[LN] Isekai Romcom Volume 3 Chapter 1.1 Bahasa Indonesia

Kerja Paruh Waktu dan Karakter Baru (Bagian 1)

Chapter 1: Kerja Paruh Waktu dan Karakter Baru

1


Sudah sekitar satu minggu sejak aku memutuskan untuk mulai bekerja paruh waktu.

Aku sudah melamar untuk wawancara kerja sebelumnya dan hari ini, Sabtu, adalah hari wawancara itu.

Aku menuju ke sebuah kedai kopi yang jaraknya sekitar sepuluh menit berjalan kaki dari rumahku.

Letaknya berlawanan dengan arah ke sekolah, jadi mungkin agak merepotkan untuk pergi ke sana, tapi itu masih dalam batas yang bisa diterima.

Suara gemerincing terdengar ketika aku membuka pintu, dan aku pun memasuki toko yang interiornya bernuansa retro.

Ini bukanlah tempat yang trendi dan modern seperti kafe pada umumnya; tapi lebih seperti kedai kopi dengan nuansa jadul.

Secara pribadi, aku melamar kerja di kedai kopi ini karena aku merasa lebih cocok bekerja di sini.

Tokonya cukup luas, dan karena ini masih menjelang tengah hari, jadi belum banyak pelanggan yang datang.

“Selamat datang.”

Seorang pria, yang berusia enam puluhan, mendekatiku sambil tersenyum ramah.

“Permisi, saya Tsukasa Hisamura. Saya di sini untuk wawancara kerja paruh waktu hari ini.”

“Oh, jadi kamu orangnya. Wah, syukurlah. Ayo masuk, jangan sungkan-sungkan.”

“Ya.”

Aku berjalan ke bagian belakang toko bersama pria, yang terlihat seperti manajer toko. Dia tersenyum dengan kerutan di sudut matanya, bukan jenis senyuman yang ditunjukkan kepada pelanggan, melainkan senyuman yang benar-benar tulus.

Gawat. Sudah lama sejak aku wawancara kerja paruh waktu, jadi aku merasa gugup sekarang.

Aku memasuki ruangan yang terdapat persedian dan loker di dalamnya, lalu duduk berhadapan dengan pria itu.

“Senang bertemu denganmu. Aku Saitou, manajer toko ini.”

“S-Senang bertemu dengan Anda juga. Saya Tsukasa Hisamura, dan terima kasih atas waktu Anda hari ini.”

“Sama-sama. Jangan terlalu gugup. Aku hanya ingin melihat sekilas CV-mu dan mengobrol santai.”

“Ya, um, ini CV saya.”

“Oh, terima kasih. Hmm… Ah, sepertinya kamu bersekolah di SMA Toujoin, ya. Sungguh mudah untuk pergi ke sini karena dekat, kan?”

“Ya, tempat ini hanya berjarak sepuluh menit berjalan kaki dari rumah saya.”

“Oh, begitu ya. Itu sangat bagus karena kamu jadi tidak perlu keluar biaya untuk transportasi.”

Dan begitulah, wawancara dimulai dengan cara yang santai, tapi ini lebih seperti sesi mengobrol daripada wawancara formal.

Tempat kerja paruh waktuku dulu adalah toko franchise, jadi wawancaranya lebih formal di sana, tapi ini adalah kedai kopi milik pribadi, jadi mungkin di sini lebih santai mengenai hal itu.

Aku pribadi lebih senang yang seperti ini.

“Apa motivasimu untuk mulai bekerja paruh waktu?”

“Motivasi saya karena, yah, sejujurnya, saya ingin menghasilkan uang…”

“Hahaha, begitulah kerja paruh waktu itu. Ketika kita seorang siswa SMA, kita merasa ingin bersenang-senang, dan itu bukanlah hal aneh sama sekali. Faktanya itu alasan melamar kerja yang cukup sehat.”

“T-Terima kasih.”

“Apakah kamu tidak mengikuti ekskul?”

“Ya, tidak. Jadi aku bisa mulai kerja dari jam 16:00 sepulang sekolah.”

“Begitu, ya, senang mendengarnya. Apakah kamu ada waktu luang setelah ini?”

“Eh, ah, iya, begitulah. Saya tidak punya kegiatan khusus apa pun yang harus saya lakukan sesampainya di rumah.”

“Jadi, apakah kamu ingin langsung masuk hari ini?”

“Huh?”

Masuk hari ini? Apakah itu artinya masuk untuk kerja paruh waktu?

Uum, apakah itu artinya saya sudah lulus wawancara?”

Hmm? Ya, begitulah. Aku sedang mencari pekerja paruh waktu dan Hisamura-kun sepertinya anak yang baik. Jika kamu bersedia, aku ingin kamu bekerja paruh waktu disini.”

“T-Tentu saja bersedia! Mohon bantuannya!”

Ah, syukurlah aku lulus.

Setelah memberitahu Rie dan Sei-chan bahwa aku ingin mulai bekerja paruh waktu, akan sangat memalukan jika aku gagal dalam wawancara.

“Jadi, bisakah kamu masuk sekarang?”

“Ah, ya, saya tidak keberatan.”

“Baguslah. Tentu saja, bayaranmu dihitung mulai hari ini, dan kamu tidak perlu terlalu tegang pada awalnya, cukup pelajari saja alur dan cara melayani pelanggan dengan santai.”

“Ya, mohon bimbingannya.”

“Nah, ini seragamnya. Kamu bisa berganti pakaian di ruangan ini saat jam kerjamu dimulai. Kita di sini tidak menyediakan celana seragam, tapi kamu bisa memakai celana panjang hitam seperti yang kamu pakai sekarang, Hisamura-kun.”

“Ya, saya mengerti.”

Setelah menerima seragam, Manajer Saitou pun meninggalkan ruangan.

Seragamnya terdiri dari kemeja biru tua dan dasi hitam.

Dasinya bukanlah jenis dasi yang diikat, melainkan jenis yang dapat diikat dengan pengait agar lebih mudah dipakai.

Dan celemeknya berwarna kecoklatan, yang panjangnya hanya dari pinggang ke bawah, kalau tidak salah nama celemek ini disebut celemek sommelier.

Meski secara keseluruhan berwarna gelap, namun menurutku ini memberikan ketenangan dan cocok dengan suasana toko ini.

Oke, aku lulus wawancara dan mendapat kerja paruh waktu, jadi ayo kita bekerja keras!

Sambil berpikir begitu, aku pun mulai melepas baju untuk berganti pakaian di sini, lalu kemudian aku mendengar suara denting lonceng dari luar ruangan.

Mungkin ada pelanggan yang datang, lagipula sekarang sudah hampir jam makan siang.

Oh benar juga, aku harus menghubungi Rie dan memberitahunya bahwa aku lulus wawancara kerja paruh waktu dan langsung mulai bekerja, jadi aku tidak perlu disiapkan makan siang.

Aku mengeluarkan ponselku saat masih bertelanjang dada, tapi sebelum aku sempat mengirim pesan ke Rie—

Aku mendengar bunyi klik dan pintu ruangan terbuka.

“Huh?”

Hm~?”

Kupikir yang masuk adalah manajer, tapi itu ternyata seorang wanita cantik.

Wanita itu memiliki rambut panjang berwarna kuning muda yang dikeriting halus, memberikannya penampilan yang memancarkan aura lembut.

Dia memiliki mata yang besar dengan sudut matanya yang rendah, dia cantik tapi bukan dalam tipe yang dingin, melainkan tipe onee-san yang penyayang.

Hm? Aku merasa seperti pernah melihat wajahnya di suatu tempat sebelumnya, semacam perasaan deja vu

…Tunggu dulu, aku, yang lagi setengah telanjang, sedang melihat wanita yang dengan santainya masuk ke sini?

Aku sedang ganti pakaian, lho?

“Oh, apakah kamu pekerja paruh waktu yang baru?”

Meskipun aku merasa panik di dalam hati, wanita yang masuk itu sepertinya tidak peduli sama sekali saat dia mendekat dan mulai berbicara padaku.

“Eh, ah, ya, benar.”

“Sudah kuduga~. Senang bertemu denganmu. Karena aku juga masih baru, jadi aku sebenarnya tidak merasa seperti senior. Aku seorang mahasiswi tahun kedua berusia 19 tahun. Bagaimana denganmu, kamu di tahun berapa?”

“Oh, aku siswa kelas dua SMA.”

“Eee~, beneran? Kamu terlihat sangat dewasa, jadi kukira kita seumuran.”

Tidak, meski kami membicarakan sesuatu yang normal, tapi aku masih telanjang, lho.

Orang ini sepertinya tidak terlalu terganggu oleh itu, jadi kurasa dia seseorang yang tidak masalah jika ada pria yang bertelanjang dada di dekatnya.

Terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba ini, aku segera mengenakan baju seragam.

“Maaf, aku berganti pakaian di depanmu padahal kita baru bertemu.”

Hmm~? Tidak masalah kok. Lagian, kita berada di ruang belakang, jadi di sini memang seharusnya tempat berganti pakaian, kan? Aku juga mau ganti pakaian sekarang.”

“Senang mendengar… Eh?”

Ganti pakaian? Sekarang?

Tidak, memang normal ganti pakaian di sini, tapi apa maksudnya dengan sekarang?

Saat aku memikirkan itu, dia tiba-tiba mulai melepas pakaiannya.

“K-Kenapa kau ganti baju!?”

Aku langsung panik dan mengalihkan pandanganku darinya ke arah yang berbeda.

Dia mengenakan kemeja, jadi dia mulai membuka bajunya dari kancing depan. Aku memang tidak melihat pakaian dalamnya sih, tapi belahan dadanya yang cukup besar terlihat olehku.

“Eh? Tapi ini ruang ganti, kan?”

“Aku ini laki-laki, jadi tolong tunggu aku keluar dulu!”

Dia kok ceroboh sekali, sih!?

“Tidak, aku sudah selesai memakai kemejaku, jadi aku akan lanjut berganti pakaian di luar!”

“Kamu yakin? Aku minta maaf karena membuatmu merasa tidak nyaman.”

Aku meninggalkan ruang belakang dengan membawa dasi dan celemekku.

Haaa, cewek itu apa-apaan sih…

“Ah, Hisamura-kun. Apakah kamu sudah bertemu pekerja paruh waktu yang perempuan?”

“Iya. Saya terkejut saat dia tiba-tiba masuk ke ruang belakang.”

“Maaf. Aku lupa menjelaskan padanya soal Hisamura-kun.”

Manajer Saitou meminta maaf dengan ekspresi sedikit menyesal.

“Tidak, gak masalah kok…”

“Saat dia selesai berganti pakaian, aku akan memperkenalkan kalian dengan benar.”

Jadi beberapa menit kemudian, setelah aku selesai mengenakan dasi dan celemek, lalu diajarkan bagaimana cara mengisi absen, perempuan itu pun muncul.

“Manajer~. Maaf membuat Anda menunggu~”

“Oh, Tobise-san, waktu yang tepat.”

Tobise…?

Aku pernah mendengar nama itu di suatu tempat sebelumnya, tapi di mana?

Kalau dipikir-pikir, saat aku bertemu dengannya tadi, aku juga merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya…



“Perkenalkan, ini Tsukasa Hisamura-kun, yang akan mulai bekerja paruh waktu di sini mulai hari ini.”

“H-Halo, senang bertemu denganmu. Saya Tsukasa Hisamura.”

Tapi, karena ini mungkin pertama kalinya kami bertemu, aku akan menyapanya dengan benar.

“Senang bertemu denganmu? Ini bukan pertemuan pertama kita, kan?”

“Eh? M-Maaf, apakah kita pernah bertemu sebelumnya…?”

“Kita sudah pernah ketemu di ruang belakang tadi, kan? Apa kamu sudah lupa?”

“…Ah, iya juga ya.”

Sudah kuduga kami pernah bertemu? Begitulah pikirku tadi, tapi dia hanya orang yang kikuk alami.

Meskipun begitu, aku masih merasakan sesuatu yang deja vu

“Nah, Hisamura-kun, dia Marino Tobise-san, yang telah bekerja di sini sejak minggu lalu.”

“Marino Tobise… Huh!?”

Ketika aku mendengar nama itu, aku refleks tersentak.

Benar, orang ini adalah…!

Ini tidak seperti kami pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya atau semacamnya.

Tapi, aku mengenal orang ini.

Itu karena─

“Aku Marino Tobise, mohon bantuannya ya~”

─Dia adalah karakter dalam manga “Ojojama.”


Marino Tobise.

Dia adalah karakter di manga Ojojama, dan orang ini juga adalah—heroine yang mewarnai cerita.

Dia adalah karakter populer yang muncul di pertengahan manga dan dengan cepat menarik hati penggemar karena penampilan, kepribadian, dan auranya.

Dia memiliki kepribadian yang menenangkan dan penampilan yang memberikan kesan kakak perempuan lembut kepada semua orang.

Dia adalah heroine tipe onee-san yang belum pernah ada di mangaOjojama” sebelumnya.

“Mohon bantuannya~”

Marino Tobise berkata begitu sambil tersenyum.

Kalau tidak salah dia dipanggil “Marinon” atau “Kak Mari” oleh para penggemarnya.

“M-Mohon bantuannya, Tobise-san.”

Dalam hati, aku merasa sangat terguncang, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu menunjukkannya saat menyapanya.

“Ya, mohon bantuannya juga~. Bolehkah aku memanggilmu Tsukasa-kun?”

“Eh, ah, ya, silakan.”

“Makasih. Tsukasa-kun, kamu bilang kalau kamu sekarang kelas dua SMA, tapi kamu sekolah di SMA mana?”

“SMA Toujoin.”

“Eh~, beneran? Aku juga sekolah di sana dulu.”

Tobise-san berbicara dengan senyum yang sangat ramah.

Jika ini adalah manga, aku yakin akan ada bunga yang bermekaran sebagai latarnya.

Aku tidak pernah menyangkan akan bertemu Marino Tobise, heroineOjojama’, di pekerjaan paruh waktuku.

Kalau tidak salah, dia berusia 20 tahun ketika dia pertama kali muncul di dunia manga Ojojama.

Tapi, dia sebelumnya bilang kalau dia berumur sembilan belas tahun, jadi dia mungkin sudah berulang tahun saat kemunculan pertamanya dalam cerita asli dan bertemu dengan protagonis, Yuuichi Shigemoto dan yang lainnya, di tahun ini.

Siapa sangka aku akan bertemu dengannya sebelum Yuuichi…

“Aku senang sekali kalian berdua bisa akur, tapi bisakah aku menjelaskan detail pekerjaannya dulu?”

“Ah, maaf, pak.”

“Okeee~. Tapi, bukankah saya sudah dijelaskan garis besarnya?”

“Tobise-san, baru seminggu sejak kamu bergabung di sini. Ayo belajar bersama dengan Hisamura-kun untuk memastikannya, oke?”

“Oke~.”

Tobise-san menjawab dengan suasana santai.

“…Selain itu, masih banyak hal yang membuatku khawatir.”

Manajer mengatakan itu dengan suara pelan yang tidak dapat didengar oleh Tobise-san.

Kalau dipikir-pikir, aku merasa bahwa Marino Tobise seperti karakter bodoh yang kikuk alami.

Setelah itu, aku diajari alur umum pekerjaan di sini bersama Tobise-san.

Menunjukkan tempat duduk yang kosong pada pelanggan yang datang, menghidangkan mereka air dan pada saat yang sama menerima pesanan mereka, memberitahukan pesanan itu pada manajer dan mengantarkannya ke pelanggan ketika pesanan sudah siap.

Tepat setelah penjelasan itu, seorang pelanggan masuk dan aku pun melayaninya.

“Bagus sekali, Hisamura-kun. Kamu begitu bagus hingga aku tidak percaya kalau ini adalah pertama kalinya kamu bekerja.”

“A-Ahaha, terima kasih.”

Yah, aku pernah melakukan pekerjaan seperti ini di kehidupanku sebelumnya, jadi ini bukan kali pertamaku, sih.

Ini hampir sama dengan apa yang kulakukan di kehidupanku yang lalu, jadi aku bisa menangani ini dengan mudah.

“Aku ingin menyerahkan tugas mamasak padamu saat kamu sudah terbiasa, tapi apakah kamu tidak keberatan dengan itu?”

“Ya, saya tidak keberatan.”

Faktanya, aku memilih tempat ini sebagian besar karena ingin belajar tentang hal semacam itu.

“Manajer~. Saya menumpahkan air.”

“Ya, aku akan membersihkannya, jadi silakan antarkan airnya ke pelanggan.”

“Siap~.”

…Aku masih berpikir kalau Tobise-san agak ceroboh, atau lebih tepatnya kikuk alami.

“Aah, saya lupa menanyakan pesanannya~. Saya akan kesana lagi~.”

“Ya, semoga berhasil. Yah, aku senang mempunyai pekerja paruh waktu yang imut. Tentu saja, itu termasuk kamu juga, Hisamura-kun.”

“Ya, terima kasih.”

Sikap Manajer Saitou juga agak santai, yang khas dari orang yang sudah tua, mungkin itulah sebabnya dia bisa cocok dengan Tobise-san.

Setelah itu, aku dan Tobise-san terus bekerja bersama, mempelajari seluk beluk pekerjaan.


Ketika sudah lewat tengah hari dan jumlah pelanggan berkurang, aku dan Tobise-san pun istirahat makan siang di waktu yang sama.

“Aku minta maaf karena membuatmu tiba-tiba bekerja saat jam makan siang. Tadi sibuk sekali, kan? Ini masakanku, jadi silakan kalian makan bersama.”

“Yey, ini masakan Manajer. Tsukasa-kun, ini saaangat enak, lho.”

“Hahaha, tolong jangan membuatnya berharap terlalu tinggi, Tobise-san.”

“Terima kasih banyak, Manajer.”

Aku dan Tobise-san menerima makanan itu dan pergi ke ruang belakang untuk mulai makan bersama.

Kami diberi waktu istirahat selama tiga puluh menit agar kami bisa makan dengan tenang.

Mmm, enak! Sudah kuduga masakan Manajer memang enak.”

“Benar, ini sangat enak.”

Hidangan yang kami makan hari ini adalah Napolitan, dan rasanya sangat enak.

Jika aku bisa memasak seenak ini, aku akan bisa menghidangkannya untuk Rie dan Sei-chan.

Aku harus secepatnya menguasai tugas-tugasku agar aku segera diajari cara memasak.

Mmm~. terima kasih untuk makanannya!”

“Cepatnya!?”

Aku bahkan belum menghabiskan setengah dari makananku, tapi Tobise-san sudah selesai memakan punyanya.

Kalau dipikir-pikir, meskipun dia seorang karakter onee-san yang lembut, aku ingat kalau dia didisain menjadi karakter yang makan sebanyak Yuuichi.

…Ada juga penjelasan bahwa semua lemak yang dia makan masuk ke dadanya, dan aku bisa mengerti itu.

“Yaah, tapi, Tsukasa-kun, kamu luar biasa. Kamu sudah hafal sebagian besar pekerjaannya, kan?”

“Apakah menurutmu begitu? Kurasa jalanku masih panjang.”

“Eee~, tapi menurutku tidak begitu kok. Apakah kamu pernah bekerja paruh waktu seperti ini sebelumnya?”

“T-Tidak, ini pertama kalinya aku bekerja.”

“Benarkah? Itu luar biasa. Aku tidak menyangka kamu sudah bisa melakukannya sebaik itu.”

Sebenarnya aku memang punya pengalaman di kehidupan sebelumnya, tapi mana mungkin aku bisa mengungkapkannya.

Ngomong-ngomong soal kehidupanku sebelumnya… Marino Tobise adalah heroine Ojojama, manga yang aku baca di kehidupanku sebelumnya.

Namun, heroine utama dari manga itu adalah Kaori Toujoin dan Shiho Fujise.

Dengan kata lain, dia juga adalah heroine yang tidak akan berakhir dengan sang protagonis, Yuuichi Shigemoto.

Namun dalam kasusnya… Dia mungkin tidak berada dalam peran heroine yang kalah seperti pacar dan adikku, Sei Shimada dan Rie Hisamura.

Fiuh, aku berkeringat setelah bergerak kesana kemari saat bekerja.”

Tobise-san dengan ringan menyeka keringat dari dahinya, sembari mengipasi dirinya dengan tangan.

Sekarang hampir bulan Juni, dan musim panas akan mencapai titik tertingginya.

Suhu di dalam toko juga berada pada titik sensitif di mana tidak jelas apakah AC menyala atau mati, yang mungkin membuatku sedikit berkeringat juga.

“Kurasa tidak apa-apa membuka kancing baju sedikit saat istirahat, kan?”

“Yah, kurasa tidak apa-apa.”

“Iya kan~”

Mengatakan itu, Tobise-san membuka tiga kancing teratas kemeja seragamnya.

Haa~, seragam ini membuat dadaku terasa tidak nyaman dan panas.”

Dia pun menarik bagian dada kemejanya, mengepak-ngepakkannya.

“…!”

Sesaat setelah itu, aku langsung membuang muka.

Jika dia membuka tiga kancing kemejanya, bukan hanya belahan dadanya, namun aku juga bisa melihat pakaian dalamnya.

Dia juga mengepak-ngepakkan kemejanya yang membuat kemejanya jadi kendur, sehingga terlihat sesuatu yang berwarna merah muda.

“T-Tobise-san, belahanmu kelihatan, jadi bisakah kamu membuka dua kancing saja?”

Hmm~? Aku tidak keberatan jika yang terlihat cuma belahan, kok.”

“Itu tidak baik. Bukan hanya belahanmu saja yang terlihat, tapi dalamanmu juga.”

“Hahaha, kalau itu memang agak memalukan, sih.”

Dia akhirnya memasang satu kancingnya lagi saat mengatakan itu.

Namun belahan dadanya tetap sedikit terlihat, jadi aku berusaha agar tidak terlalu melihat ke arah situ.

“Ufufu, Tsukasa-kun, kamu manis sekali.”

“…Tolong jangan terlalu menggodaku.”

Aku menghela nafas saat mengatakan itu.

Marino Tobise tidak diragukan lagi adalah heroine dalam ‘Ojojama.’

Tahukah kalian kenapa karakter yang muncul di pertengahan cerita, dan bukan heroine utama, bisa begitu populer?

Itu karena—dia adalah heroine yang berperan atas erotisme dan menyebabkan banyak kejadian mesum.

Menurutku, ada banyak macam heroine dalam manga komedi romantis.

Heroine utama, seperti Kaori Toujoin dan Shiho Fujise, yang kemungkinan besar akan dipilih oleh protagonis.

Heroine yang kalah, seperti Sei Shimada dan Rie Hisamura, yang menyukai protagonis namun hampir pasti tidak akan berakhir bersamanya.

Lalu, ada gadis yang berada di posisi seperti heroine, meskipun mereka tidak memiliki perasaan khusus terhadap protagonis.

Daripada disebut heroine, mereka lebih seperti seorang perempuan yang memiliki suatu peran untuk menambahkan warna ke dalam cerita.

Itulah peran Marino Tobise dalam “Ojojama”.

Dalam cerita aslinya, Marino Tobise tidak digambarkan sebagai seseorang yang terpikat oleh Yuuichi.

Sebagai seorang mahasiswi tahun kedua, dia mungkin hanya memandang Yuucihi sebagai ‘anak laki-laki yang imut’, dan tidak lebih dari itu.

Namun, dia sering muncul dan dicemburui atau tidak disukai oleh heroine lainnya.

Itu karena… dia sering menyebabkan kejadian mesum misterius terjadi.

Dia sering kali menanggalkan pakaiannya, terjatuh dan menindih Yuuichi, atau payudaranya tersentuh—Berbagai macam insiden lainnya.

Khususnya, Fujise cemburu padanya dan Toujoin-san membencinya.

Namun, karena Tobise-san memiliki kepribadian yang kikuk alami dan lembut, dia dengan riang berkata, “Aku menyukai gadis yang sedang jatuh cinta karena mereka imut, jadi aku mendukung kalian!” yang berkebalikan dengan perasaan Fujise dan Toujoin-san terhadapnya.

Dan aku malah bertemu dengan heroine, yang berperan atas erotisme itu, sebelum dia muncul seperti dalam cerita Ojojama.

“Tsukasa-kun? Kamu terlihat kesusahan, apa kamu baik-baik saja?”

Selama istirahat, saat aku mengingat soal setting karakter Tobise-san dalam cerita, dia menanyakan hal itu padaku dengan ekspresi khawatir.

“Tidak apa, aku baik-baik saja kok. Aku hanya sedikit melamun.”

“Benarkah? Jika kamu memiliki masalah, beritahu aku dan onee-san-mu ini akan membantumu.”

Tobise-san mengatakan itu dengan wajah manis diiringi efek suara yang terdengar seperti ‘Hmph.’

Mana mungkin aku bisa bilang, “aku memiliki masalah dengan setting-anmu di manga”, jadi aku hanya berterima kasih padanya atas kekhawatirannya.

Tapi, aku tidak pernah menyangka dia bekerja paruh waktu… Memangnya ada penjelasan seperti itu, ya?

Sejujurnya, aku tidak tahu banyak tentangnya karena dia muncul cukup terlambat dalam cerita.

Meski adaptasi anime dari Ojojama sedang dalam pengerjaan, tapi hanya sembilan volume manga yang baru diterbitkan.

Karena dia adalah karakter yang muncul di paruh kedua cerita, ada beberapa aspek tentang dirinya yang aku tidak sepenuhnya tahu.

Namun, meski terlambat diperkenalkan, Tobise-san menduduki peringkat tinggi dalam jejak pendapat popularitas.

Kalau tidak salah, dia berada di peringkat kedua.

Dia lebih populer daripada Sei-chan dan Rie, dan bahkan lebih populer daripada salah satu heroine utama, Kaori Toujoin atau Shiho Fujise.

…Lagipula, semua orang menyukai karakter onee-san yang seksi, kan?

Ya, aku pun suka.

Tapi aku mem-voting Sei-chan, karena Sei-chan adalah karakter yang paling aku sukai!

Setelah istirahat berakhir, aku pun mulai kembali bekerja.

Sejak awal, aku sudah berpengalaman, jadi aku beradaptasi dengan cepat dan mulai melakukan hal-hal seperti menyiapkan minuman.

Sementara itu, Tobise-san

“Manajer, meja mana yang memesan hidangan yang tampak lezat ini?”

“Meja nomor tiga. Itu seharusnya tertulis di struk-nya, jadi periksa saja di situ.”

“Oh, benar! Tuan meja nomor tiga… Maaf sudah membut Anda menunggu, ini hidangan lezatnya!”

“Maaf, tapi aku tidak memesan ini.”

“Eh~?”

“Tobise-san, itu meja nomor empat. Selain itu, sebutkan nama hidangannya saat kamu menyajikannya.”

Dia tampaknya agak kesulitan.

Tapi mungkin karena suasana santai Tobise-san, Manajer juga memandangnya seolah-olah dia adalah cucunya yang imut dan berkata, “Apa boleh buat.”

“M-Mbak, masakan yang kamu sajikan tadi kelihatannya enak, jadi selain minuman, bisakah aku memesan makanan juga?”

“Ah, benarkah? Memang kelihatan enak, kan? Semua masakan Manajer benar-benar enak. Aku belum mencobanya, tapi aku yakin rasanya pasti enak.”

“B-Begitu, ya. Jadi, apa yang bisa mbak rekomendasikan?”

“Aku baru saja makan Neapolitan, dan rasanya sangat enak, lho~. Pipiku terasa meleleh.”

“N-Nah, kalau begitu, aku pesan yang itu saja.”

“Okeee~. Manajer, Neapolitan-nya satu.”

“Ya, tapi tuliskan saja pesanannya secara biasa, jangan berteriak seperti itu.”

Pelanggan itu, yang mungkin juga terpesona oleh suasana hangat dan kikuk Tobise-san, memesan hidangan tambahan.

Sudah kuduga, berwajah cantik adalah suatu keuntungan.

Tidak, kurasa bukan hanya karena cantik, tapi mungkin juga karena pesona unik Tobise-san.

“Semenjak Tobise-san datang, penjualan toko jadi meningkat. Aku agak khawatir karena dia masih melakukan banyak kesalahan, tapi bagaimanapun juga, dia adalah yang terbaik dalam hal pelayanan.”

“Yah, saya pikir juga begitu.”

Pertama-tama, aku agak ragu dia bisa memasak dengan sikapnya yang kikuk alami seperti itu.

Meskipun tidak dijelaskan dalam karya aslinya, kemampuan memasaknya mungkin tidak lebih baik dari Shiho Fujise.

“Itulah sebabnya aku ingin Hisamura-kun lebih fokus memasak daripada di pelayanan, dan aku senang karena kamu pun ingin melakukannya juga.”

“Tidak, tidak, saya-lah yang seharusnya senang.”

Tampaknya memulai pekerjaan paruh waktu hampir bersamaan dengan Tobise-san telah membantuku diajari memasak lebih cepat.

Aku sangat berterima kasih pada Tobise-san untuk itu.

Dan seperti itulah, jam kerja paruh waktuku dan Tobise-san pun selesai sekitar pukul 18:00.

“Terima kasih atas kerja keras kalian berdua. Hisamura-kun, padahal kamu datang ke sini untuk wawancara, jadi terima kasih banyak karena sudah membantu sampai selama ini.”

“Tidak, saya malah merasa bersyukur karena saya juga ingin mulai bekerja sesegera mungkin.”

“Manajer, terima kasih atas kerja keras Anda.”

“Ya, terima kasih juga Tobise-san.”

Setelah itu, aku dan Tobise-san pun pergi ke ruang belakang bersama.

“Terima kasih atas kerja kerasmu, Tsukasa-kun. Meski ini hari pertamamu bekerja, aku terkejut kamu mempelajarinya lebih cepat daripada aku. Aku jadi tidak memiliki martabat sebagai seorang Senpai.”

“Yah, soalnya aku sudah terbiasa sih.”

“Eh, tapi bukankah ini pertama kalinya kamu bekerja paruh waktu?”

“Oh, um… A-Ada manga yang bercerita tentang mengelola kafe. Aku kurang lebih sudah paham karena pernah membacanya, ya begitulah.”

Hee~, gitu ya.”

Gawat, aku yang pernah bekerja paruh waktu di duniaku sebelumnya adalah rahasia.

Saat aku hendak melepas pakaianku di ruang belakang, tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Tunggu sebentar, kalau aku ganti baju di sini, maka Tobise-san juga…

Hmm? Ada apa?”

Tobise-san sudah melepaskan semua kancing depan kemejanya, seolah-olah dia tidak peduli padaku.

“Ah! Maaf, aku akan keluar!”

Aku bisa melihat sedikit beha-nya hingga aku pun bergegas keluar dari ruang belakang dan menutup pintu.

Kacau… Maksudku, kenapa pula dia berganti pakaian dengan normalnya saat aku, yang seorang pria, ada di sana juga?

“Aku tidak keberatan ganti pakaian bersama, lho~?”

“Tolong jangan keluar!”

Tobise-san, yang kemejanya tidak dikancing, keluar ruangan dengan santainya.

Orang ini benar-benar… Kok bisa ada orang yang seceroboh ini sih…!?


Aku menunggu Tobise-san selesai berganti pakaian, dan setelah dia keluar, aku pun masuk ke ruang belakang.

Kupikir aku hanya datang ke sini untuk wawancara, tapi aku tidak menyangka aku akan langsung bekerja sampai malam.

Setelah aku berganti ke pakaian biasa, aku pun meninggalkan ruang belakang.

“Manajer, saya permisi pulang duluan.”

“Okeee~. Untuk shift selanjutnya, apakah Senin sepulang sekolah tidak masalah?”

“Ya, tentu saja.”

“Baiklah, terima kasih. Itu sangat membantu. Kalau begitu, mohon bantuannya lagi.”

“Saya-lah yang harusnya bilang begitu. Mohon bantuannya lagi.”

Setelah berpamitan dengan Manajer, aku pun meninggalkan kedai kopi.

Fiuh, sudah lama sejak aku bekerja paruh waktu, jadi aku masih sedikit lelah karena gugup.

Sembari memikirkan hal itu, aku pun mengangkat lenganku ke atas kepala dan meregangkan tubuh, lalu—

“Tsukasa-kuuun.”

“Hiik!?”

Ada yang tiba-tiba mencubit pinggangku hingga suara aneh keluar dari mulutku.

“Hahaha, itu suara yang lucu.”

“…Tobise-san, kamu belum pulang?”

Tobise-san tersenyum dan tertawa ketika dia mendengar suara anehku.

Padahal dia sudah berganti pakaian dan meninggalkan kedai kopi lebih dulu, namun dia ternyata masih di depan toko.

“Tsukasa-kun, ke arah mana rumahmu?”

“Langsung lurus ke kanan dari sini.”

“Syukurlah, kita searah. Nah, ayo kita pulang.”

“…Ya.”

Sepertinya dia sedang menungguku.

Aku dan Tobise-san pun berjalan bersama, berdampingan.

“Aku tidak keberatan jika kamu pulang duluan, lho.”

“Eh, kok gitu? Padahal kita baru saja kerja bareng, aku jadi sedih lho.”

Tobise-san berkata begitu dengan tidak senang dan mencemberutkan bibirnya.

Meski dia lebih tua dariku, dia tetap imut saat memasang wajah kekanak-kanakan seperti itu. Tidak mengherankan jika dia menduduki peringkat kedua dalam jajak pendapat popularitas.

“Sepertinya kita akan sering satu shift, jadi ayo lakukan yang terbaik.”

“Ya. Mohon bantuannya.”

“Tsukasa-kun kaku, ya. Kamu bisa berbicara padaku dengan lebih santai, lo. Ayo, anggap saja aku sebagai kakakmu.”

“Tidak, tidak, itu agak sulit…”

Bahkan sekarang pun, aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi orang ini.

Dalam cerita aslinya, orang ini seharusnya belum muncul saat ini.

Ketika dia pertama kali muncul, dia seharusnya tidak mengenal Tsukasa Hisamura.

Itu karena Tsukasa Hisamura dalam cerita aslinya tidak bekerja paruh waktu, jadi tidak mungkin mereka bisa bertemu di tempat kerja.

Dengan kata lain, karena aku mulai bekerja paruh waktu-lah makanya aku bertemu orang ini sebelum kemunculannya dalam cerita aslinya.

Namun, kedatanganku ke dunia ini telah membuat terjadinya sebuah perkembangan yang sepenuhnya menyimpang dari cerita aslinya, yaitu berpacarannya aku dan Sei-chan.

Ditambah lagi Toujoin-san dan Fujise yang telah mengungkapkan perasaan pada Yuuichi.

Jadi, kurasa tidak masalah untuk terlibat dengan orang ini tanpa perlu mengkhawatirkan lagi soal cerita aslinya…

“Tsukasa-kun, kamu kelas dua SMA, kan? Kelas dua SMA adalah masa yang paling menyenangkan, karena di kelas dua kamu sudah terbiasa dengan lingkungan SMA lebih baik daripada saat di kelas satu, dan di kelas tiga kamu sudah harus menghadapi ujian.”

“Yah, begitulah. Aku pun merasa acara lebih banyak dilakukan saat kelas dua juga.”

“Bener banget! Perjalanan sekolah juga diadakan di kelas dua. Kalau tidak salah destinasi perjalanan sekolah kita antara Kyoto atau Okinawa, tapi aku bertanya-tanya akan ke mana destinasi perjalanan Tsukasa-kun dan yang lainnya.”

Tobise-san tersenyum dan berbicara dalam suasana hati yang riang.

Bahkan dalam manga pun, dia hampir selalu tersenyum, jadi ini pastilah Tobise-san yang biasanya.

“Ngomong-ngomong, Tsukasa-kun, kenapa kamu mulai bekerja paruh waktu?”

“Aku hanya ingin mendapatkan uang agar bisa bersenang-senang.”

Aku tidak berbohong sama sekali, karena aku memang ingin menghasilkan uang untuk bersenang-senang bersama Sei-chan.

Aku hanya tidak bilang padanya kalau orang yang akan aku ajak bersenang-senang adalah pacarku.

“Begitu, ya. Kamu sungguh luar biasa menghasilkan uang sendiri untuk bersenang-senang.”

“Begitukah? Menurutku biasa saja, kok.”

“Tapi, masa kelas dua SMA adalah puncak kesenangan, jadi menurutku banyak orang yang ingin bersenang-senang tanpa harus bekerja paruh waktu, lho.”

“Lagian, aku tidak ikut ekskul, jadi aku punya banyak waktu luang.”

“Aku juga tidak ikut ekskul. Jadi seperti Tsukasa-kun, aku sudah lama bekerja paruh waktu.”

Aku tidak tahu kalau Tobise-san bekerja paruh waktu dari SMA.

Aku sudah membaca “Ojojama” sampai chapter terbaru, tapi Marino Tobise baru muncul di paruh kedua cerita, jadi aku tidak benar-benar memiliki banyak informasi tentangnya.

Itu sebabnya aku merasa sulit berinteraksi dengannya…

“Kenapa kamu bekerja paruh waktu, Tobise-san? Apakah kamu juga untuk bersenang-senang sepertiku?”

“Yah, sebagian karena itu. Di keluargaku, Ibuku adalah orang tua tunggal.”

“Eh?”

“Dan termasuk aku, kami empat bersaudara, dan itu memerlukan banyak biaya, jadi aku bekerja paruh waktu untuk membantu Ibuku.”

“Jadi begitu, ya.”

Aku benar-benar tidak tahu. Aku tidak menyangka Marino Tobise memiliki keadaan keluarga yang seperti itu.

“Yah, Ibuku orang yang cakap, jadi Ibuku mampu mencari nafkah untuk biaya hidup kami berempat seorang diri.”

“Itu luar biasa.”

“Ya, jadi uang dari pekerjaan paruh waktuku digunakan untuk kesenanganku sendiri dan untuk adik-adikku. Yang tertua baru berumur sepuluh tahun, jadi aku hanya membelikannya cemilan dan mainan.”

Tobise-san tersenyum saat mengatakan itu.

Tobise-san adalah karakter onee-san yang lembut dan kikuk.

Aku sudah tahu kalau dia punya adik, tapi aku baru tahu kalau dia punya tiga adik.

Mungkin karena itulah dia memiliki aura onee-san.

“Kamu sungguh menakjubkan, Tobise-san.”

“Fufu, ya, ya, jadi apakah kamu sudah mulai menghormati kakakmu ini?”

“Ya, tentu saja. Aku menghormatimu karena telah bekerja demi keluargamu.”

“Hahaha, aku jadi malu ketika kamu memujiku padahal aku hanya bercanda mengatakan itu.”

Dibandingkan dengan Tobise-san, alasanku memulai pekerjaan paruh waktu terasa tidak tulus.

Meski aku tidak yakin mana yang lebih tulus, apakah melakukannya demi adik atau demi pacar.

“Ah, sudah di persimpangan. Aku lewat sini.”

“Kalau aku lewat sini, jadi kurasa di sinilah kita berpisah.”

“Padahal aku masih ingin berbicara dengan Tsukasa-kun, tapi apa boleh buat. Mari kita bicara lagi lain kali saat kita bekerja bersama.”

“Ya, sampai nanti.”

“Ya, dadah~”

Tobise-san, yang berjalan ke arah yang berlawanan denganku, terus tersenyum sampai akhir.

Tapi mulai sekarang, aku akan mulai bekerja paruh waktu bersama Tobise-san… Aku bertanya-tanya apakah semuanya akan baik-baik saja.


Pada hari Senin, sepulang sekolah, aku berbicara dengan Yuuichi sebelum dia pergi ke kegiatan ekskulnya.

“Hei Yuuichi, apakah kamu kenal Marino Tobise-san?”

Hmm? Aku tidak kenal. Dia siapa?”

“Dia mahasiswi tahun kedua, tapi apakah kamu benar-benar tidak mengenalnya?”

Hmm, aku tidak pernah mendengar namanya sama sekali. Memangnya dia siapa?”

“…Tidak, bukan apa-apa.”

“Apaan sih? Ya sudahlah. Kalau gitu aku akan pergi ke kegiatan ekskulku dulu. Tsukasa juga, semoga lancar dengan pekerjaan paruh waktumu.”

“Ya, makasih.”

Sudah kuduga kalau Tobise-san dan Yuuichi belum bertemu.

Kalau tidak salah, mereka berdua bertemu sekitar akhir liburan musim panas, di mana dia membantu Tobise-san yang didekati oleh pria hidung belang.

…Si Yuuich itu juga mengibarkan bendera cinta Fujise karena menyelamatkannya ketika da didekati oleh pria hidung belang saat SMP, tapi apakah sebenarnya ada arsitek bendera hidung belang yang membantunya?

Namun untuk saat ini, mereka berdua belum bertemu, dan aku adalah satu-satunya yang bertemu dengannya sekarang.

Cerita aslinya sudah berantakan, jadi kurasa aku tidak perlu melakukan hal khusus untuk membuat mereka bertemu.

Aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku akan mengikuti arus saja dan tidak melakukan apa pun.

Sambil memikirkan hal itu, aku pun meninggalkan sekolah dan berjalan ke arah kedai kopi tempatku bekerja.

Setelah berjalan sebentar, aku pun mendengar suara yang memanggilku dari belakang.

“Hisamura.”

Hmm? Ah, Sei-cha… Shimada.”

Ketika aku berbalik, Aku melihat Sei-chan mengejarku.

“Hisamura, kamu memanggil nama de… yah, sudahlah.”

“Maaf, karena aku sudah terbiasa memanggilmu begitu, mulutku refleks mengucapkannya.”

Kami sudah berada cukup jauh dari sekolah dan tidak ada siswa di sekitar kami sekarang.

“Aku malah sebaliknya, meskipun hanya ada kita berdua, aku tetap memanggilmu Hisamura.”

“Tapi kamu mencoba mengubahnya, kan?”

“Yah, begitulah… Tsukasa.”

“…Aku jadi berdebar-debar ketika Sei-chan memanggil nama depanku dengan suaramu yang tampan itu.”

“Apakah menurutmu menyebut seorang wanita memiliki suara yang tampan itu sebuah pujian?”

Tentu saja, itu sungguh-sungguh pujian.

Suara Sei-chan tenang dan jernih, suara yang memiliki kesan menenangkan untuk seorang gadis SMA.

Terasa imut saat dia malu-malu, dan terasa keren saat dia memanggil nama depanku seperti barusan.

Tidak aneh apabila aku jatuh cinta pada Sei-chan hanya karena suaranya saja, meskipun termasuk hal itu, aku jatuh cinta pada segala sesuatu yang ada dalam dirinya sih.

“Aku menyukai suaramu, Sei-chan, makanya aku ingin mendengarkannya terus setiap hari.”

“B-Benarkah…? Aku juga menyukai suaramu, Tsukasa.”

“Ukh, jantungku benar-benar tidak akan sanggup menahan kerusakan ini lagi apabila kamu mengatakannya dengan suara yang merdu itu…!”

“Kok malah rusak sih?”

Tidak berlebihan untuk bilang bahwa suara Sei-chan memiliki kemampuan yang merusak dan menyembuhkan.

Bagiku, kekuatan perusaknya memang kuat, tapi itu bukanlah masalah karena kekuatan pemulihannya bahkan lebih kuat.

Sehingga, aku berkesimpulan bahwa aku lebih suka terus mendengarkan suaranya.

“Rumah Tsukasa tidak ke arah sini, kan? Ada apa?”

“Aku akan langsung bekerja paruh waktu sepulang sekolah.”

“Oh, jadi begitu ya. Apakah kerjanya di kedai kopi?”

“Ya, manajernya orang yang baik dan menurutku itu adalah tempat kerja paruh waktu yang bagus.”

“Yah, baguslah kalau gitu. Bolehkah aku datang ke sana kapan-kapan?”

“Tentu saja, aku akan memberi tahu manajer agar kami dapat memberikan pelayanan yang istimewa untukmu.”

Setelah berjalan bersama Sei-chan sambil membicarakan hal itu, kami pun sampai di persimpangan jalan.

“Sampai jumpa, Sei-chan.”

“Ya, sampai jum—”

“Eh~? Tsukasa-kuuun?”

Tepat saat aku hendak berpisah dengan Sei-chan, aku mendengar sebuah suara memanggilku dari belakang.

Meski aku tidak berbalik pun, aku bisa menebak siapa itu dari suaranya saja, tapi aku tetap berbalik untuk memastikannya.

“Ah~, sudah kuduga. Kebetulan sekali, Tsukasa-kun. Apakah kamu mau berangkat kerja juga sekarang?”

Sudah kuduga, akulah yang harusnya bilang begitu, Tobise-san.

Dia memiliki suara yang khas, atau lebih tepatnya suara onee-san yang lembut, sehingga kalian bisa mengenalinya dalam sekilas.

“Halo, Tobise-san. Ya, aku mau ke tempat kerja juga.”

“Begitu, ya, kita bekerja bersama lagi hari ini. Ngomong-ngomong, kamu habis pulang dari sekolah, kan? Wow, aku kangen dengan seragam SMA Toujoin, aku memakainya juga sampai dua tahun yang lalu, lo~”

Tobise-san terus berbicara sendiri sembari mendekatiku.

Mungkin karena semangatnya meningkat, dia pun mengelilingiku dan memeriksa seragamku.

Kemudian dia tampaknya menyadari Sei-chan yang berada di dekatku.

“Ah~, seragam cewek! Hei, hei, bisakah kamu menunjukkan seragammu pada onee-san-mu ini?”

“Eh, ah, ya…”

“Makasih. Bagus ya? Meski memang bagus karena mahasiswa bisa mengenakan pakaian biasa, tapi seragam juga bagus, sih.”

Tobise-san pun kemudian mengelilingi Sei-chan dan memeriksa seragamnya.

“Ngomong-ngomong, kamu imut sekali! Kamu memakai seragammu dengan cara yang sangat keren, dan bentuk tubuhmu luar biasa, Heee~, jadi sekarang ada gadis yang seimut ini di SMA Toujoin, ya~.”

Secara pribadi, aku ingin berkata, “Iya kan? Dia imut, kan?” Tapi aku mengurungkan niatku karena itu akan membuat keadaan ini semakin membingungkan.

“…Tsu—Hisamura, siapa orang ini?”

Karena kami tidak lagi hanya berdua, Sei-chan bertanya padaku dengan menyebut nama belakangku.

“Orang ini adalah Marino Tobise-san. Dia adalah senior di tempatku bekerja paruh waktu, mahasiswi tahun kedua, dan alumni SMA Toujoin.”

“Salam kenal. Siapa namamu?”

“Aku Sei Shimada.”

“Sei-chan, ya~. Wow, kamu wanita yang imut dan cantik, senang berkenalan denganmu.”

“Ya, senang berkenalan denganmu juga.”

Tobise-san sungguh menakjubkan, dia memiliki keteramplian komunikasi yang hebat, atau lebih tepatnya, aku merasa dia mencoba untuk bergaul dengan semua orang tanpa banyak berpikir dengan caranya sendiri.

“Ada hubungan apa antara Tsukasa-kun dan Sei-chan~? Teman? Atau jangan-jangan… pacar?”

Tobise-san mengajukan pertanyaan itu dengan mata berbinar.

Bagaimana ini? Apakah tak masalah memberi tahunya?

Ketika aku melirik Sei-chan, dia juga tampak kesulitan, tapi dia berhasil menjawab.

“Aku dan Hisamura adalah teman sekelas… dan menurutku kami rukun.”

Dia sepertinya menghindari mengatakan bahwa kami adalah sepasang kekasih.

Dari cara bicaranya, kami memang teman sekelas, jadi dia tidak berbohong soal apakah kami ini ‘teman’ atau ‘sepasang kekasih’.

Tapi…

Eee~, jadi apakah kalian teman? Ataukah pacar? Yang mana?”

Tobise-san, kamu bukan tipe orang yang akan mundur pada jawaban yang ambigu seperti itu, ya?

“Yang mana, yang mana? Pacar? Kalian pacaran, kan~? Ayo, ayo~, kakakmu ini tidak akan memberi tahu siapa pun, jadi ayo jangan malu-malu~!”

“S-Sudah kubilang kami ini teman sekelas.”

Oh! Sungguh tidak biasa Sei-chan untuk tersentak begitu.

“Begitukah~? Menurutku Tsukasa-kun benar-benar keren, lho. Lihat, apakah kamu tidak ingin dia menjadi pacarmu?”

“Ukh…  A-Aku memang berpikir dia keren, tapi menjadikannya pacar hanya karena wajahnya adalah hal yang berbeda, kan?”

“Ah~, benar juga sih. Tapi, Tsukasa-kun sangat baik, lho? Bahkan ketika aku melakukan kesalahan saat bekerja pun dia dengan ramah memperbaiki kesalahanku, dia anak yang baik, kan?”

“B-Begitukah?”

“Jika itu aku, aku ingin dia menjadi pacarku, lho.”

“Ap….!?”

Sei-chan pun menatap Tobise-san dengan waspada.

Mungkinkah dia merasa tersaingi? Mungkin begitu.

Aku senang Sei-chan merasa seperti itu, tapi menurutku Tobise-san tidak sungguh-sungguh.

Dia seperti mengatakan “Bukankah dia keren? Kamu mau dia jadi pacarmu, kan? Jika aku jadi kamu, aku ingin dia jadi pacarku, lho,” kalimat yang lebih terkesan seperti laki-laki itu adalah kerabatnya.

Tapi, kalian tidak akan bisa berpikir demikian jika kalian tidak mengenal Tobise-san dengan baik, jadi aku tidak bisa menyalahkan Sei-chan karena bereaksi seperti itu.

“Tobise-san, tolong jangan terlalu menjahili Shimada.”

Eee~, apakah kamu juga merasa tidak masalah, Tsukasa-kun? Sei-chan sangat imut, tidakkah kamu ingin dia menjadi pacarmu?”

“Yah, tentu saja kupikir dia imut, dan aku akan merasa sangat senang apabila bisa memilikinya sebagai pacarku.”

Atau lebih tepatnya, dia memang pacarku, jadi aku jauh lebih merasa senang sekarang.

“Oh~, kata-katamu sesuatu sekali Tsukasa-kun.”

“…!”

Tobise-san terlihat menikmati ini, sedangkan Sei-chan memalingkan muka dengan malu.

“Kalau gitu, bagaimana denganku? Bagaimana jika kamu bisa pacaran denganku?”

“Pacaran dengan Tobise-san? Yah, menurutku Tobise-san juga wanita yang cantik dan memiliki kepribadian yang baik, jadi siapa pun yang bisa pacaran denganmu pasti merasa sangat senang, kan?”

“Hahaha~, makasih~!”

“…”

Tobise-san tampak terhibur seperti sebelumnya, namun Sei-chan sedikit memelototiku.

Tidak, maksudku bukan begitu, Sei-chan, aku tidak punya pilihan lain selain berkata begitu dalam situasi saat ini.

Aku tidak punya niat sedikit pun untuk berpacaran dengan Tobise-san, karena aku sudah mengabdikan diriku pada Sei-chan.

Sambil berpikir begitu, aku pun melakukan kontak mata dengan Sei-chan, tapi aku tidak tahu apakah dia mengerti maksudku atau tidak, dan dia pun memalingkan muka dariku dengan cepat.

Aku harap ini akan baik-baik saja… tapi sikap Sei-chan yang barusan itu sungguh imut.

“Aaaah, Tsukasa-kun, kita harus segera pergi, kalau tidak kita akan terlambat kerja.”

“Bukankah itu karena Tobise-san bicara terus?”

“Hahaha, kurasa begitu~. Kalau gitu, ayo cepat, Tsukasa-kun.”

Tobise-san pun menjauh dari Sei-chan dan berdiri di sampingku.

…Sudah kuduga indranya akan jarak tidak berguna, dia berdiri sangat dekat denganku.

Kami ada di depan Sei-chan, jadi aku mengambil satu langkah menjauh dari Tobise-san agar dia tidak menyadarinya.

“Daah, Shimada. Sampai jumpa besok.”

“Y-Ya, sampai jumpa besok.”

“Dadaah, Sei-chan~! Mari kita bicara lagi lain kali~!”

“Y-Ya…”

Entah kenapa Sei-chan tampak seperti merasa terganggu akan sesuatu, tapi ada apa, ya?

Namun aku tidak bisa menanyakannya di sini, jadi aku dan Tobise-san pun langsung pergi ke arah tempat kami bekerja paruh waktu.

Sedangkan Sei-chan, dia berjalan ke arah yang berlawanan dan kami pun berpisah.

Dalam perjalanan ke tempat kerja, Tobise-san mengangkat topik itu lagi…

“Hei, hei, Tsukasa-kun, mungkinkah kamu sebenarnya menyukai Sei-chan?”

Tobise-san bertanya dengan tatapan yang berbinar-binar lagi.

Kupikir dia sudah cukup dewasa untuk senang membicarakan kisah cinta, tapi kurasa tidak begitu.

“…Yah, aku menyukainya.”

“Suka yang itu, kan? Bukan suka sebagai teman, tapi sebagai wanita, kan?”

“Ya, begitulah.”

Aku menjawab dengan jujur.

Yang Sei-chan ingin sembunyikan adalah fakta bahwa kami pacaran, jadi kurasa tidak apa jika aku memberi tahu Tobise-san bahwa aku menyukai Sei-chan.

“Sudah kuduga! Aku juga berpikir begitu. Ketika aku bertanya pada Tsukasa-kun apakah kamu akan senang jika aku atau Sei-chan menjadi pacarmu, kamu jelas bilang kalau kamu akan lebih bahagia jika pacaran dengan Sei-chan!”

“Eh~ aku bilang begitu?”

“Ya! Saat dengan Sei-chan, kesan perkataanmu lebih seperti ‘Aku akan senang bila pacaran dengannya’, sedangkan denganku, kesannya lebih seperti ‘Menurutku siapa pun akan senang bila pacaran dengannya’!”

Aku sendiri tidak sadar, tapi mungkin memang begitu.

Tapi, apakah dia bisa menemukan perbedaan maknanya sejauh itu hanya dari satu pertanyaan?

Tobise-san mungkin orang yang kikuk, tapi dia tidak bodoh.

Kalau tidak salah dia juga kuliah di universitas terbaik di sekitar sini.

“Tsukasa-kun, apakah kamu belum menembak Sei-chan?”

Bagaimana aku harus menjawabnya, ya?

Aku sudah menembaknya dan aku harus merahasiakan bahwa kami sudah jadian.

“Yah, untuk saat ini belum.”

Mau tidak mau aku harus berbohong di sini.

Jika aku mengatakan yang sebenarnya bahwa aku sudah menembaknya, aku pasti akan dihujani pertanyaan semacam, “Bagaimana hasilnya? Terus?”

“Begitu, ya~ Hmm~ padahal aku merasa dia menyukaimu, sih.”

“Kenapa kamu bisa merasa begitu?”

Fufu, itu namanya intuisi perempuan.”

“…Begitu, ya.”

“Ah, kamu tidak percaya padaku, ya? Itu bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh, tahu?”

Tentu saja aku tidak menganggapnya remeh.

Karena intuisinya itu memang benar.

Meski aku tidak akan memberi tahunya bahwa itu benar sih.

“Jika kita tidak segera bergegas, kita akan terlambat lho.”

“Oh, benar! Ayo cepat!”

Aku dan Tobise-san pun berjalan sedikit lebih cepat ke kedai kopi tempat kami bekerja paruh waktu.


Kemudian, kami tiba tepat waktu dan mulai bekerja paruh waktu bersama.

Istri Manajer Saitou juga bekerja bersama kami hari ini dan aku pun menyapanya sebentar.

Istrinya juga orang yang sangat baik, seorang wanita yang murah senyum dan mudah diajak bicara.

Baik Manajer Saitou dan Istri tampaknya sudah berusia lebih dari enam puluh tahun, tapi mereka terlihat sangat harmonis.

Aku juga ingin terus harmonis dengan Sei-chan seperti itu selamanya.

“Hisamura-kun, hari ini adalah hari kerja dan kurasa tidak akan ada banyak pelanggan hari ini, jadi mari kita manfaatkan itu untuk belajar memasak dengan santai.”

“Eh, sudah boleh?”

“Ya. Hisamura-kun sudah mempelajari tugas-tugas di aula depan dengan sangat cepat, dan ada Tobise-san juga yang bertugas di aula depan. Jika kamu juga bisa memasak, itu akan sangat membantu kami, dan kami akan menaikkan gajimu sesuai dengan itu.”

“T-Terima kasih.”

Aku tidak pernah mengira akan diajari memasak pada hari keduaku bekerja.

Sebagian karena aku ada pengalaman bekerja paruh waktu di kafe, tapi aku tidak akan diajari memasak secepat ini kalau bukan karena Tobise-san.

“Manajer~ Bagaimana denganku~?”

“Tobise-san, bisakah aku menyerahkan aula depan padamu? Karena kamu orang yang ramah, kupikir melayani pelanggan akan cocok untuk Tobise-san.”

“Okeee~. Yah, aku tidak pandai memasak sih, jadi itu cocok untukku. Semoga berhasil, Tsukasa-kun!”

“Ya, terima kasih banyak.”

Jadi seperti itulah, Tobise-san akan bertugas di aula depan dan aku yang akan bertugas di dapur.

Tentu saja antara aku dan Tobise-san, sudah jelas kalau Tobise-san yang cocok di aula depan dan aku yang cocok di dapur.

Manajer juga pastinya sudah memikirkannya baik-baik… Tidak, lebih tepatnya siapa pun pasti bisa memikirkan itu jika mereka berpikir sejenak.

“Marino-chan, saat menyajikan air dan makanan, tolong jangan terburu-buru agar itu tidak tumpah.”

“Siap! Saya akan pastikan untuk membawanya dengan perlahan!”

Tobise-san diajari oleh Istri Manajer dan aku diajari memasak oleh Manajer.

“Ya, sandwich-nya sudah benar seperti ini. Sudah kuduga kalau Tsukasa-kun cepat belajar.”

“Itu karena cara mengajar Manajer sangat baik, kok.”

Fufu, tampaknya kamu juga pandai memuji. ya.”

Sembari melakukan percakapan seperti itu, aku pun belajar memasak dengan lancar.

Tobise-san juga membuat kesalahan lebih sedikit daripada sebelumnya dan melakukan pekerjaannya di aula dengan baik.

“Tsukasa-kun, tolong buatkan sandwich untuk meja 4, ya~”

“Bai… Tunggu dulu, di sini ada berbagai macam jenis sandwich, jadi sandwich yang mana?”

“Eh, Aah… Aku lupa!”

“Bukankah kamu menuliskan setiap pesanannya di kertas?”

“Ah, benar juga. Ummm, disini hanya tertulis sandwich!”

“…Tolong tanyakan ulang pesanannya, ya.”

“Siap~.”

Yah, sudah kuduga dia tidak bisa langsung melakukannya dengan sempurna, dan aku pun juga tidak bisa sih.

Begitulah, karena kita pada dasarnya berkembang melalui kegagalan berulang.

Sudah sekitar satu jam sejak aku mulai bekerja.

Seperti yang dikatakan Manajer, pelanggan yang datang tampaknya lebih sedikit daripada di akhir pekan.

Namun, itu bukan berarti di sini kekurangan pengunjung, karena selalu ada sepuluh pelanggan atau lebih yang datang.

Lalu, diiringi suara gemerincing, seorang pelanggan pun masuk.

“Selamat datang~”

Tobise-san segera merespons dan menyapa pelanggan tersebut sambil tersenyum.

Aku bisa melihatnya dari dapur, jadi aku berbalik ke arahnya dan mencoba untuk menyapa pelanggan tersebut setelah Tobise-san, namun—

“Selamat da—Eh?”

Tepat sesaat aku melihat orang itu, kata-kataku pun terhenti.

Itu adalah seorang wanita yang mengenakan topi baret hitam.

Dia juga memakai celana skinny hitam, jaket kulit hitam dan pakaian rajut hitam di balik jaketnya.

Selain itu, dia juga memakai kacamata hitam besar dan seluruh penampilannya diselimuti hitam, yang memberikan kesan mencurigakan kepada siapa pun yang melihatnya.

Namun, itu juga memberikan style yang luar biasa dan atmosfer yang keren, terasa seperti seorang selebriti memakai semua itu agar wajah mereka tidak terlihat publik.

Dan… Warna rambut, yang tidak bisa disembunyikan sepenuhnya oleh topi, adalah warna perak.

Tunggu dulu, dinilai berdasarkan warna rambutnya—Dia Sei-chan, kan?

Meskipun dia memancarkan aura yang sangat berbeda dari biasanya, tidak salah lagi dia adalah Sei-chan.

Eh, kenapa dia datang ke sini?

Tidak, yang lebih membingungkan adalah kenapa dia berpenampilan seolah-olah sedang menyembunyikan identitasnya seperti itu?

Dan juga… bukankah dia terlalu tampan? Terlalu keren, kan?



◇ ◇ ◇



Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Since I’ve Entered the World of Romantic Comedy Manga, I’ll Do My Best to Make the Heroine Who Doesn’t Stick With the Hero Happy, Rabu kome manga no sekai ni haitte shimattanode, shujinkō to kuttsukanai hiroin o zenryoku de shiawaseni suru
Score 9.7
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2022 Native Language: Jepang
Suatu hari aku tertabrak truk dan mendapati diriku menjadi sahabat dari protagonis dalam manga komedi romantis. Oh, ini mimpi, kan? Di depanku ada heroine yang kalah yang paling kusukai, Sei Shimada--Aku puas bisa menyatakan "Aku mencintaimu" padanya, tapi  aku tidak bisa bangun dari mimpi ini.....!??

Comment

Options

not work with dark mode
Reset