmat.”

“Kotomi-san juga, maaf membuatmu menunggu.”

Momoi berbicara pada gadis yang duduk di sebelah kananku.

“Ya, tidak apa-apa…”

Dia, seorang gadis dengan rambut hitam mengilap yang diikat twin tail, dengan postur tubuh yang sedikit bungkuk—adik kembarku, Kotomi—bergumam pelan, melirik ke arahku sejenak.

“Haru-nii, maaf…”

“Ya.”

Aku berdiri, membawa kotak bekalku di tangan, dan bertukar tempat duduk dengan Kotomi.

Orang yang duduk di bangku depanku sedang makan siang di kantin. Karena dia tidak akan kembali untuk sementara waktu, alangkah baiknya jika Kotomi bisa duduk di sana, tapi adikku yang pemalu tidak sanggup untuk duduk di kursi orang lain meskipun kursi itu kosong.

Sambil makan siang di kursi adikku, aku mendengarkan percakapan Momoi dan yang lainnya.

“Oh? Kotomi-san, kotak bekalmu terlihat berbeda dari biasanya.”

“Benar. Yang ini sedikit lebih kecil. Apakah yang biasa rusak?”

“Y-Ya.”

“Sayang sekali. Padahal yang itu lucu.”

“Ya…”

“Baiklah, ayo kita makan.”

Setelah menepuk tangan dan berkata “Selamat makan”, mereka pun mulai makan.

Sejauh ini, Kotomi belum benar-benar berbicara, namun bagi seseorang yang sudah lama menjalani kehidupan menyendiri, bisa makan bersama saja sudah merupakan sebuah kemajuan besar. Adik perempuanku, yang dulunya pemalu dan suram, yang menghabiskan waktu istirahatnya dengan berpura-pura tidur, kini bisa makan bersama teman-temannya…

Dan itu semua berkat pertemuan luring.

Sekitar 40 hari yang lalu, terungkap bahwa Kotomi memiliki istri di game online. Kotomi, yang menggunakan nama “ShikkokuYasha” dalam game dan berpura-pura menjadi pria yang ceria, akan bertemu luring dengan istri game online-nya.

Namun, Kotomi di kehidupan nyata adalah orang yang pemalu dan tidak pandai berkata-kata. Dia khawatir jika mereka bertemu langsung, dia akan terlalu gugup untuk berbicara, dan istri game online-nya mungkin akan membencinya.

Jadi, di malam sebelum pertemuan luring itu, Kotomi memintaku untuk menjadi penggantinya.

Menurutku, meminta bantuan seseorang di saat-saat terakhir bukanlah ide yang baik, namun bagi Kotomi, game online adalah dukungan emosionalnya. Untuk melindungi tempat berharga adikku itu, aku menghabiskan satu malam untuk memperoleh pengetahuan otaku dan menghadiri pertemuan luring tersebut, hanya untuk mengetahui bahwa istri game online-nya, “Mahorin”, adalah Maho Momoi.

Meskipun Momoi menyembunyikannya di sekolah, tapi dia sebenarnya adalah seorang otaku akut.

Meski sempat kewalahan oleh antusiasmenya, aku berhasil menyelesaikan pertemuan luring tersebut tanpa ketahuan bahwa aku hanyalah pengganti. Momoi sepertinya menikmati pertemuan luring denganku, tapi saat kami akan berpisah, dia memberikanku peringatan.

――Kita hanyalah pasangan game online dan tidak mungkin kita akan memiliki hubungan seperti itu di kehidupan nyata, begitulah katanya.

Singkatnya, Momoi ingin memberitahuku untuk tidak jatuh cinta padanya, dan aku mengiyakannya. Meskipun aku tidak bisa menyangkal bahwa Momoi itu cantik, tapi hatiku tetaplah milik Takase. Tidak peduli seberapa dekat aku dengan Momoi, aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya.

Setelah dua kali pertemuan luring dan yakin bahwa aku, Haruto Fujisaki, tidak akan jatuh cinta padanya, Maho Momoi, dia kemudian memintaku untuk berpura-pura menjadi pacarnya.

Dia bilang bahwa gadis-gadis yang dekat dengannya―Narumi Takase, Ran Kotobuki, dan Aoi Aoki―semuanya sudah punya pacar, dan karena khawatir akan merasa terasingkan jika tidak punya pacar, dia pun berbohong pada teman-temannya… Momoi memilihku karena aku tidak menunjukkan ketertarikan padanya dan dia pikir akan bisa putus denganku tanpa masalah nantinya.

…Yah, tapi ternyata Takase dan yang lainnya sebenarnya tidak punya pacar.

Namun, karena suasananya begitu meriah, kami tidak sanggup mengatakan, “Kami sebenarnya hanya berpura-pura pacaran”, sehingga sampai hari ini, kami terus dianggap sebagai pasangan.

Hanya Takase, Kotobuki, dan Aoki yang mengetahui hal itu, jadi aku masih bisa menjalani kehidupan sekolah yang damai tanpa dicemburui oleh para anak laki-laki.

“Kotomi-san, bekalmu terlihat lezat lagi hari ini.”

“Terima kasih. Ibuku akan senang mendengarnya.”

