Bab 2: Kompetisi Bola
5
Semua pertandingan pun telah berakhir.
Pada akhirnya, kelas yang memenangkan kompetisi secara keseluruhan diumumkan, dan tentu saja kelas kami-lah yang menang.
Baik tim bisbol putra dan tim basket putri kelas kami dua-duanya menempati peringkat pertama.
Untuk sisi laki-laki, Yuuichi memiliki peran besar di dalamnya.
Dia memukul home run hampir di setiap pertandingan, dan meski tidak home run pun, dia sering mendapat berbagai double hit.
Aku orang yang paling banyak melempar dan aku juga melakukannya dengan cukup baik… pikirku.
Yang berperan paling besar di pihak perempuan, tentu saja, kemungkinan besar adalah Sei-chan.
Pertandingan yang paling menarik perhatian semua orang jelas pertandingan antara Sei-chan melawan Toujoin-san.
Antusiasme selama pertandingan dan kehebohan setelah itu berakhir sangat luar biasa.
Kurasa itu hal yang wajar setelah melihat pertandingan gila seperti itu berlangsung tepat di depan mata.
Yah, itu adalah pertandingan yang luar biasa.
Sei-chan terlalu keren, dia sungguh luar biasa.
Aku yakin baik laki-laki maupun perempuan telah terkagum-kagum dengan Sei-chan dan Toujoin-san.
***
Sekarang sekitar pukul 18:00.
Kelas kami mengadakan pesta perayaan setelah festival olahraga.
“Baiklah, semuanya! Apakah gelas kalian sudah siap? Kita tidak boleh minum alkohol sampai kita berumur dua puluh!”
Yuuichi berdiri sebagai perwakilan kelompok dan memimpin, sementara yang lain hanya duduk dan mendengarkannya.
“Kerja bagus hari ini! Selamat atas kemenangan kita! Bersulang!”
Dalam satu hentakan, campuran antara laki-laki dan perempuan, teriakan “BERSULAAANG!” dengan nyaring terdengar.
Tempat ini adalah izakaya besar di dekat sekolah, dan kami menyewa ruang tatami besar untuk penggunaan pribadi.
TLN: Izakaya adalah bar Jepang.
Selama tidak memesan alkohol, kurasa tidak masalah bagi siswa SMA untuk pergi ke bar, tapi… Kenapa kami bisa menyewa ruangan sebesar itu?
Yah, siswa SMA normal tidak akan bisa menyewa ruangan sebesar ini, tapi… ada satu siswa yang tidak normal.
“Yuuichi! Terima kasih atas kerja kerasmu! Itu adalah pidato yang bagus, jadi aku merekamnya.”
“Terima kasih, Kaori, tapi tolong hapus videonya. Selain itu, kenapa kamu ada di pesta ini padahal kita beda kelas?”
Ya, Kaori Toujoin duduk tepat di sebelah Yuuichi.
“Ya ampun, kamu tidak akan bisa menyewa tempat ini jika tanpa aku, lho?”
“Aku sangat berterima kasih, tapi… bukankah ada pesta untuk kelasmu juga? Bukankah kalian menempati peringkat kedua?”
“Tidak apa-apa. Pesta tanpa Yuuichi adalah pesta yang tidak layak untuk dihadiri.”
“Hei, apa kamu punya teman di kelasmu? Kamu baik-baik saja?”
“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Yuuichi. Aku baik-baik saja. Aku bisa berkomunikasi dengan baik dengan perempuan di kelas, tapi tidak begitu banyak dengan laki-laki.”
Jadi entah kenapa, Toujoin-san berada di pesta kelas kami.
Yah, tapi itu semua berkat Toujoin-san-lah makanya kami bahkan bisa menyewa ruangan yang begitu besar dengan makanan yang sangat indah dan lezat ini.
Jika ini kelas biasa, kami hanya akan berakhir di restoran keluarga di suatu tempat.
Sepertinya toko ini dioperasikan oleh Toujoin Group, jadi kami para siswa dapat mengadakan pesta ini tanpa membayar satu yen pun.
Sungguh kekuasaan dan uang yang hebat, seperti yang diharapkan dari Toujoin Group.
Setelah itu, pesta dilanjutkan dengan semua orang mengenyangkan perut dan berpencar ke dalam kelompok masing-masing untuk mengobrol.
Aku dan Yuuichi tidak beranjak dari tempat duduk kami, begitu pula Toujoin-san yang duduk di sebelah Yuuichi.
Meski semua orang sudah kenyang, Yuuichi tetap terus makan.
“Seperti yang diharapkan dari Yuuichi. Kamu selalu makan dengan santai.”
“Hmm… Karena ini sangat enak, sayang sekali jika disisakan.”
Karena ada banyak makanan yang dibagikan ke setiap orang, jadi masih ada banyak sisa makanan.
Di tengah semua ini, Yuuichi makan sendirian sepanjang waktu sambil berbicara dengan Toujoin-san.
“Fufu, aku menyukai Yuuichi yang seperti ini.”
“Nngh! O-Oh…”
“Ya ampun, apakah kamu barusan malu?”
“A-Aku tidak malu!”
…Mereka begitu saja memasuki dunia mereka sendiri.
Alasan kenapa tidak ada gadis yang berkerumun di sekitar Yuuichi, yang merupakan pemain terbaik di tim saat ini, mungkin karena ada Toujoin-san di sini.
Namun, satu-satunya gadis yang berani menghadapinya akhirnya duduk di sebelah Yuuichi.
“Kerja bagus, Shigemoto-kun. Kamu sangat keren di pertandingan hari ini.”
“Ah, terima kasih, Fujise. Fujise juga, kerja bagus. Aku merasa tidak enak mengatakan ini, tapi kamu jauh lebih mengesankan daripada yang aku kira.”
“Ahaha, itu tidak seberapa dibandingkan dengan Sei-chan.”
“Yah, Shimada-san memang agak tidak biasa…”
Setelah mengatakan itu, mereka berdua melirik ke arah Sei-chan.
Aku juga mengalihkan pandanganku ke arah itu… dan Sei-chan dikelilingi oleh para gadis.
“Shimada-san, kamu benar-benar hebat! Kamu sangat keren!”
“O-Oh, makasih.”
“Posturmu saat menembak sangat mengagumkan! Aku tidak tahu bagaimana tapi kamu terlihat sangat keren.”
“Ketika kamu melompat untuk memblokir tembakan Toujoin-san, kamu terlihat jauh lebih tampan daripada anak laki-laki kebanyakan.”
“Y-Ya…”
Beraneka ragam cewek-cewek mengelilingi Sei-chan dan membicarakan pertandingan dengan gembira.
Meski kewalahan dengan antusiasme para cewek, Sei-chan tersenyum sedikit malu-malu.
Imutnya… Tapi aku agak sedih karena tidak bisa berbicara dengan Sei-chan sama sekali sejak datang ke pesta ini.
Yah, mau bagaimana lagi. Dengan penampilan sehebat itu, dia pasti akan menarik banyak perhatian.
“Kaori juga sangat hebat, tapi dia tidak bisa mengalahkan Shimada-san.”
…Ups, seperti yang diharapkan dari Yuuichi, dia dengan mudah menginjak ranjau.
Rasanya suhu di sekitar sini sedikit turun.
Meski aku merasa sudah berusaha menghindari topik itu, tapi Yuuichi dengan mudah mungungkitnya.
“…Ya, benar. Itu adalah kekalahan telakku kali ini.”
Hingga saat ini, Kaori Toujoin tidak terkalahkan baik di bidang akademik maupun olahraga.
Dalam ujian di SD, SMP, atau SMA, dia akan begitu saja mendapatkan posisi pertama, dan dia tidak pernah mendapatkan posisi apa pun selain itu.
