[LN] Isekai Romcom Volume 3 Prolog.2 Bahasa Indonesia

Prolog (Bagian Akhir)

Prolog

2


Setelah kencannya di kafe bersama Tsukasa, Sei menyelesaikan PR-nya sebelum mandi.

Biasanya dia akan langsung mandi setelahnya, tapi hari itu, dia berdiri di depan rak buku di kamarnya, sembari berpikir dengan tangan di dagunya.

HmmManga apa yang sebaiknya kupinjamkan ke Tsukasa selanjutnya, ya?”

Sambil bergumam pada dirinya sendiri, dia melihat banyak manga yang memenuhi rak bukunya sehingga dia harus segera membeli rak buku baru.

“Haruskah aku memilih manga shounen klasik? Dia bilang dia menyukai ‘TenGobu, jadi kurasa dia suka manga bertema pertempuran klasik. Tapi dia juga bilang kalau dia membaca semua jenis manga, dan jika menurutnya manga shoujo itu menarik, mungkin manga komedi romantis juga tak masalah.”

Sedikit berbeda dari manga shoujo, manga komedi romantis yang protagonisnya laki-laki, dapat dibaca dan dibeli tanpa khawatir oleh Sei, sehingga berbagai manga komedi romantis berjejer di rak bukunya.

Setelah berpikir cukup lama, dia berkata, “Kurasa aku sebaiknya mandi dulu,” dan meninggalkan kamar untuk pergi mandi.

Tapi, bahkan saat dia berendam di bak mandi pun, yang ada di pikirannya hanyalah manga apa yang sebaiknya dia pinjamkan ke Tsukasa.

“Bagaimana, ya…? Benar juga, aku tidak harus meminjamkannya satu buku saja. Aku hanya perlu meminjamkannya dua, manga pertarungan klasik dan manga komedi romantis. Ya, ayo lakukan itu.”

Sambil menggumamkan itu pada dirinya sendiri, Sei memejamkan matanya dan menghela nafas lega.

(Sungguh menyenangkan membicarakan manga dengan Tsukasa hari ini. Itu adalah pertama kalinya aku berbicara tentang manga dengan orang lain, jadi aku tanpa sadar terbawa suasana. Kuharap Tsukasa tidak merasa ill-feel padaku…)

Bukan hanya manga, dia mengingat kembali semua yang telah mereka lakukan sebelumnya.

(Aku senang dia menyukai kue buatanku. Selain itu, seperti yang aku telah janjikan sebelumnya, aku bahkan menyuapinya… Ketika aku melakukan itu padanya, itu seperti aku memberi makan hewan peliharaan, tapi sungguh memalukan rasanya ketika aku yang disuapi…)

Saat dia memikirkan hal itu, Sei pun terkesiap.

(M-Mungkinkah aku hampir selalu memikirkan Tsukasa sepanjang waktu sejak aku pulang ke rumah…?)

Tsukasa mengantar Sei pulang karena hari sudah sangat larut.

Tepat setelah Tsukasa mengantarnya pulang, Sei berpikir “Aku bersyukur, pa—um, pacarku adalah pria yang baik.”

Dia tidak terlalu memikirkan Tsukasa saat makan malam dan mengerjakan PR, tapi setelah dia menyelesaikan PR hingga dia mandi sekarang ini, dia terus memikirkan Tsukasa.

(Ini membuatku kelihatan kayak pacar yang terlalu ngebucin dengan Tsukasa…!)

Dengan wajah memerah, Sei menggelengkan kepalanya sembari membuat alasan.

(A-Aku tidak selalu memikirkannya, dan aku sedang memikirkan sesuatu selain Tsukasa, lho. Aku hanya memikirkan manga apa yang sebaiknya kupinjamkan padanya saat kami bertemu nanti.)

Dengan alasan itu di pikirannya, Sei pun keluar dari kamar mandi.

Setelah mengeringkan rambutnya dengan hairdryer dan menggunakan skin care secukupnya, dia kembali ke kamarnya.

Kemudian dia melihat ponselnya menyala, dan tampaknya ada yang mengiriminya pesan RINE.

Ketika dia memeriksanya, ternyata yang mengiriminya pesan adalah Tsukasa.

[Sei-chan, terima kasih untuk kuenya. Rie juga bilang kalau rasanya sangat enak.]

Ketika Sei melihat pesan itu, tanpa sadar dia tersenyum lembut.

[Begitu, ya. Senang mendengarnya. Aku memakan telur gulung buatan Rie sebelumnya, jadi aku harap itu bisa menjadi ucapan terima kasihku untuknya.]

Saat dia dan Tsukasa bertukar lauk sebelumnya, masakan Rie sungguh enak.

Jadi, dia ingin berterima kasih pada Rie, dan lalu membuatkan kue kering tidak hanya untuk Tsukasa, tapi juga untuk Rie.

Tepat setelah itu, pesan balasan lainnya pun datang.

[Aku pamer kalau aku disuapi oleh Sei-chan, tapi dia membalasku dengan ‘Apa kakak bodoh?’]

“A-Apa-apaan yang kamu bicarakan itu, Tsukasa…!?”

Meskipun Tsukasa membicarakan itu dengan keluarganya sendiri, itu bukanlah sesuatu yang seharusnya dibicarakan dengan siapa pun selain sesama mereka sendiri.

[Apa yang kamu pamerkan, sih? Jangan ceritakan itu pada orang lain.]

Ketika Sei mengirimkan itu, pesannya langsung dibaca dan dibalas.

[Ah, maaf. Aku hanya ingin pamer. Aku tidak bermaksud membuatmu marah.]

Begitulah isi balasannya, tapi Sei-chan sebenarnya tidak marah.

Tapi, ketika dia melihat kembali riwayat chat-nya, memang terkesan bahwa dia ketus dan marah.

[Aku tidak marah, kok.]

Setelah memberitahu kalau dia tidak marah, dia kemudian mengirim pesan tambahan.

[Umm, yah, aku hanya malu.]

Setelah mengirimkan pesan itu, dia menjadi sedikit tenang, tapi dia mulai merasa lebih malu.

Entah kenapa, meski ditandai sudah dibaca, balasannya tidak kunjung datang meski beberapa menit telah berlalu, yang juga menjadi alasan kegelisahannya tak kunjung reda.

(K-Kenapa dia tidak membalas? Apakah dia ill-feel padaku yang malu hanya karena itu? Tapi, memang benar kalau aku merasa malu, lho…)

Ketika dia memikirkan itu, balasan Tsukasa pun datang.

[Aku lega kamu tidak marah, tapi Sei-chan, kamu imut sekali sampai-sampai aku menggeliat-geliat sendiri.]

Setelah membaca pesan itu, pipi Sei menjadi semakin merah.

[Kamu tidak perlu melaporkan segala macam hal kayak gitu.]

Dia membalas seperti itu, tapi kali ini dia bertanya-tanya kenapa pesannya tidak dibalas lebih cepat, hingga dia berpikir mungkin tak apa melaporkan sesuatu seperti itu.

[Maaf, ya. Aku awalnya hanya ingin pamer, tapi aku akan mencoba untuk tidak sering melakukan hal seperti itu pada Rie ke depannya.]

[Ya, tolong lakukan itu.]

[Tapi, terkadang, meskipun aku bercerita tanpa maksud pamer, atau nge-bucin, aku tetap disuruh ‘Bisakah kakak berhenti nge-bucin?’]

[…Memangnya kamu cerita apa?]

[Misalnya, kayak sebelumnya, ketika kita pergi ke sekolah bersama, dan ada seekor anjing besar yang sedang diajak jalan-jalan oleh pemiliknya, Sei-chan, yang ketakutan karena anjing itu menggonggongi kita saat kita lewat itu sungguh imut.]

[Pertama-tama, jangan menceritakan hal itu, itu memalukan.]

Memang benar kejadian seperti itu pernah terjadi, tapi bagi Sei, itu hanyalah momen yang memalukan.

[Selain itu, saat makan siang, saat kamu sedang makan sepotong ayam goreng yang terlalu besar untuk dimakan dalam satu gigitan, kamu membuka mulutmu lebar-lebar dan mengunyahnya kayak tupai, itu imut sekali.]

[Itu juga memalukan, tapi kamu melihatnya, ya!?]

Beberapa hari yang lalu, saat istirahat makan siang di sekolah, dia kesulitan memakan sepotong ayam goreng beku dalam satu gigitan.

Tentu saja, dia menutup mulutnya dengan tangan agar tidak terlihat tidak sopan, tapi dia tidak menyangka Tsukasa yang duduk di sebelahnya akan melihatnya.

[Aku melakukan presentasi keimutan Sei-chan padanya setiap hari, tapi setiap kali aku begitu, aku selalu dibilang, ‘Ya, ya, dasar bucin.’]

[…Menurutku itu memang terdengar kayak bucin bagi orang lain. Selain itu, aku juga merasa malu, jadi tolong jangan terlalu berlebihan.]

Alasan kenapa dia tidak menyuruh “berhenti” adalah karena dia juga merasa sedikit senang oleh itu.

[Baiklah. Aku akan menahan diri untuk melakukannya sehari sekali saja.]

[Memangnya kamu biasa melakukannya berapa kali, sih…?]

“Astaga, Tsukasa ini…”

(Sebenarnya, seberapa cintanya dia padaku, sih… Ukh, aku jadi malu sendiri karena memikirkan ini…!)

Agar dapat melupakan rasa malu, dia berpaling sebentar dari ponselnya dan melihat ke atas meja.

Di atas meja ada mangaTenGobu’, yang sebelumnya dia pinjamkan dan telah dikembalikan oleh Tsukasa.

“Benar juga, aku bisa bertanya langsung pada Tsukasa manga seperti apa yang dia suka.”

Mengingat janjinya untuk meminjamkan manga, dia mengirim pesan tentang hal itu.

[Jenis manga apa yang ingin kamu pinjam selanjutnya? Ada berbagai pilihan seperti manga shounen klasik, manga isekai, manga komedi romantis, dll.]

[Hmmm, kalau gitu manga komedi romantis saja.]

[Tapi itu bukan jenis manga shoujo lho, melainkan jenis manga komedi romantis yang biasanya ada di majalah manga shounen dan sejenisnya, apakah itu tidak masalah?]

[Tentu saja, aku sebenarnya lebih suka yang seperti itu.]

[Oke, kalau begitu aku akan membawanya ke sekolah.]

[Terima kasih, aku akan membawa manga shoujo juga.]

[Ya, aku menantikannya.]

Saat mereka bertukar pesan itu, dia menyadari bahwa bibirnya refleks membentuk senyum.

Itu bukan hanya karena dia menantikan manga shoujo itu, tapi juga karena dia senang membicarakan manga dengan Tsukasa.

[Tsukasa, aku mencintaimu.]

Dia menuliskan pesan itu, tapi dia ragu untuk menekan tombol kirim.

Butuh banyak keberanian untuk mengirimkan pesan ini.

Dia pernah mengatakan itu secara lisan beberapa kali, jadi dia pikir dia mungkin bisa mengatakannya kalau melalui pesan, tapi…

(Yah, itu terlalu memalukan…)

Hanya melihat pesan yang dia tulis sendiri saja sudah membuat pipinya menjadi merah.

Tidak, aku tidak bisa mengirimnya… Ayo hapus.

Tepat saat dia menyentuh layar untuk menghapusnya, ponselnya mulai bergetar.

Uwaaa! K-Kaget aku… Shiho, ya?”

Sepertinya dia menerima telepon tiba-tiba dari sahabatnya, Shiho.

Terkadang Shiho meneleponnya tiba-tiba seperti ini, jadi itu bukan hal yang aneh lagi.

“Halo Shiho, ada apa?”

Sei-chan, maaf karena meneleponmu tiba-tiba, tapi ada yang ingin kutanyakan tentang PR matematika. Sampai mana kita harus mengerjakan soalnya, ya?”

“Sampai halaman dua empat.”

Oh, sampai situ ya? Ukh, aku tidak pandai di bagian itu.”

“Mau sekalian aku ajarkan sedikit?”

Benarkah!? Terima kasih! Sebenarnya, itulah yang aku harapkan saat meneleponmu.

Fufu, sudah kuduga.”

Sei pun duduk di depan meja dan membuka buku soal matematika, sembari menyalakan mode speaker sehingga dia bisa berbicara tanpa perlu meletakkan ponsel di telinganya.

Kemudian ponselnya pun bergetar lagi, tampaknya seseorang telah mengiriminya pesan.

Hmm? Sei-chan, apa ponselmu baru saja bergetar?

Tampaknya, Shiho di telepon pun bisa mendengar suara getarannya.

“Ah, maaf, aku akan mengaturnya agar tidak bergetar.”

“Aku tidak keberatan kok. Mungkinkah itu dari Hisamura-kun?”

“Y-Yah, kurasa begitu…”

Satu-satunya pesan yang datang saat ini kemungkinan besar dari Tsukasa, yang telah bertukar pesan dengannya sebelumnya.

Saat dia membuka layar obrolannya dengan Tsukasa—

Ah…!?”

“Eh, ada apa?”

Sei refleks meninggikan suaranya.

Ketika dia melihat ke layar, dia melihat pesan yang dia tulis dan tidak dikirim sebelumnya, [Tsukasa, aku mencintaimu.] telah terkirim.

Dan itu sudah ditandai sebagai telah dibaca dan dia sudah menerima balasan.

[Terima kasih, Sei-chan. Aku juga mencintaimu.]

“A-Astaga…!”

Sei menggumamkan itu dengan wajah memerah.

Mungkin jarinya menyentuh layar dan mengirimkan pesan itu saat ponselnya bergetar ketika Shiho menelepon.

“Sei-chan, ada apa? Apa kamu baik-baik saja?

“T-Tidak… Aku tidak baik-baik saja, tapi tidak apa-apa…”

“Yang mana sih? Apakah itu ada hubungannya dengan Hisamura-kun?”

“Ukh, yah, begitulah…!”

Tentu saja terlalu memalukan baginya untuk memberitahu Shiho tentang hal itu.

“Eeee, ada apa~? Cerita dong~?”

“A-Aku tidak akan memberitahumu. Ini adalah rahasia antara aku dan Tsukasa.”

“Ah, kamu barusan menyebut Hisamura-kun dengan nama depannya, ya?”

Ah…”

“Heee~, jadi begitu ya~. Kamu sudah mulai memanggil nama depannya, ya~. Kelihatannya kamu memanggilnya begitu ketika kalian berduaan saja, kan?”

“Tidak, bukan… Itu tidak benar.”

“Kamu tidak akan membuat kesalahan seperti itu jika kamu tidak gugup, kan? Aku bertanya-tanya apa yang sebenernya dilakukan oleh Hisamura-kun barusan~?”

“S-sudah kubilang aku tidak akan memberitahumu. Ayo, Shiho, cepatlah kerjakan PR-mu.”

“Hmm~, apakah Hisamura-kun memberitahumu bahwa dia mencintaimu lewat RINE?”

“Ap—!?”

“Ah, reaksi itu, kurasa tebakanku tepat, ya?”

“C-Cukup! Jika kamu mengolokku lagi, aku tidak akan mengajarimu PR.”

“Okee deh~”

Meskipun wajahnya merah cerah, Sei mengajari Shiho dengan serius hingga selesai.

Tapi setelah itu, Sei menggeliat saat melihat layar percakapannya dengan Tsukasa.


Sementara itu, Tsukasa—

“Sungguh imutnya…! Apa-apaan pesan ini? Aku langsung screenshot begitu aku melihatnya…! Padahal ini hanya tulisan dan tidak dikatakan secara langsung, tapi kenapa rasanya sangat imut? Keimutan Sei-chan sampai menembus ke dimensi lain…!”

Onii-chan, berhentilah menggeliat di ruang tamu dan pergilah ke kamar kakak sana.”

Dan adiknya, Rie, menatapnya dengan tatapan dingin.



Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Since I’ve Entered the World of Romantic Comedy Manga, I’ll Do My Best to Make the Heroine Who Doesn’t Stick With the Hero Happy, Rabu kome manga no sekai ni haitte shimattanode, shujinkō to kuttsukanai hiroin o zenryoku de shiawaseni suru
Score 9.7
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2022 Native Language: Jepang
Suatu hari aku tertabrak truk dan mendapati diriku menjadi sahabat dari protagonis dalam manga komedi romantis. Oh, ini mimpi, kan? Di depanku ada heroine yang kalah yang paling kusukai, Sei Shimada--Aku puas bisa menyatakan "Aku mencintaimu" padanya, tapi  aku tidak bisa bangun dari mimpi ini.....!??

Comment

Options

not work with dark mode
Reset