“Apakah kamu tidak memasak, Fujisaki-san?”

“Y-Ya…”

“Kamu bisa mengemas lauk kesukaanmu, dan itu sebenarnya cukup menyenangkan, lho.”

Momoi terkekeh.

“Meski begitu, Naru-chan, kamu terlalu banyak mengemas makanan kesukaanmu. Menurutmu juga begitu, kan, Kotomi-san?”

“Ya. Ada banyak sekali dagingnya.”

“Ya, kan. Tapi, sungguh menakjubkan kamu bisa mempertahankan bentuk tubuhmu itu meskipun kamu makan begitu banyak daging setiap hari.”

“Soalnya aku bermain basket setiap hari!”

“Kamu sudah bermain basket sejak SMP, kan?”

“Begitulah. Sekarang aku benar-benar kecanduan basket, tapi alasan aku bergabung dulu adalah karena kudengar bahwa bermain basket bisa membuat kita tambah tinggi.”

“Berapa sentimeter tinggimu saat itu?”

“Kurasa tinggiku kurang dari 140 sentimeter.”

“Dan sekarang tinggimu sekitar 155 sentimeter, kan? Kamu benar-benar tumbuh pesat.”

“Aku banyak melompat, jadi kurasa karena itu. Tapi aku iri padamu, Mahocchi. Tinggimu pasti sekitar 170 sentimeter, kan?”

“Aku tidak setinggi itu, kok. Aku rasa tinggiku hampir sama dengan Kotomi-san.”

“Berapa tinggi Fujisaki-san…? Sekitar 165?”

“Y-Ya.”

“Enaknya. Kamu dan kakakmu tinggi semua. Apakah orang tuamu juga tinggi?”

“Ya.”

Meski Momoi dan Takase mencoba berbicara dengannya, Kotomi hanya membalas dengan jawaban singkat.

Bukan hanya hari ini, dia memang selalu seperti itu. Dia bisa berbicara dengan Momoi secara normal, tapi saat dengan Takase, dia hanya bisa menjawab “ya”.

Ada dua alasan untuk ini.

Pertama, karena topiknya tidak berhubungan dengan anime.

Kedua, karena dia gugup berada di dekat Takase.

Kalau saja dia bisa ngobrol dengan Takase seperti yang dia lakukan saat berteman dengan Momoi, kegugupannya mungkin akan berkurang, tapi itu sulit karena dia tidak bisa membicarakan anime.

Tentu saja, Kotomi berhak memilih dengan siapa dia ingin berteman. Jika Kotomi benar-benar lebih suka menyendiri, maka dia tidak perlu memaksakan diri untuk berteman dengan Takase.

Namun, aku tahu kalau adikku menginginkan teman, dan aku juga tahu kalau dia ingin berteman dengan Takase.

Buktinya, Kotomi repot-repot membeli kotak bekal baru bermotif bola basket. Hal itu ia lakukan untuk menarik minat Takase, yang merupakan anggota ekskul basket, dan menggunakannya sebagai titik awal percakapan.

Pada akhirnya, Takase tidak menyadarinya dan Kotomi berakhir menjadi “mesin pengangguk” seperti biasanya.

Meski begitu, aku merasa Kotomi mengangguk lebih banyak dari biasanya, jadi kurasa, dia sepertinya berusaha dengan caranya sendiri. Jika dia terus tumbuh seperti ini, akan tiba saatnya dia bisa menikmati makan bersama semua orang.

Memimpikan hari dimana aku bisa menikmati makan bersama Takase dan adikku, aku pun melahap makan siangku.



Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Otaku Chishiki Zero No Ore Ga, Naze Ka Otokogiraina Gal to Ota Katsu Wo Tanoshimu Koto Ni Natta Ndaga Bahasa Indonesia [LN]

Aku, yang Tidak Memiliki Pengetahuan Apa Pun Soal Otaku, Entah Bagaimana Akhirnya Menikmati Kegiatan Otaku bersama Cabe-cabean Pembenci Pria
Score 9.2
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023 Native Language: Jepang
Tiba-tiba aku naksir teman sekelasku, Narumi Takase. Skenario idealku adalah membuat dia berteman dengan adik perempuan kembarku yang pemalu dan tertutup, Kotomi, yang juga seorang penyendiri di kelas yang sama denganku, agar bersama-sama, kami kakak beradik, dapat menjalani masa muda yang indah dan cerah. Namun, yang menjadi masalah adalah keberadaan sahabat Takase, Maho Momoi. Dia adalah gadis setengah Jepang yang cantik, berambut pirang, seleb cabe-cabean, dan terkenal akan ketidaksukaannya terhadap pria. Dia juga bersikap dingin terhadapku. Tapi setidaknya, aku berharap dia bisa berteman dengan adikku... Dan suatu hari adikku meminta bantuanku. Tampaknya dia akan bertemu dengan istri game onlinenya di pertemuan luring, dan dia ingin aku menjadi penggantinya karena dia merasa gugup. Demi adikku, aku pun menerima permintaan itu. Tapi, begitu aku tiba di tempat pertemuan, yang menungguku adalah Maho Momoi—!?!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset