Bab 2: Awal Musim Panas bersama Sei dan Rie
(3/3)
Aku sedang dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktu dadakan menggantikan Tobise-san yang tidak bisa masuk kerja.
Meskipun aku merasa agak lelah karena pekerjaan paruh waktu dadakan, hari ini aku penuh semangat hingga dipuji oleh manajer.
Alasannya tentu saja karena Sei-chan.
Saat aku akan berangkat kerja paruh waktu, Sei-chan mengantarku sampai pintu depan.
“H-Hati-hati di jalan, Tsukasa.”
Bahkan saat ini pun, aku masih bisa mengingat dengan jelas pemandangan dan suaranya saat itu, semuanya.
Rasanya kami lebih dari sekedar sepasang kekasih. Seperti pengantin baru, dan itu membuat jantungku berdebar kencang.
Sei-chan juga terlihat gugup, jadi mungkin dia merasakan hal yang sama.
…Jika aku menikah dengan Sei-chan, apakah dia akan mengantarku seperti itu setiap hari?
Sungguh surga yang terbaik.
Saat aku berjalan pulang, sedikit membayangkan kehidupan pernikahan dengan Sei-chan, aku pun segera tiba di rumah.
Sekarang sudah sekitar jam 20:00, jadi Sei-chan seharusnya sudah pulang.
Berpikir demikian, aku membuka pintu dan berseru, “Aku pulang!”
Lalu aku mendengar suara Rie berkata, “Oh, selamat datang di rumah!” dan suara langkah kaki mendekati pintu.
Tidak biasanya Rie menyambutku, pikirku sambil melepas sepatu dan melangkah masuk…
“Eh? Sei-chan?”
Orang yang menyambutku di pintu masuk adalah Sei-chan.
Dia terlihat sedikit malu-malu dengan meletakkan tangannya di belakang, dan entah kenapa, dia memakai celemekku.
“S-Selamat datang di rumah, Tsukasa.”
“Y-Ya… Aku pulang, Sei-chan.”
Tidak hanya diantar, tapi Sei-chan juga menyambutku.
Rasanya seperti dunia yang kubayangkan beberapa saat yang lalu telah menjadi kenyataan. Ini luar biasa.
“Kamu belum pulang, ya?”
“Y-Ya, Rie menawariku makan malam dan kami membuat makan malam bersama.”
“Oh, jadi itu sebabnya kamu memakai celemekku.”
“Iya, maaf aku memakainya tanpa izin.”
“Tidak apa. Lagi pula, menurutku celemek itu akan sangat senang dipakai olehmu, Sei-chan.”
“Fufu, apa-apaan itu?”
Sei-chan terkekeh kecil, dan dia terlihat cantik mengenakan celemek, memberikannya kesan seperti pengantin baru.
…Aku sangat senang karena rasanya seperti kami sudah menikah.
Saat kami berdua masuk ke ruang tamu, Rie juga masih mengenakan celemek sambil duduk di sofa.
“Onii-chan, selamat datang. Bagaimana dengan sambutan dari Sei-san?”
“Aku pulang. Itu luar biasa. Aku ingin dia menyambutku setiap hari.”
“Aku bilang pada Sei-san bahwa menurutku Onii-chan pasti akan lebih senang jika dia yang menyambutmu.”
“Rie, kamu jenius. Aku akan membelikanmu es krim lain kali.”
“Tolong yang enak dan mahal ya.”
“Dasar dua beradik ini, kalian bicara apa sih…”
Sei-chan mengatakan itu dengan sedikit tercengang, sementara Rie tersenyum jahil.
Aku merasa Rie dan Sei-chan semakin akrab.
Aku merasa bersalah meninggalkan mereka berdua pergi bekerja, tapi sepertinya semuanya baik-baik saja.
“Aku harus pulang sekarang. Aku sudah di sini lebih lama dari yang kukira,” kata Sei-chan sambil melepas celemek.
“Kalau begitu biar kuantar sampai rumah karena sekarang sudah malam.”
“Ah, terima kasih.”
“…Bolehkah aku ikut juga?”
“Rie mau ikut?”
“Iya, aku masih ingin mengobrol dengan Sei-san, atau sekedar menghabiskan waktu bersamanya…”
Rie berkata dengan malu-malu sambil melirik ke wajah Sei-chan.
“Tentu saja aku tidak keberatan sama sekali. Aku juga masih ingin mengobrol dan lebih dekat denganmu, Rie.”
“Sei-san…!”
Rie menatap Sei-chan dengan mata berbinar-binar.
Eh, jangan-jangan…? Apakah Rie telah jatuh cinta pada Sei-chan!?
Sei-chan memang tipe gadis yang bisa membuat cewek lain jatuh cinta padanya, jadi tidak mengherankan jika Rie juga terpikat.
Gawat, aku tidak memperhitungkan hal itu.
Mungkinkah adik perempuanku, Rie, kini menjadi sainganku?
“Rie, apa kamu, um… menyukai Sei-chan?”
“? Ya, benar. Maksudku, aku lebih mengenal Sei-san hari ini.”
Rie memiringkan kepalanya terlihat bingung, seakan bertanya-tanya, “Kenapa kamu menanyakan hal yang sudah jelas begitu?”
Ukh, jadi Rie benar-benar menyukai Sei-chan…!
Tapi, aku sudah berpacaran dengan Sei-chan, jadi sudah pasti aku yang menang!
…Pasti begitu kan? Semuanya baik-baik saja, kan?
“Rie, sebaiknya kamu menyerah tentang Sei-chan. Atau lebih tepatnya, tolong menyerahlah. Aku tidak ingin bersaing denganmu dalam berbagai arti.”
“Onii-chan, apa-apaan yang kamu bicarakan itu?”
“Tsukasa, sepertinya kamu salah paham…”
Entah kenapa, Rie dan Sei-chan menatapku dengan ekspresi tercengang.
“Rasa suka Rie padaku itu sangat berbeda dengan rasa sukamu.”
“Eh, benarkah?”
“Tentu saja, Onii-chan. Aku hanya mengagumi Sei-san sebagai kakak kelasku, dan kakak perempuan.”
“Begitu ya… Eh? Apa maksudmu dengan kakak perempuan?”
“R-Rie!”
Begitu aku bertanya balik, Sei-chan terlihat panik dan bergegas menghampiri Rie, lalu mereka saling berbisik.
“Rie, bukankah kamu sudah berjanji untuk tidak memberitahukan itu…!”
“Aku tidak akan mengatakan apa pun tentang menikah atau menjadi keluarga, tapi mengatakan kalau aku mengagumimu seperti seorang kakak perempuan kurasa tidak apa, kan?”
“Tapi, jika kamu mengatakan itu, bukankah Tsukasa juga akan sadar? Agar kita bisa menjadi saudara, itu artinya aku dan Tsukasa harus menikah dulu…”
“Ah, benar juga ya.”
“Makanya jangan katakan itu dulu pada Tsukasa karena aku belum ingin dia menyadarinya.”
“Kamu belum ingin dia menyadarinya, ya?”
“Argh, itu hanya salah bicara…”
Sei-chan dan Rie saling berbisik dengan wajah berdekatan, yang membuatku merasa sedikit dikucilkan.
Aku sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Saat aku memikirkan itu, mereka menjauhkan wajah mereka dan mengikutsertakanku lagi dalam pembicaraan.
“Onii-chan, tolong lupakan apa yang aku katakan tadi.”
“Kalau kamu bilang begitu, aku malah jadi makin penasaran.”
“Lupakanlah saja, oke? Kalau tidak, Sei-san akan mulai membencimu, Onii-chan.”
“Aku akan kembali setelah menjalani operasi untuk menghilangkan ingatanku.”
“Aku tidak mengatakan hal seperti itu, dan Tsukasa, kamu tidak perlu sampai operasi!”
Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi jika mereka tidak mau memberitahuku, aku akan berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya.
Setelah itu, kami bertiga—aku, Rie, dan Sei-chan—berjalan beriringan untuk mengantar Sei-chan pulang.
Memasuki bulan Juni, suhu sudah mulai cukup panas sehingga tidak masalah untuk keluar rumah dengan pakaian pendek bahkan di malam hari.
Sei-chan, yang di tengah, mengobrol dengan Rie yang ada di sebelah kirinya.
“Sei-san, apakah kamu tidak pernah memakai rok?”
“Aku hanya memakai yang seragam sekolah saja. Aku tidak terlalu suka memakai rok.”
“Tapi menurutku kamu pasti akan sangat cocok memakai rok. Apa kamu tidak punya rok?”
“Aku hanya punya satu yang Shiho paksa untuk kubeli saat kami pergi berbelanja.”
“Begitu ya, aku ingin melihatnya suatu saat nanti.”
“Aku ingin melihatnya juga.”
“Onii-chan, jangan tiba-tiba ikut nimbrung pembicaraan kami seperti itu, dong.”
“Dianggap sebagai obat nyamuk seperti ini sungguh terasa berat untuk Onii-chan-mu ini, lho, wahai adikku.”
Aku senang melihat Sei-chan dan Rie akrab.
Dan aku juga ingin melihat Sei-chan memakai rok.
Kalau dipikir-pikir, aku pernah melakukan percakapan seperti itu dengan Sei-chan sebelumnya.
Sepertinya Rie juga ingin melihatnya, jadi mungkin kami kakak beradik memang mempunyai selera yang sama.
Saat kami terus berjalan menuju rumah Sei-chan, Rie sepertinya melihat sesuatu dan berseru, “Ah,” lalu berhenti.
“Kalau dipikir-pikir, sebentar lagi akan ada festival kembang api, ya. Posternya tertempel di sana.”
Di arah yang Rie lihat, memang ada papan pengumuman bertuliskan “Festival Kembang Api.”
Tanggalnya adalah paruh kedua bulan Juni, tepat setelah ujian akhir sekolah kami berakhir.
“Tahun lalu aku tidak bisa datang karena ujian masuk, jadi aku sangat ingin datang tahun ini.”
“Oh, begitu. Jadi tahun lalu kamu bersiap untuk ujian masuk, ya.”
“Iya. Oh, Sei-san, maukah kamu pergi ke festival kembang api bersama?”
“Hm? Bersamaku?”
“Iya, itu kalau Sei-san mau tentunya.”
“Rie, tunggu dulu!”
Karena tidak dapat menahan diri, aku sedikit meninggikan suaraku.
Sei-chan dan Rie terlihat terkejut dengan mata terbelalak, tapi aku melanjutkan bicaraku.
“Aku mengerti keinginan Rie untuk pergi ke festival kembang api bersama Sei-chan. Karena aku juga ingin pergi bersamanya!”
“Ah, benar juga. Onii-chan kan pacaran dengan Sei-san.”
“Benar! Sudah sewajarnya kalau aku, pacar Sei-chan, ingin pergi ke festival kembang api bersamanya!”
“T-Tsukasa, aku mengerti, jadi tolong jangan mengatakan sesuatu yang memalukan kuat-kuat…”
Sei-chan tersipu malu, tapi aku tidak akan mundur.
“Akulah yang akan pergi ke festival kembang api bersama Sei-chan!”
“Hmm… kalau begitu, bolehkah aku ikut juga?”
“Hmm, maksudmu kita bertiga—aku, Rie, dan Sei-chan—pergi bersama?”
“Ya, aku tahu kalau aku mungkin akan mengganggu, tapi… bagaimana menurutmu?”
Rie bertanya dengan sedikit memohon.
Bukannya aku ingin mengecualikan Rie.
Aku hanya sekedar ingin pergi ke festival kembang api bersama Sei-chan.
Dan kurasa tidak masalah jika Rie juga ikut.
“Sei-chan, bolehkah Rie ikut bersama kita ke festival kembang api?”
“Mungkin agak telat aku mengatakan ini, tapi sepertinya keputusan untuk pergi ke festival kembang api sudah bulat, ya.”
“Eh, mungkinkah Sei-chan sudah punya rencana? Kalau begitu, aku akan mengalah.”
“Tidak, aku tidak ada rencana apapun. Kalau aku pergi ke festival tahun ini, aku memang berencana untuk pergi bersamamu, Tsukasa.”
“Sei-chan…!”
Sungguh perkataan yang menyentuh hati.
Mungkin menyadari bahwa dia mengatakan sesuatu yang agak memalukan, Sei-chan melirik sekilas ke arahku dan kemudian, seolah menyembunyikan rasa malunya, menoleh ke Rie dan berbicara.
“Aku akan sangat senang kalau Rie juga bisa ikut.”
“Apakah kamu yakin? Aku tidak ingin mengganggu kalian berdua…”
“Menurutku kamu tidak akan mengganggu, kok. Seperti yang kubilang sebelumnya, aku juga ingin lebih dekat dengan Rie.”
“Sei-san…!”
Rie tampak terharu, menatap Sei-chan dengan mata berkaca-kaca.
Entah bagaimana, aku merasa reaksiku dan Rie hampir sama.
Festival kembang api, ya? Pasti akan sangat menyenangkan jika aku bisa pergi ke festival kembang api bersama Sei-chan dan Rie.
…Hm? Festival, kembang api?
Tunggu sebentar, festival kembang api di musim seperti ini terasa seperti déjà vu.
…Ah! Aku ingat!
Saat ini aku berada di dunia manga “Ojojama.”
Cerita festival kembang api ini ada di manga “Ojojama.”
Festival kembang api yang diadakan sedikit lebih awal di paruh kedua bulan Juni.
Itu adalah festival kembang api yang diadakan oleh Toujoin Group.
Dengan kata lain, itu adalah festival kembang api yang diatur oleh Kaori Toujoin untuk menjadikan Yuuichi Shigemoto sebagai pacarnya.
Alurnya… eh, seperti apa, ya?
Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya?