[LN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Volume 2 Chapter 2 Bahasa Indonesia

Hatsumode

2. Hatsumode


Tahun Baru telah tiba, dan sekarang tanggal 3 Januari.

Aku sudah mulai bosan melihat wajah orang tuaku dan menonton TV di rumah.

Tapi meski begitu, mengurung diri di kamar dan bermain video game sepanjang waktu juga membosankan.

Karena itu, aku akhirnya memutuskan untuk melakukan kunjungan kuil pertamaku di Tahun Baru bersama Ishida, persis sama seperti tahun lalu.

> (Ishida) Ke mana kita akan pergi hatsumode tahun ini?

Aku telah menerima pesan itu dengan sangat cepat, pada Hari Tahun Baru. Dia juga pasti bosan.

> (Yuu) Tahun lalu kita pergi ke Kuil Meiji untuk berdoa agar kita lulus ujian, kan?

> (Ishida) Tempat itu jelas sangat ramai. Itu benar-benar memakan energiku.

> (Yuu) Ya, benar banget. Pergi jauh-jauh ke Tōkyō hanya untuk menghadapi kerumunan orang itu terlalu berlebihan.

> (Ishida) Dan yang lebih parahnya lagi, ada banyak pasangan juga di sana. Bukankah itu agak menyulitkanmu, Yuu? Yang baru putus dengan pacarmu beberapa hari yang lalu? wkwk

(Orang ini! Apa-apaan maksudnya ‘Wkwk’ itu?)

Aku tersenyum kecut saat pikiran itu terlintas di benakku.

> (Yuu) Bukankah kamu sama saja, tidak punya pacar dan merasa kesepian?! Masa bodohlah. Ingin pergi ke tempat lain?

Tentu saja, dengan kondisi mentalku saat ini, dikelilingi oleh pasangan yang bermesraan tidak terdengar lucu sama sekali.

> (Ishida) Misalnya?

> (Yuu) Bagaimana dengan Kuil Sengen di Inage atau Funabashi Daijingū?

TL Note: Kuil Sengen juga disebut Kuil Asama, sedangkan Funabashi Daijingū juga dikenal sebagai Kuil Ōhi. Aku menggunakan nama yang digunakan dalam novel. Sedikit info tambahan tentang Kuil Asama, itu sebenarnya adalah nama generik yang digunakan untuk menunjukkan BANYAK kuil [lebih dari 1000] yang didedikasikan untuk Konohanasakuya-Hime.

> (Ishida) Jika terlalu dekat dari sini, kita mungkin akan bertemu dengan beberapa kenalan kita dari SMA atau SMP. Dan aku tidak terlalu tertarik dengan itu. Selain itu, orang tuaku akan pergi ke Kuil Sengen. Tempat yang berbeda akan lebih baik.

> (Yuu) Dasar cerewet. Kalau begitu katakan padaku tempat yang bagus.

> (Ishida) Bagaimana dengan Narita-san? Itu cukup jauh dari rumah kita dan seharusnya tidak sepadat Kuil Meiji.

TL Note: Narita-san mungkin mengacu pada Narita-san Shinshō-Ji, sebuah kuil di Narita.

Hmmm, tapi Narita-san seharusnya juga ramai sih.

Mungkin dia menganggap aku yang tidak langsung membalas sebagai bentuk penolakan diam-diam, tapi Ishida mengirimkan pesan lain kepadaku.

> (Ishida) Jika tidak terlalu banyak orang, tidakkah menurutmu suasanya hatsumode-nya malah kurang berasa? Terlebih lagi, ada banyak restoran belut yang sudah lama berdiri di sekitar Narita-san. Aku sudah lama berpikir ingin makan di sana setidaknya sekali.

> (Yuu) Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu Narita-san. Kapan kita pergi?

> (Ishida) Bagaimana kalau tanggal 3? Kita bisa bertemu di Stasiun Keisei Makuhari jam 11 siang, mungkin? Tempat parkir di Narita-san selama Tahun Baru tampaknya penuh, artinya tidak akan ada tempat untuk memarkir mobil. Itulah sebabnya kita harus pergi menggunakan kereta api.

> (Yuu) Oke. Kalau begitu, sampai jumpa besok lusa.

Begitulah cara kami memutuskan bahwa kami akan pergi tahun ini juga, pada kunjungan kuil pertama kami, berdua saja.

Suhu masih agak dingin, saat aku menunggu di depan Stasiun Keisei Makuhari jam 11 siang.

Hal ini dikarenakan, jika kami berangkat dari Makuhari, daripada menggunakan Japan Railways, kami akan lebih cepat sampai ke Narita dengan mengambil Jalur Keisei ke arah Tsudanuma.

Ishida masih belum datang.

Di sekelilingku, tentu saja banyak gadis yang berdandan khusus, mungkin karena mereka juga akan melakukan kunjungan kuil pertama di Tahun Baru.

Di antara mereka bahkan ada yang memakai kimono.

…Touko-senpai ada di Hawaii sekarang, ya…

Aku mulai membiarkan pikiranku berkelana memikirkan itu.

…Tentu. Lagian kita berdua adalah sesama orang kesepian yang tidak memiliki pasangan. Tolong hubungi aku nanti, Isshiki-kun

Kata-kata Touko-senpai itu membuatku mengingatnya berkali-kali selama liburan musim dingin ini.

Hari-X… Malam Natal itu, Touko-senpai menjawabku seperti itu ketika aku mengatakan padanya bahwa aku ingin tetap bertemu untuk mengobrol sesekali.

Meski begitu, setelah malam tanggal 24, kami belum pernah bertemu sekali pun.

…Aku penasaran akan seperti apa Touko-senpai dalam balutan pakaian renangnya. Aku yakin itu akan luar biasa…

Tanpa sadar, aku membayangkan Touko-senpai, mengenakan bikini saat dia berdiri dengan pantai musim panas abadi sebagai latarnya.

Tetesan air laut jatuh dari tubuhnya, yang bisa dibilang sempurna, saat dia baru saja keluar dari lautan; rambut hitamnya berkibar tertiup angin Hawaii…

Tidak diragukan lagi bahwa setiap pria yang kebetulan melihatnya akan merasa terdorong untuk mencoba dan memulai percakapan dengannya.

Khayalanku berlanjut bahkan lebih dari itu.

Seorang pria bule berambut pirang yang melihat Touko-senpai memulai percakapan dengannya.

Terpesona oleh rasa kebebasan dan suasana resor, Touko-senpai membalasnya dengan suasana hati yang ceria juga.

Karena ini, pria bule berambut pirang terbawa suasana dan, dalam tindakan yang terlalu akrab, merangkul Touko-senpai

…Tidak, tidak, tidak! Tidak mungkin, dari semua gadis, Touko-senpai akan membiarkan dirinya terseret oleh rayuan buaya darat bule seperti itu!…

“Maaf sudah membuatmu menunggu, Yuu.”

Suara yang sangat keras itu, yang tidak mempedulikan semua orang di sekitarnya, menyadarkanku kembali.

Aku tahu itu suara Ishida tanpa perlu menoleh untuk memastikannya.

“Tidak masalah. Aku tidak menunggu selama itu, ko—”

Aku tiba-tiba memotong jawabanku.

Alasannya, itu karena ada seorang gadis berdiri di belakang Ishida.

Dia tidak menonjol, tapi dia masih gadis yang cukup cantik untuk menarik perhatian seseorang.

Mungkin menyadari bahwa aku sedang menatapnya, Ishida berbalik dan menjelaskan.

“Yah, hari ini, orang tua kami bilang bahwa mereka akan pergi ke Kuil Sengen Inage bersama beberapa warga setempat untuk kunjungan kuil pertama mereka di Tahun Baru. Aku merasa kasihan harus meninggalkan adikku sendirian di rumah, jadi aku bertanya padanya apakah dia mau ikut denganku, dan dia pun mau.”

Memang, yang berdiri di belakang Ishida tak lain adalah Meika-chan, adik perempuannya.

Dia dua tahun lebih muda dari kami, yang berarti dia adalah siswi kelas dua SMA sekarang.

SMA-nya, tidak seperti SMA kami berdua, adalah sebuah lembaga swasta, Akademi Wanita Ichikawa.

Kurasa tingginya sedikit lebih pendek dari rata-rata gadis SMA.

Meika-chan mungkin terlihat seperti tipe gadis yang pendiam dan lembut, tapi aku diberitahu bahwa pada kenyataannya, dia adalah gadis yang aktif berpartisipasi dalam ekskul atletik.

Ishida berkata bahwa dia memiliki sikap yang sangat sulit untuk dihadapi, tapi ketika dia berada di depanku, dia selalu menjadi gadis yang manis dan cantik.

Setiap kali aku melihatnya, aku, yang tidak memiliki saudara kandung, selalu berpikir bahwa dia adalah adik perempuan yang ideal.

“Selamat Tahun Baru, Yuu-san.”

Dia menundukkan kepalanya padaku, tampak sedikit malu saat melakukannya.

“Selamat Tahun Baru.”

Aku membalas salam Tahun Barunya dan menatapnya sekali lagi.

Meika-chan. Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku melihatnya secara langsung seperti ini? Mungkin sudah satu tahun?

Kalau tidak salah, tepat setelah kami lulus ujian masuk universitas, Ishida mengundangku untuk pergi makan siang bersama, dan Meika-chan ikut bersama kami juga.

Aku belum pernah melihat wajahnya secara langsung seperti ini sejak saat itu, tapi harus kuakui, dia benar-benar menjadi jauh lebih imut dalam setahun terakhir.

Dari dulu, dia memang memiliki wajah yang imut, tidak seperti wajah Ishida yang terlihat kasar, tapi sekarang seolah-olah sentuhan kewanitaan telah ditambahkan padanya.

“Maaf tidak memberitahumu terlebih dulu sebelumnya.”

Entah kenapa, wajah Ishida menjadi canggung setelah melihat ekspresiku.

“Tidak, aku tidak keberatan, sungguh. Dan ini juga bukan pertama kalinya aku bertemu Meika-chan.”

Apakah wajahku terlihat tidak senang barusan?

Aku tidak bermaksud memasang wajah seperti itu, sih.

Akan membuatku merasa tidak enak jika aku membuat Meika-chan terlalu sadar akan hal itu, jadi aku berbicara dengannya sambil tersenyum.

“Sudah lama sejak kita terakhir bertemu, kan, Meika-chan? Sekitar satu tahun kalau tidak salah, kan?”

“Ya! Terakhir kali kita bertemu adalah Februari tahun lalu, jadi sudah lama sekali. Terima kasih telah mengizinkanku berada di sini bersama kalian hari ini.”

Dia tampak agak malu, tapi mungkin karena sudah satu tahun sejak terakhir kali kami bertemu.

Dia tampak sedikit malu ketika dia menjawabku.

“Aku menantikan hatsumode kita dengan adanya kamu di sini.”

Setelah aku menjawab itu, Ishida menunjukkan ekspresi lega sebelum berbicara dengan riang kepada kami.

“Oke! Kalau begitu, ayo kita pergi ke Narita-san untuk kunjungan kuil pertama kita di Tahun Baru!”

Kereta Keisei untuk pergi ke Narita-san sangat ramai sehingga rasanya menyebalkan.

Sudah lama aku tidak naik kereta yang sesesak ini.

“Mungkin kita seharusnya naik mobil saja ke sana.”

Aku bisa mendengar Ishida berbisik begitu.

“Naik mobil pasti jadi masalah karena macetnya jalan, bung. Dan bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa semua tempat parkir sudah penuh?”

“Ya, benar.”

Aku menoleh untuk melihat Meika-chan.

“Meika-chan, apa kamu baik-baik saja? Apa kamu merasa tidak nyaman?”

Aku khawatir pada Meika-chan, yang tidak terlalu tinggi, akan diremukkan oleh kerumunan di dalam kereta yang padat dan jadi sulit bernapas.

“Aku baik-baik saja. Aku sudah terbiasa dengan ini saat berangkat ke sekolah dan semacamnya.”

Meika-chan tersenyum sambil menjawab.

“Pastikan untuk memberi tahuku jika kamu kesulitan bernapas, oke? Kita tidak sedang terburu-buru, jadi kita bisa turun di tengah jalan dan istirahat.”

Setelah aku mengatakan itu, Meika-chan menjawab dengan suara rendah, “Terima kasih banyak.”

Apakah ada yang salah dengannya? Meika-chan sepertinya tidak terlalu ceria hari ini.

Tidak, ‘ceria’ mungkin bukan pilihan kata yang baik. Maksudku, dia memang memiliki senyum cerah saat kami bertemu di stasiun.

Meskipun, menurut ingatanku, saat dia SMP dulu, dia adalah gadis yang lebih bersemangat.

Namun hari ini, dia terlihat agak gelisah atau sesuatu yang membuatku merasa ada yang berbeda darinya.

…Nah, Meika-chan adalah seorang gadis SMA sekarang. Kurasa wajar saja jika dia berbeda dari sebelumnya….

Kami tiba di Stasiun Keisei Narita.

Kami akhirnya terbebas dari kerumunan ini…

Tapi, semua itu hanya bertahan sebentar sebelum kami mendekati Narita-san yang juga penuh sesak dengan orang-orang.

Dan di sepanjang jalan menuju kuil itu ada banyak orang berbaris.

“Wow… Barisannya sudah sepanjang ini?!”

Sambil tertawa, aku membalas Ishida yang mengatakan itu.

“Meski begitu, ini masih lebih baik daripada yang kita lihat di Kuil Meiji tahun lalu. Maksudku, kita masih bisa berjalan menyusurinya.”

“Kamu benar. Tetap saja, mengantre, tanpa bergerak, dalam cuaca dingin ini bukanlah hal yang aku sukai.”

Aku mengarahkan pandanganku ke Meika-chan.

“Bagaimana keadaanmu, Meika-chan? Apakah kamu kedinginan?”

Dia menatapku ketika aku bertanya padanya, yang membuat mata kami bertemu dalam jarak dekat.

Dia kemudian mengalihkan pandangannya dengan bingung dan menjawab sederhana dengan suara rendah seperti sebelumnya “Aku baik-baik saja.”

Orang-orang berkerumun di depan gapura utama kuil seperti semut yang mengerumuni permen.

Banyak orang yang berkumpul di sana berbaris dalam satu barisan dan melewati gerbang utama candi seperti kelabang raksasa.

Tepat setelah melewati gerbang, toko-toko suvenir berjejer di kedua sisi jalan..

Setelah melewati itu, kami menyeberangi jembatan melengkung di atas kolam dan melewati tangga batu yang curam.

Kuil utama Narita-san berada di atas sebuah bukit kecil, dan jalan menuju ke sana tidak hanya sempit, tapi tangganya juga sangat curam.

“Ah!”

Meika-chan berteriak kecil saat kami menaiki tangga batu. Tubuhnya jatuh ke belakang.

Aku buru-buru mengulurkan tanganku padanya.

Dia meraih lenganku secara refleks.

Tampaknya dia didorong oleh orang-orang di sekitarnya atau ujung mantelnya tidak sengaja terinjak.

“T-Terima kasih.”

Meika-chan mengalihkan pandangannya ke bawah dengan malu-malu.

“Jangan dipikirkan. Tangganya memang terlalu curam dan tempat ini penuh orang.”

Aku melihat ke atas tangga setelah aku berbicara.

Ishida! Berani-beraninya dia mendaki bukit dengan kecepatan penuh seorang diri!

Si bodoh itu… Dia malah meninggalkan adiknya sendiri…

Aku sedikit marah karenanya. Bukankah kakak laki-laki seharusnya adalah seseorang yang lebih mengkhawatirkan adik perempuannya?

Pada saat yang sama saat aku memikirkan itu, barisan orang di belakang kami terus bergerak maju tanpa henti, menekan kami.

“Tempat ini berbahaya, jadi pastikan kamu memegang lenganku dan jangan melepaskannya.”

Tepat setelah aku mengatakan itu, Meika-chan menjawab “ya” dan mulai memegang lenganku dengan kuat dan meringkuk mendekatiku.

Tindakannya itu imut. Untuk sesaat, aku merasa seperti seorang kakak juga.

“Perhatikan langkahmu, oke?”

Setelah mengatakan itu, aku mulai menaiki tangga batu bersama Meika-chan yang menempel di lenganku.

Kami akhirnya tiba di puncak kuil utama.

Ada kerikil yang diletakkan di kedua sisi jalan, dengan pagoda bertingkat tiga di sebelah kanan. Kuil utamanya berada lurus di depan.

Tempat ini sangat luas untuk ukuran kuil, tapi seperti yang dapat kalian bayangkan, ada lautan manusia yang besar di sini.

Aku melihat sekeliling, tapi aku tidak bisa melihat Ishida dimanapun.

Aku berjinjit dan meregangkan tubuh untuk melihat lebih jauh ke depan dan mencarinya. Tapi meski begitu, aku tidak bisa melihat Ishida.

Orang itu, kemana dia pergi?

“Jangan berhenti di tengah jalan! Cepat maju sana!”

Pria tua di belakangku berkata dengan kasar dan mendorongku dari belakang.

Apa boleh buat.

“Meika-chan, mari kita berdoa dulu untuk saat ini dan menghindari keramaian sebelum kita mencari Ishida. Pastikan kamu tidak terpisah dariku.”

Begitu aku mengatakan itu, Meika-chan memegang lenganku dengan lebih kuat dari sebelumnya.

Kami mengikuti arus orang banyak sampai kami berada di depan kuil utama.

Namun, kami tidak bisa sampai ke depan kotak persembahan. Orang-orang membuat banyak sekali antrean di depan kotak persembahan raksasa, dan rasanya seperti kami akan didorong ke salah satu pintu keluar di samping sebelum kami dapat mencapainya.

Karena mau bagaimana lagi, kami memberikan persembahan melalui orang di depan kami.

Kami kemudian mengatupkan telapak tangan dan berdoa.

 …Aku berdoa agar segala hal antara aku dan Touko-senpai bisa berjalan lancar tahun ini

Aku memang merasa agak kurang ajar untuk memilih itu sebagai doaku dalam kunjungan pertamaku ke kuil di tahun ini, tapi itu adalah keinginan terpentingku saat ini.

Melihat ke samping, aku menyadari bahwa Meika-chan telah mengaitkan lengannya dengan lenganku dan sedang berdoa bersama denganku.

Aku berani bertaruh bahwa kami pasti terlihat seperti sepasang kekasih bagi orang luar.

…Melihat bagaimana tidak hanya banyak orang yang berdoa di sini, tapi aku juga bersama seperti ini dengan Meika-chan, doaku tentang hubunganku dengan Touko-senpai mungkin tidak akan terkabul sama sekali…

Meskipun pikiran itu membebaniku, tetap tidak mungkin aku melepaskan diri darinya di tengah keramaian ini.

Meika-chan tetap diam dalam posisi seperti itu untuk waktu yang sangat lama. Aku penasaran apa yang sedang dia doakan.

Dari kuil utama Narita-san, kalian bisa mengelilingi Pagoda Perdamaian Besar untuk ke Taman Narita di belakangnya.

Ada banyak orang yang juga menuju ke sana.

Namun, di tengah cuaca dingin ini, aku tidak ingin berjalan-jalan di taman yang gelap.

Dan karena Meika-chan bersamaku, akan berbahaya jika kami bertemu dengan pemabuk atau pria aneh lain di luar sana.

…Ngomong-ngomong, kemana perginya si Ishida itu?

Aku melihat sekeliling tempat itu. Ada banyak orang di sekeliling kami, jadi aku tidak yakin, tapi sejauh yang bisa kulihat, tidak ada orang yang mirip Ishida.

Ini tidak seperti dirinya yang biasa…

Pikirku dalam hati.

Ishida memang memiliki sisi yang tidak peka, tapi dia bukanlah seseorang yang akan pergi bersama orang lain dan kemudian meninggalkan mereka untuk pergi sesuka hatinya.

Mungkinkah dia kehilangan jejak kami dan menuruni bukit kembali ke gerbang kuil utama duluan?

Narita-san memiliki dua rute, satu rute di setiap sisi, yang mengarah dari kuil utama ke gerbang kuil utama.

Aku tidak tahu rute mana yang dipakai Ishida, tapi karena hanya ada satu gerbang kuil utama, akan lebih mudah menemukannya begitu kami berada di bawah.

“Meika-chan. Ada terlalu banyak orang di sini hingga sulit bagi kita untuk menemukan Ishida. Jadi, ayo kita turun dan menunggu Ishida di depan gerbang saja.”

Meika-chan mengangguk dalam diam.

Aku mengeluarkan smartphone dan mengirimkan pesan kepada Ishida, memberi tahunya bahwa kami akan menunggunya di dekat toko suvenir yang ada di depan gerbang kuil utama di bawah.

Kami pergi dengan mengambil jalan ke sisi kiri jika dilihat dari kuil utama, melewati Pagoda Tiga Lantai sebelum melintasi tangga batu sempit yang berada di sebelah Kuil Budha, dan terus turun sampai kami berada di depan toko souvenir yang terletak di depan gapura utama kuil.

Aku melihat ponselku, tapi pesanku tidak memiliki tanda yang menunjukkan sudah dibaca.

“Ishida juga belum menghubungimu, Meika-chan?”

Meika-chan kemudian mengeluarkan ponselnya sebelum menjawab dengan singkat, “Belum.”

Aku dan Meika-chan berdiri diam di tengah berbagai toko suvenir yang berjejer.

Ketika aku dengan santai mengarahkan pandanganku ke Meika-chan, dia mengalihkan pandangannya dengan panik.

Aku bertanya-tanya apakah ada yang salah dengannya karena Meika-chan benar-benar bertingkah agak aneh hari ini.

Aku mendapat kesan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu padaku.

Apapun alasannya, hari ini sungguh dingin. Itu sangat dingin sehingga aku tidak bisa diam di tempat karena kedinginan.

Tanpa sadar, aku mulai menggerak-gerakkan tubuhku.

Saat melakukan itu, aku kebetulan melihat poster di salah satu toko suvenir terdekat yang bertuliskan, ‘Di sini jual Amazake.’

TL Note: Amazake, 甘酒, adalah sake yang terbuat dari beras yang rendah atau tanpa alkohol.

“Meika-chan, karena sekarang dingin, kamu mau minum amazake?”

Meika-chan menatapku dengan ekspresi bingung.

“Menurutku Amazake yang mereka jual tidak mengandung alkohol, jadi tidak akan ada masalah jika kita meminumnya.”

Setelah mengatakan itu, aku pergi ke toko tersebut dan memesan dua amazake.

Wanita dari toko tersebut menggunakan sendok untuk menuangkan Amazake dari panci panas ke dalam dua cangkir kertas.

Aku mengambil dua cangkir Amazake dengan kedua tanganku dan memberikan satunya kepada Meika-chan.

“Terima kasih.”

Kemudian, dia memegang cangkir kertas dengan kedua tangannya dan menyesap amazake sambil meniupnya ‘Fu~, Fu~’.

Pipi putihnya menjadi merah muda karena kedinginan, dan dagunya yang tertutup oleh syal, membuat sosoknya sangat imut layaknya gadis SMA.

…Jika aku punya adik perempuan, aku yakin dia akan mirip seperti ini…

Melihatnya seperti itu, aku menatapnya dengan hangat.

“Tapi, kemana perginya si Ishida tolol itu?”

Saat aku berbicara pada diriku sendiri seperti itu, aku menoleh ke arah Meika-chan.

“Maaf, Meika-chan. Pasti membosankan bagi Meika-chan untuk pergi Hatsumode bersama kami seperti ini.”

Aku mengatakannya dengan nada santai, namun…

“Tidak sama sekali.”

Meika-chan berbicara dengan suara rendah namun jelas.

“Aku senang bisa pergi bersamamu hari ini, Yuu-san.”

“Aku juga senang bisa bertemu denganmu setelah sekian lama, Meika-chan.”

Aku menjawabnya sambil tersenyum. Yah, aku mengatakan setengahnya karena ingin bersikap sopan.

“Benarkah?!”

Dia menjawab dengan suara yang lebih bersemangat dari yang aku harapkan.

“Ya, sungguh. Meika-chan, kamu juga banyak berubah selama setahun terakhir ini.”

“A… Aku berubah dalam hal apa?”

“Hmm. Tentunya, kamu lebih terlihat seperti gadis SMA, atau lebih tepatnya, kamu menjadi lebih seperti seorang wanita. Saat aku melihatmu di stasiun sebelumnya, aku terkejut sesaat.”

“Tidak kusangka aku akan menerima kata-kata itu darimu, Yuu-san… aku sangat senang mendengarnya.”

Meika-chan tersenyum malu-malu sebelum menyembunyikan mulutnya di balik cangkir Amazake.

Suasana hatinya tampak jauh lebih santai sekarang setelah kami berbicara seperti ini.

Setelah beberapa saat, Meika-chan melirik ke arahku dan kemudian mulai berbicara.

“A-Aku punya permintaan padamu, Yuu-san. Maukah kamu mendengarkannya?”

“Hm? Permintaan apa? Selama itu sesuatu yang bisa kulakukan, aku akan membantumu.”

Untuk sesaat, Meika-chan tampak ragu untuk berbicara, tapi segera setelah itu, dia tampak seperti membulatkan tekad dan berbicara sebelum kehilangan keberaniannya.

“Bisakah kamu mengajariku?!”

“Mengajarimu? Kamu ingin aku mengajarimu?”

Itu agak tidak terduga. Karena aku kuliah di Jurusan Sains dan Teknik di sebuah universitas swasta, jelas aku hanya menguasai sains dan matematika saja.

Aku yakin Meika-chan akan kuliah di universitas yang berspesialisasi dalam humaniora.

“Uh, ya… A-Aku tidak mengerti apa-apa tentang Matematika, Fisika, atau Kimia… Aku cukup yakin bahwa aku akan berakhir mendapatkan nilai merah jika terus seperti ini!”

Jadi, alasan kenapa Meika-chan begitu gelisah sepanjang waktu sejak kami bertemu adalah karena dia ingin meminta hal ini padaku?

“Jika hanya itu, maka tidak masalah… Tapi, kau tahu, baik Ishida dan aku memiliki nilai yang hampir sama. Bukankah lebih baik kalau Ishida saja yang mengajarimu?”

Seperti yang kalian tahu, Ishida adalah kakak laki-lakinya. Karena mereka tinggal serumah, dia bisa langsung bertanya pada Ishida setiap kali ada sesuatu yang dia tidak mengerti. Mempertimbangkan kecepatan respons, menurutku Ishida sepertinya pilihan terbaik untuknya.

Namun, Meika-chan menggelengkan kepalanya dengan sangat kuat.

“Onii-chan tidak BOLEH. Dia sangat buruk dalam mengajar, dan dia juga tidak baik hati saat mengajar. Dia langsung mengolok-olokku dengan mengatakan hal-hal seperti, ‘Kamu bahkan tidak bisa mengerjakan ini?’”

Begitukah? Kupikir Ishida adalah kakak yang sangat penyayang.

Sebagai anak tunggal, tidak mungkin bagiku untuk tahu, tepi mungkin saja mengajari sesuatu pada saudara kandung itu sebenarnya cukup rumit.

Saat aku sedang memikirkan hal-hal itu, Meika-chan menatapku dengan ekspresi khawatir.

“Apakah itu mengganggumu? Waktu itu ketika kamu menjelaskan kepadaku beberapa hal tentang matematika, aku ingat kamu sangat sopan dan penjelasanmu mudah dimengerti, Yuu-san. Itulah sebabnya aku berpikir bahwa jika aku membutuhkan bantuan dalam belajar, aku harus meminta bantuanmu…”

Aku tidak mungkin menolaknya jika dia menatapku dengan wajah seperti itu.

Belum lagi aku tidak keberatan mengajari Meika-chan sejak awal.

Secara pribadi, aku menganggap Meika-chan sebagai adik perempuan yang ideal.

“Itu sama sekali tidak merepotkan kok. Jika aku dapat membantumu, tentu saja aku akan melakukannya.”

Benarkah? Hore! Aku sangat senang!”

Meika-chan menyatukan kedua tangannya di depan dadanya dan tersenyum berseri-seri.

…Astaga, sisi dirinya ini sangat cocok untuk seorang gadis dan menggemaskan…

“Yuu-san, kamu orang yang sangat baik, lho?”

“Begitukah? Kupikir ini biasa saja, sih.”

“Kamu baik! Aku jamin! Kamu adalah seseorang yang selalu perhatian kepada orang lain, Yuu-san.”

Dia memalingkan wajahnya ke bawah setelah mengatakan itu.

“Tetap saja, pacarmu melakukan sesuatu yang buruk padamu, kan, Yuu-san?”

“Eh?”

“Aku kebetulan mendengarkan perkataan onii-chan ketika dia sedang berbicara di telepon. Aku memang berpikir bahwa apa yang kulakukan itu salah, tapi percakapan itu begitu intens sehingga aku tidak bisa menahan diri…”

Oh, benar juga. Meika-chan tahu tentang perselingkuhan Karen. Ishida juga pernah memberitahuku sebelumnya.

“Tidak kusangka bahwa dia akan berbohong dan berselingkuh dengan pria lain di belakangmu… Aku tidak akan memaafkannya.”

Meika-chan memiliki ekspresi frustrasi di wajahnya. Seolah-olah dia sendiri yang telah diselingkuhi.

“Aku berterima kasih kamu mengkhawatirkanku seperti itu… Tapi tetap saja, kamu tidak perlu marah juga, Meika-chan.”

“Hanya saja, aku tidak bisa memaafkannya! Bagaimana bisa dia memanfaatkan kebaikanmu dan melakukan hal seperti itu…! Itu terlalu kejam!”

“Tapi kurasa itu juga salahku karena telah memilih wanita seperti itu sebagai pacarku.”

“Itu tidak benar! Kamu sama sekali tidak salah di sini, Yuu-san!”

Meika-chan menyatakan itu dengan nada yang sangat tegas.

“Jika wanita itu muncul di hadapanku, aku akan menamparnya mewakilimu, Yuu-san!”

Dia membuat gerakan menampar sesuatu dengan telapak tangan kanannya saat berbicara.

Aku sedikit terkejut. Memang benar Meika-chan aslinya adalah gadis yang sangat aktif dan energik.

“Haha, makasih.”

“Tapi kamu sudah putus dengan wanita itu, kan?”

“Ya, di Malam Natal. Itu tidak sama dengan yang kamu tunjukkan sebelumnya, tapi aku juga punya perasaan tidak bisa memaafkannya sama sekali, lho. Aku memastikan untuk membalasnya balik sepenuhnya karena hal itu juga.”

Aku menjawab sambil mengingat raut wajah Karen dan Kamokura pada Hari-X.

“Dan Touko Sakurajima-san yang bersamamu selama pembalasan itu, kan?”

Eh…? Aku langsung berbalik untuk melihat Meika-chan.

“Apakah kamu kenal Touko-senpai?”

Meika-chan mengangguk sambil melihat ke bawah.

“Ya, meskipun hanya namanya saja. Tapi aku memang mendengar bahwa dia adalah wanita yang sangat cantik.”

Aku merasa itu mengejutkan.

“Tapi kalian berdua seharusnya tidak memiliki kesempatan untuk saling bertemu. Pada saat kamu masuk SMP, Touko-senpai seharusnya sudah lulus. Belum lagi kalian bersekolah di SMA yang berbeda.”

Aku ingat Ishida pernah bilang bahwa dia bersekolah di SMP yang sama dengan Touko-senpai. Tentu saja, Meika-chan juga masuk ke SMP yang sama.

“Kamu benar, tapi itu karena dia baru saja lulus sekolah pada saat aku masuk. Aku mendengar nama ‘Touko Sakurajima’ disebutkan lebih dari beberapa kali oleh banyak kakak kelasku.”

“Begitu ya.”

Aku pernah mendengar bahwa Touko-senpai adalah seorang wanita cantik yang terkenal di lingkungannya sejak SMP. Karena itu, kurasa rumor tentang dia yang beredar tidaklah terlalu aneh.

“Kalau begitu, Yuu-san, apakah kamu berencana untuk mulai pacaran dengan Touko-san selanjutnya?”

Aku bisa melihatnya menggigit bibir bawahnya dengan erat setelah menanyakan hal itu.

“Aku tidak yakin. Terlepas dari seberapa besar keinginanku untuk pacaran dengannya, aku juga harus mempertimbangkan perasaan Touko-senpai. Kurasa bisa dibilang bahwa aku belum berpikir sampai sejauh itu.”

Aku menyuarakan perasaanku yang sebenarnya dan jujur.

Tentu saja, jika Touko-senpai bilang bahwa dia ingin pacaran denganku, aku akan dengan senang hati menerimanya.

Meskipun begitu, aku merasa sulit untuk percaya bahwa Touko-senpai akan begitu cepat berpaling padaku.

Aku juga tidak tahu bagaimana aku harus berinteraksi dengan Touko-senpai mulai sekarang.

“Kalau begitu, itu berarti kamu jomblo sekarang, kan, Yuu-san?”

“Ya, sayangnya begitu. Itulah kenapa aku akhirnya datang hatsumode tahun ini bersama dengan Ishida seperti ini.”

Aku menjawabnya dengan senyum pahit.

Aku kemudian mendengar Meika-chan menarik napas dalam-dalam.

Ketika aku melihatnya, dia mencengkeram erat ujung mantelnya.

“Kalau begitu… maukah kamu sesekali datang untuk bermain bersamaku ke depannya…?”

“Eh?”

“Ah! Tidak, maksudku, yah, kamu juga akan luang selama liburan musim semi nanti, kan, Yuu-san? Ini juga akan menjadi kesempatan terakhirku untuk pergi ke suatu tempat dan bersenang-senang sebelum ujian masuk. Tapi karena aku bersekolah di sekolah khusus perempuan, aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk pergi bersama dengan seseorang… Jadi, aku berpikir bahwa aku akan jauh lebih nyaman jika Yuu-san bersamaku…”

Meika-chan berbicara dengan panik, wajahnya memerah sepanjang waktu.

Aku merasa melihatnya seperti itu agak lucu.

Belum lagi meskipun dia adalah adik perempuan sahabatku, menerima ajakan seorang gadis seperti ini sama sekali tidak terasa buruk.

Lagipula, Meika-chan tidak bilang bahwa dia ingin kami bertemu berdua saja.

“Apakah kamu… menolak?”

Meika-chan memiliki ekspresi khawatir di wajahnya sekali lagi.

“Tidak, tidak, bukan seperti itu. Kamu benar. Aku luang, dan aku juga merasa ingin melihat wajah Meika-chan sesekali juga.”

Meika-chan sebagai adik Ishida berarti dia sudah lama mengenalku.

Aku tidak perlu memikirkan hal-hal aneh itu. Aku harus menghentikan kepedean berlebihan yang aneh ini.

Itulah yang kupikirkan saat itu.

“Hore!”

Ekspresi Meika-chan menjadi cerah dalam sekejap.

Melihatnya seperti itu, aku sendiri menjadi ceria.

“Kalau begitu, kapan berikutnya kita harus bertemu?”

“Hmm, coba kupikir. Aku akan menghadapi ujian universitas segera setelah ini, jadi kurasa tidak mungkin untuk bertemu seperti ini untuk sementara waktu. Itu karena aku harus belajar untuk ujian bahkan setelah kelas dilanjutkan. Kurasa baru mulai Februari aku memiliki waktu luang.”

“Begitukah…?”

Ekspresi Meika-chan terlihat kecewa sejenak, namun dia segera mengangkat wajahnya lagi.

“Oh, kalau begitu, dengan mempertimbangkan janji sebelumnya untuk membantuku belajar, bisakah aku memintamu membiarkanku belajar bersamamu? Aku akan belajar di sebelahmu saat kamu belajar untuk ujianmu, Yuu-san. Dan ketika aku menemukan sesuatu yang tidak aku mengerti, jika kamu bisa menjelaskan padaku saat itu…”

“Kamu benar. Selama jadwal kita bertepatan, itu akan menjadi ide yang bagus.”

“Terima kasih banyak! Kalau begitu aku menantikannya, Yuu-san!”

Dengan lincah, Meika-chan membungkukkan kepalanya dengan cepat.

“Yah, masih sulit bagiku untuk mengatakan seberapa baik aku bisa menjadi seorang guru untukmu, Meika-chan.”

Sembari tersenyum masam, aku dengan penuh perhatian memperhatikan Meika-chan saat dia membungkuk.

“Oooh! Kalian di sana rupanya.”

Seseorang memanggil kami dengan suara nyaring dari balik kerumunan.

Itu adalah suara Ishida.

Aku juga mengangkat tanganku dan memberi isyarat padanya.

Hmm, aku penasaran apa yang terjadi. Aku merasa bahwa Meika-chan agak tidak senang…

“Ke mana saja kau ini?”

Ishida menjawab pertanyaanku dengan tenang tanpa perasaan bersalah.

“Keliling-keliling. Jarang-jarang aku memiliki kesempatan untuk mengunjungi Narita-san, jadi aku berpikir tentang apa yang harus aku lihat selanjutnya. Aku pergi jauh-jauh ke sekitar Taman Narita-san yang ada di belakang tempat ini.”

“Setidaknya kau bisa menghubungi kami.”

“Aku memang kepikiran mau melakukan itu, tapi sisa baterai ponselku sangat sedikit. Yah, dan kupikir Meika-chan juga akan baik-baik saja karena dia bersamamu, Yuu.”

Ishida lalu menatap Meika-chan.

“Meika, kamu tidak apa-apa, kan? Malahan, senang rasanya bersama dengan Yuu, kan?”

Tapi, Meika-chan malah membuang muka dengan sikap cemberut, menggembungkan pipinya.

“Namun, akan lebih baik jika kamu pergi lebih lama.”

“Hei, aku melakukan seperti yang kita janjikan…”

Pada saat itu, Meika-chan mendorong Ishida kuat-kuat dengan kedua tangannya, hampir seperti memukulnya.

“Diamlah! Jangan mengatakan hal-hal yang tidak perlu!”

Meika-chan kemudian memunggungi dia begitu saja.

Ishida membuat senyum tegang sebelum berbalik menatapku lagi.

“Ngomong-ngomong, seperti yang kubilang sebelumnya, jalan menuju kuil di Narita-san ini terkenal dengan restoran belutnya. Mau pergi makan di sana?”

“Belut, ya? Kedengarannya enak, tapi bukankah itu mahal?”

“Aku menerima uang sedikit lebih banyak dari biasanya dari orang tuaku malam ini. Jika kau mau, aku bisa meminjamkanmu uang.”

“Tidak perlu, terima kasih. Aku sendiri memiliki cukup uang, jadi aku tidak ada masalah.”

“Begitukah? Kalau begitu, ayo berangkat! Ayo Meika! Ayo pergi!”

Meika-chan kemudian mengikutiku dari sisi yang berlawanan dengan Ishida.

Itu mengingatkanku, apa yang barusan akan dikatakan Ishida ya?

Tiba-tiba aku merasakan lenganku ditarik dengan lembut.

Saat aku menoleh, ternyata Meika-chan sedang memegang bagian lengan bajuku dengan cubitan kecil.

Saat mata kami bertemu, terlihat sedikit malu, dia memberiku senyuman manis.



Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

My Girlfriend Cheated on Me With a Senior, so I’m Cheating on Her With His Girlfriend, Pacarku Selingkuh dengan Seniorku, maka Aku pun Berselingkuh dengan Cewek Seniorku
Score 9.9
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2021 Native Language: Jepang
“Touko-senpai! Tolong berselingkuh denganku!" “Tenang, Isshiki-kun… aku tidak akan puas sebelum kita membuat mereka berdua yang menyelingkuhi kita merasakan neraka itu sendiri!” Yuu Isshiki terkejut mengetahui pacarnya berselingkuh, jadi dia memutuskan untuk berselingkuh dengan pacar dari pria yang mencuri ceweknya, Touko Sakurajima, yang kebetulan juga adalah senpai yang dia kagumi. Sebagai bagian dari rencana mereka, Touko mengusulkan untuk 'membalas' mereka sebesar mungkin, jadi dia mulai membuat Yuu menjadi pria yang menarik dan populer di kalangan perempuan!? Pilihan pakaian, topik pembicaraan, dll... Yuu mendapati dirinya berada di tengah peningkatan gila-gilaan dalam reputasinya di kalangan perempuan; namun, perasaannya pada Touko terus tumbuh. Saat rencana mereka terus berkembang, hubungan antara mereka berdua tiba-tiba menjadi intim… 'Pembalasan' apa yang akan dilakukan oleh mereka yang diselingkuhi pada Malam Natal?! Apa kesimpulan yang menunggu mereka berdua!? Tirai komedi romantis balas dendam pun dinaikkan!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset