[LN] Isekai Romcom Volume 2 Bab 2.6 Bahasa Indonesia

Kompetisi Bola (Bagian Akhir)

Bab 2: Kompetisi Bola

6


Fiuh…”

Sei menghela nafas saat menikmati enaknya berendam di bak mandi.

Sei telah berolahraga sangat keras selama tiga hari terakhir ini, jadi mandi kali ini terasa cukup mengenakkan.

Namun, semua latihan intens itu adalah untuk pertandingan bola hari ini saja, jadi dia rasa dia tidak akan melakukan latihan serius lagi dalam waktu dekat ini.

Karena mereka memenangkan kompetisi, kelas mereka pun mengadakan perayaan.

Entah kenapa, Toujoin, pesaing terberat mereka, telah memesankan mereka tempat untuk acara tersebut, menjadikannya acara yang jauh lebih megah daripada perayaan anak SMA pada umumnya.

Selama waktu itu, Sei banyak menghabiskan waktunya mengobrol dengan gadis-gadis lain di kelas, dibandingkan dengan Shiho yang selalu bersamanya.

Itu adalah pengalaman yang menyenangkan dan menyegarkan, namun, dia tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah selama pesta berlangsung.

Pacarnya, Tsukasa, menghabiskan banyak waktu berbicara dengan sekelompok gadis.

Terlebih lagi, beberapa dari mereka pernah bilang bahwa mereka mengincar Tsukasa, jadi wajar saja jika dia merasa khawatir.

Namun, saat dia mengingat apa yang Tsukasa katakan saat itu—dia tersipu.

Ku… Orang itu… Dia tidak malu memberitahu orang lain soal hal semacam itu…!”

Dia sangat kaget ketika Tsukasa bilang kalau ada seseorang yang dia sukai.

Dia pikir Tsukasa mungkin akan mengungkapkan bahwa mereka pacaran.

Namun, alih-alih melakukan itu, Tsukasa mulai memuji orang yang dia sukai kepada para gadis, menjelaskannya seolah itu adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Sei merasa senang sekaligus malu saat mendengar itu, dan dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak tersenyum.

Kemudian… Setelah menyelinap pergi dari perayaan, dia dan Tsukasa, hanya mereka berdua, mengadakan pesta kedua di taman terdekat.

Sei sedikit gugup saat menghubungi Tsukasa untuk menyelinap pergi melalui RINE.

Sulit membayangkan Tsukasa akan menolak, tapi dia dikelilingi oleh begitu banyak gadis dan sepertinya sedang asyik mengobrol dengan mereka.

Dia bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika Tsukasa menolak, tapi ternyata ketakutannya itu tidak berdasar.

Tsukasa langsung membalas dan berkata dia juga ingin berbicara dengan Sei.

Ketika Sei melihat balasannya itu, dia sekali lagi menahan diri untuk tidak tersenyum.

Dia ingin memuji dirinya sendiri karena telah menahan diri dengan sangat baik untuk tidak tersenyum pada saat itu, sebab sekarang, dia bahkan menyeringai hanya dengan mengingat hal itu.

Tapi jika dia harus memberitahukan penyesalannya, itu karena dia telah membuat Tsukasa menunggu meskipun dia sendiri yang mengajaknya ketemuan.

Fakta bahwa dia dihentikan oleh gadis-gadis di sekitarnya ketika dia mencoba pergi bukanlah alasan.

Dia meminta maaf yang sebesar-besarnya, tapi Tsukasa sepertinya tidak keberatan sama sekali.

Kemudian, perayaan pribadi mereka berdua pun dimulai.

Pada awalnya, mereka berbicara santai soal kompetisi bola… Lalu, mereka membicarakan soal permainan hukamannya dengan Toujoin.

Dalam percakapan itulah, Sei terbuka atas dilema yang dia hadapi.

Haruskah mereka mengungkapkan hubungan mereka pada orang lain atau tidak.

Sei menjadi lebih cemburu daripada yang dia duga ketika dia melihat Tsukasa didekati oleh gadis-gadis lain.

Toujoin telah melakukan banyak hal untuk menjauhkan wanita lain dari Shigemoto, dan sekarang Sei bisa sedikit mengerti apa yang Toujoin rasakan.

Sei khawatir tentang apa yang akan dia lakukan jika orang yang dia suka direbut oleh gadis lain.

Dia mungkin tidak akan merasa seperti ini jika Tsukasa berbicara dengan gadis biasa, tapi, gadis yang berbicara dengannya adalah gadis yang menyatakan bahwa dia akan mengincar Tsukasa.

Mungkin itulah sebabnya dia merasa sangat cemburu dan cemas.

Bagi Sei, dia masih ingin merahasiakan hubungannya dengan Tsukasa.

Dia ingin itu menjadi rahasia eksklusif di antara mereka, menjadi semacam harta berharga.

Namun, jika dia terus merahasiakannya, Tsukasa mungkin akan didekati oleh gadis lain.

Jika dia malah memendam perasaan cemas seperti itu, dia pikir mungkin akan lebih baik kalau dia mengumumkannya ke publik saja.

Ketika dia menceritakan hal itu kepada Tsukasa, Tsukasa tidak hanya memahami keinginannya untuk merahasiakannya tapi juga mengusulkan solusi yang akan mengurangi kekhawatirannya.

Memang benar, jika mereka berdua mengumumkan bahwa mereka sudah memiliki pacar tapi tetap merahasiakan identitas pasangan mereka, risiko didekati oleh orang lain kemungkinan besar akan berkurang.

Itu adalah solusi sederhana yang tidak pernah terpikirkan oleh Sei.

Tsukasa dengan hati-hati mempertimbangkan perasaan Sei dan memberikan saran yang sangat bagus.

Dia sangat baik, dapat diandalkan… namun juga memiliki sisi yang menggemaskan.

Aah… Aku sangat mencintai Tsukasa.”

Saat Sei berendam di bak mandi dan mengendurkan pipinya, dia tanpa sadar mengungkapkan isi hatinya.

Jika dia mengatakan ini di depan Tsukasa, dia mungkin akan tersipu malu dan mengatakan berbagai macam alasan.

Tapi dia tidak tahu alasan apa yang harus dia berikan apabila mengatakan “Aku sangat mencintaimu” dengan keras di depan Tsukasa.

Namun, saat ini, dia sendirian di kamar mandi, tidak ada salahnya membisikkan isi pikirannya tentang pacarnya… nyatanya, Sei merasa hal itu cukup menyenangkan.

***


“Ah, iya, aku perlu memberitahu Toujoin soal hukumannya.”

Tiba-tiba Sei teringat itu setelah kembali ke kamarnya dan melihat ponsel.

Saat dia dan Tsukasa mengadakan pesta pribadi, topik tersebut muncul, dan Sei bertanya pada Tsukasa, “Hukuman seperti apa yang bagus untuknya?”

Di sepanjang pertandingan itu, Sei hanya berusaha sebaik mungkin untuk menang agar tidak kena hukuman, jadi dia belum benar-benar memikirkan hukuman untuk Toujoin.

Sejak awal, Toujoin-lah yang mengusulkan permainan hukuman, jadi tidak mungkin bagi Sei untuk langsung terpikirkan soal hukumannya begitu saja.

Itulah sebabnya dia memutuskan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran soal hukuman Toujoin dengan Tsukasa.

Kemudian… Tsukasa memikirkan hukuman yang sangat bagus.

Tentu saja, hukumannya tidak ada masalah dengan etika sama sekali; sebaliknya, ini adalah hukuman yang membuatnya melakukan hal baik.

Tapi bagi Toujoin, itu pasti akan sangat memalukan.

Untuk menyampaikan hal itu, dia harus mengirim chat ke Toujoin lewat RINE.

Dia dan Toujoin telah bertukar RINE ketika mereka mulai makan siang bersama.

Tapi, ini akan menjadi chat pertama yang dia kirimkan pada Toujoin, karena mereka tidak pernah harus saling bertukar pesan tentang apa pun sebelumnya.

Dia membuka layar obrolan dengan Toujoin dan mulai mengetik pesannya.

Toujoin, kamu belum melupakan hukumanmu, kan? Hukumanmu sudah diputuskan.

Sei mengetik dan mengirimkan itu padanya.

Dia tidak langsung mendapat balasan, tapi dia mendapat balasan sekitar lima menit kemudian.

Tentu saja aku ingat, jadi, apa hukumannya?

Sei tersenyum kecil saat dia mengetik rincian hukumannya.

Dia hampir bisa membayangkan ekspresi frustrasi Toujoin di benaknya.

Hukumannya akan diadakan pada hari Sabtu atau Minggu ini──

Dia mengirim pesan itu, dan dengan cepat ditandai sebagai sudah dibaca.

Setelah agak lama dibaca, akhirnya dia mendapat balasan.

Aku tidak menyangka kamu akan membuatku melakukan hal seperti itu… Kamu cukup berani. Aku ingin tahu apakah kamu memikirkan ide ini sendiri, Shimada-san?

Tidak, itu sebagian besar ide Hisamura. Begitu dia mendengar tentang permainan hukuman, dia langsung menyarankan ide ini.

Sei memutuskan untuk jujur.

Dan dia menyebut Tsukasa disini sebagai “Hisamura.”

Tentu saja, dia hanya memanggil Tsukasa dengan nama depannya saat mereka berduaan, sama seperti saat Tsukasa memanggilnya “Sei-chan.”

“Sudah kuduga. Baiklah, bisakah kita melakukan itu pada hari Sabtu? Aku akan mengosongkan jadwalku.”

“Oke. Silakan nikmati hukumanmu sepuasnya.”

“Jika aku akan melakukan ini, aku akan melakukannya dengan sungguh-sungguh.”

Dan percakapan RINE mereka berakhir di situ.

Saat Sei meletakkan ponselnya sambil berpikir menantikan hari Sabtu, dia sekali lagi mengingat percakapannya dengan Tsukasa saat perayaan.

“…Omong-omong, Tsukasa menyebutkan kalau dia akan memberiku hadiah.”

Setelah mendiskusikan permainan hukuman, Tsukasa berkata, Baiklah, kalau begitu aku akan memberikanmu hadiah atas kemenanganmu, Sei-chan.

Hadiah?

“Kamu mengalahkan Toujoin-san, dan kamu juga memenangkan festival olahraga.

“Kalau begitu, anak laki-laki dan Tsukasa juga menang, kan?”

Kalau dipikir-pikir, benar juga sih. Tapi, Sei-chan berusaha lebih keras dariku.

Aku tidak begitu mengerti, tapi… apakah apapun tak masalah?

“Tak masalah jika itu sesuatu yang bisa aku lakukan. Tapi, aku jelas tidak mampu kalau kamu ingin perhiasan mewah.

Aku tidak sematre itu, tahu?

Dia menundanya di sana, jadi dia harus segera memikirkan hadiah yang dia inginkan dari Tsukasa.

(Tidak ada hal spesifik yang aku ingin dia lakukan untukku sih… mungkin dia bisa mentraktirku di kafe? Tidak, bagaimana kalau hadiah yang tidak melibatkan uang?)

Saat dia sedang memikirkan apa yang sebaiknya dia pinta–tiba-tiba, dia teringat pada percakapannya dengan Shiho dan Toujoin.

Eh, jangan-jangan kalian bahkan belum berciuman?

Ngomong-ngomong, Shimada-san, apakah kamu sudah berciuman dengan Hisamura-kun?

Entah kenapa, mereka berdua berasumsi bahwa dia dan Tsukasa sudah berciuman.

“Kami baru pacaran sekitar satu bulan, tau…”

Sei tanpa sadar menggumakan itu.

Namun, bukan berarti Sei juga tidak mau menciumnya.

“…Aku ingin tahu apa yang dipikirkan Tsukasa.”

Tsukasa tidak pernah menunjukkan keinginan seperti menciumnya.

Jelas sekali terlihat bahwa dia peduli pada Sei.

(Namun, fakta bahwa kami belum membuat banyak kemajuan sebagai sepasang kekasih itu agak…)

Sudah sebulan berlalu, namun mereka masih belum melakukan hal-hal khas layaknya sepasang kekasih selain berpegangan tangan.

Hal yang biasa mereka lakukan saat kencan hanyalah mampir ke kafe sepulang sekolah dan mengobrol.

Mereka memang pernah mampir ke Around One tempo hari sepulang sekolah, tapi itu lebih ke arah latihan basket daripada kencan.

Sei, yang mengejutkannya menyukai manga shoujo, juga ingin melakukan sesuatu yang lebih seperti sebuah pasangan, seperti yang dilakukan protagonis dan heroine dalam sebuah manga.

Dia tidak bisa memungkiri kalau dia juga ingin dibelai dan dimanjakan.

Namun, Tsukasa ternyata lebih sopan daripada yang Sei kira, dan dia tidak pernah meminta atau mencoba melakukan hal seperti itu.

(Yah, aku tidak keberatan jika dia memintaku untuk menciumnya…)

Memikirkan hal itu, wajah Sei memerah.

(Kuu, p-pokoknya, mari kita pikirkan hadiahnya lain kali. Jika aku terus seperti ini, aku mungkin akan menggunakan hadiah itu untuk hal yang aneh.)

Sei berpikir begitu dan mencoba untuk tidur, tapi dia akhirnya memikirkan hal-hal aneh dan tidak bisa tidur sampai larut malam.



Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Since I’ve Entered the World of Romantic Comedy Manga, I’ll Do My Best to Make the Heroine Who Doesn’t Stick With the Hero Happy, Rabu kome manga no sekai ni haitte shimattanode, shujinkō to kuttsukanai hiroin o zenryoku de shiawaseni suru
Score 9.7
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2022 Native Language: Jepang
Suatu hari aku tertabrak truk dan mendapati diriku menjadi sahabat dari protagonis dalam manga komedi romantis. Oh, ini mimpi, kan? Di depanku ada heroine yang kalah yang paling kusukai, Sei Shimada--Aku puas bisa menyatakan "Aku mencintaimu" padanya, tapi  aku tidak bisa bangun dari mimpi ini.....!??

Comment

Options

not work with dark mode
Reset