Bahkan dalam bidang olahraga pun, meski tidak tergabung dalam ekskul olahraga mana pun, ia dapat mengalahkan siswa yang tergabung dalam ekskul tersebut dengan mudah.
Tapi kali ini, untuk pertama kali dalam hidupnya, dia kalah telak dalam olahraga.
Tentu saja, dia tampak sedikit depresi.
“Aku tidak menyangka level Shimada-san sampai sejauh itu, tapi jika ada kesempatan berikutnya, aku pasti akan menang. Karena aku adalah Kaori Toujoin, ingat?”
Toujoin-san mengatakan itu dan tersenyum tanpa rasa takut.
Kekuatan dan kekaleman itulah yang tidak diragukan lagi mendefinisikan Kaori Toujoin.
“Ya, semoga berhasil!”
“Ya, terima kasih.”
Mendengar kata-kata Yuuichi, Toujoin-san menunjukkan senyum manis.
Mereka begitu saja masuk ke dunia mereka sendiri lagi, sampai—…
“Ah, Shigemoto-kun, ada nasi di wajahmu.”
“Eh, benarkah? Di mana?”
“Di sini.”
Fujise mengambil sebutir nasi yang menempel di pipi Yuuichi dengan jarinya dan memakannya.
“Fufu, imutnya.”
“……!”
Dia tersenyum nakal setelah memakan nasi itu saat dia mendekat.
Bahkan Yuuichi yang terkenal tidak peka pun menjadi sedikit merah.
“…Hei, Fujise-san. Bukankah tidak senonoh memakan nasi dari pipi laki-laki seperti itu?”
“Eh, benarkah? Tapi Toujoin-san, bukankah kamu akan melakukan hal yang sama jika ada nasi di pipi Shigemoto-kun?”
“Aku tidak akan begitu. Jika itu aku, jelas akan lebih baik mengambilnya langsung dengan mulut saja.”
“Oh, itu bagus juga.”
“Tidak, tidak, tidak. Jangan lakukan itu. Itu terlalu memalukan.”
Yuuichi, yang kaget dengan wajah memerah, menyela percakapan mereka.
“Yuuichi, taruhlah sebutir nasi di pipimu yang satunya lagi. Aku akan mengambilkannya untukmu.”
“Tidak, aku tidak dengan sengaja menaruhnya di pipiku. Selain itu, mengingat perkataanmu sebelumnya, kamu akan meletakkan mulutmu langsung di pipiku untuk mengambil nasinya, kan?”
“Eh? Apakah tidak boleh?”
“Itu memalukan dalam berbagai alasan, jadi tidak boleh.”
“Fufu, sayang sekali, Toujoin-san.”
…Kenapa aku harus menyaksikan percekcokan di antara mereka bertiga sih?
Ada ekspresi di wajah Yuuichi yang terlihat seperti dia membutuhkan bantuanku. Tapi, sejujurnya aku sama sekali tidak peduli.
Yah, kurasa aku akan pergi ke rombongan lain saja.
Dengan pemikiran itu, aku berdiri membawa gelasku sendiri, meninggalkan keributan yang sedang berlangsung, dan mengelilingi ruang tatami yang besar.
Aku ingin berbicara dengan Sei-chan, tapi cukup sulit untuk berbicara dengannya karena dia dikelilingi oleh banyak gadis.
Aku selalu nongkrong dengan Yuuichi, tapi aku biasanya berbicara dengan anak laki-laki lain juga.
Bukan seperti aku ini tidak punya teman, lho.
Tapi, rasanya canggung untuk bergabung dengan rombongan lain sekarang.
“Hisamura-ku~n, apa kamu sendirian?”
“Hmm?”
Aku mendengar sebuah suara memanggilku dari belakang, dan ketika aku berbalik, aku melihat sekitar empat gadis sedang menatapku dan tersenyum.
Dua dari mereka, jika aku tak salah ingat, berbicara padaku setelah pertandingan bisbol putra.
“Bagaimana kalau kamu gabung dengan kami?”
“Aku boleh bergabung?”
Aku bertanya-tanya apakah tidak apa bagiku, seorang anak laki-laki, untuk bergabung dengan rombongan yang hanya berisikan perempuan.
“Tentu saja, kami baru saja membicarakanmu, Hisamura-kun.”
“Kalian membicarakanku?”
Saat aku mengatakan itu, aku menuju ke tempat mereka dan duduk.
Mereka adalah dua gadis yang berbicara denganku setelah pertandingan, ditambah dua orang lainnya.
…Sejujurnya, aku tidak begitu ingat satu pun nama mereka.
Aku telah bertanya pada Yuuichi tentang nama belakang dua gadis yang berbicara padaku setelah pertandingan. Kurasa mereka adalah… Satou dan Itou.
Tapi aku benar-benar tidak tahu mana yang Satou dan mana yang Itou.
“Hisamura-kun, kamu tampil sangat hebat dalam pertandingan bisbol. Itu sangat keren!”
“Terutama Gotou-chan, dia bersemangat sekali.”
“He-Hei!”
Gadis terakhir yang terlihat seperti sedang diolok adalah Gotou-san.
“Dan Katou-chan juga bilang kalau Hisamura-kun itu keren.”
“Sa-Satou-san juga bilang begitu, kan.”
Tunggu dulu.
Kenapa nama belakang kalian saling mirip… Satou, Itou, Gotou, dan Katou?
Meski aku sudah mendengar nama semua orang, tapi aku pasti akan salah mengingatnya dan tertukar-tukar.
Aku sangat mungkin akan membuat kesalahan jika aku mencoba menyebut nama mereka di sini.
“Hisamura-kun, kamu pitcher yang sangat hebat. Apakah kamu bermain bisbol?”
Yang mengatakan itu adalah salah satu gadis yang berbicara denganku setelah pertandingan bisbol, kurasa itu, uh… Satou-san atau Itou-san.
“Ya, aku hanya memainkannya saat SD dulu.”
“Begitu ya, sungguh mengejutkan mengetahui kalau Hisamura-kun ternyata atletis.”
“Tapi, menurutku aku hanya rata-rata, sih.”
“Ehhh, gak gitu kok. Kamu bermain sangat baik.”
“Itu karena aku punya pengalaman. Lagipula, ada perbedaan besar antara pemain berpengalaman melawan seorang amatir. Meski ada beberapa pengecualian, sih,” kataku sambil melihat ke arah Yuuichi.
Yuuichi masih makan sambil dikelilingi oleh mereka berdua.
Wow, dia benar-benar makan banyak.
“Ahaha, Shigemoto-kun agak spesial, ya?”
“Apakah Shigemoto-kun benar-benar tidak pernah bermain bisbol sebelumnya?”
“Orang itu berbakat dalam olahraga apa pun.”
Aku tidak berpikir bahwa mungkin bagi manusia untuk dapat seberbakat itu, tapi aku rasa seperti itulah namanya protagonis manga.
“Shigemoto-kun memang luar biasa, tapi Hisamura-kun juga sangat keren!”
“Ya, kalau bukan karena Hisamura-kun, menurutku anak laki-laki tidak akan menang.”
“O-Oh, makasih.”
Aku mengucapkan terima kasihku dengan sedikit terkejut ketika Katou-san atau Gotou-san mengatakan itu.
“Kami sama sekali tidak pandai olahraga.”
“Ya, kami juga tidak bisa tampil baik dalam pertandingan basket sekolah.”
“Dan kemenangan kami semua berkat Shimada-san.”
Setelah mengatakan itu, baik aku dan gadis-gadis itu melihat ke arah Sei-chan.
Sei-chan masih dikelilingi oleh para cewek dan sepertinya sedang asyik mengobrol dengan mereka.
“Shimada-san, dia benar-benar keren…”
“Ya, sungguh… kupikir aku mungkin akan jatuh cinta padanya.”
“Jika aku perempuan, aku pasti akan jatuh cinta padanya.”
“Kamu kan memang perempuan.”
Gadis-gadis itu menatap Sei-chan dengan mata sedikit terpikat saat berbicara.
Eh, tunggu, tolong berhenti.
Aku senang mereka menganggap Sei-chan luar biasa dan keren, tapi aku merasa sedikit resah saat mereka berbicara akan jatuh cinta padanya.
Terlebih lagi, cara mereka menggumamkan “keren…” terasa sangat serius.
Aku TIDAK ingin perempuan menjadi sainganku di sini.
***
Saat kami membicarakan hal itu, topik pembicaraan berubah lagi.
“Hei, Hisamura-kun, apa kamu punya seseorang yang kamu sukai?”
“Hmm, seseorang yang aku suka?”
Aku berpikir sambil memasang ekspresi bingung.
Tentu saja ada.
Ketika ditanya seseorang yang aku sukai, aku tidak bisa memikirkan orang lain selain Sei-chan.
Tapi, bagaimana jika aku bilang kalau aku menyukai Sei-chan di sini?
Mereka pasti akan menggangguku untuk menceritakan detailnya.
Aku yang pacaran dengan Sei-chan adalah rahasia, jadi akan sangat merepotkan kalau mereka menanyakannya.
Tapi, aku tidak tahu apakah aku bisa menjawab kalau aku tidak menyukai siapa pun di sini.
“…Kurang lebih ada.”
Aku memutuskan untuk menjawab dengan jujur.
Aku merasa salah jika menjawab “tidak ada” di sini.
Aku berkata ‘kurang lebih’ tapi aku sama sekali tidak bermaksud menganggap itu remeh, aku sangat serius ketika aku mengatakan itu.
“Eh! Benarkah?!”
“Aku tidak menyangka Hisamura-kun memiliki seseorang yang kamu sukai.”
Seperti yang diharapkan dari cewek SMA, mereka sangat tertarik dengan kisah percintaan.
Mereka semua terbelalak karena terkejut, dan seketika itu juga, mata mereka semua berbinar.
“Eh?! Siapa?! Apakah itu cewek dari kelas kita?!”
“Ataukah mungkin cewek dari kelas lain!? Seseorang dari ekskul yang sama denganmu!?”
Sudah kuduga mereka akan menanyakan detailnya.
Aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi aku tidak bisa menjawab dengan jujur kalau itu adalah Sei-chan.
“Aku tidak bergabung di ekskul.”
“Oh benarkah, jadi seseorang dari kelas kita?”
“Hmmm…Yah, itu rahasia.”
“EHHHH?!”
Ketika aku bilang kalau itu rahasia, cewek-cewek itu membuat suara seolah-olah mereka kecewa dengan jawabanku, tapi wajah mereka masih berseri-seri.
“Kamu tidak boleh tiba-tiba bilang begitu!”
“Huuu-! Huuu-!”
“Jika kita sudah sampai sejauh ini, aku ingin kamu memberi tahu kami.”
“Oke, kami akan menebaknya! Beri tahu kami jika tebakan kami benar.”
Saat seorang gadis mengatakan itu, mereka semua mulai mencoba menebak siapa yang aku suka.
Aku bahkan belum berjanji untuk memberitahu mereka jika tebakan mereka benar…
“Beri kami petunjuk!”
“Bukankah kalian meminta petunjuk terlalu cepat? Bahkan kalian belum ada yang menebak, lho.”
“Tidak apa kan? Hisamura-kun, beri kami petunjuk~!”
Meski disebut petunjuk pun…
“Kalau begitu, dia sangat imut.”
“Oh, begitu. Jadi, Hisamura-kun tipe orang yang melihat penampilan, ya?”
“Bukan seperti itu, hanya saja gadis yang kebetulan membuatku jatuh cinta adalah gadis terimut di dunia.”
“Kyaa~”
Gadis-gadis, yang mendengar apa yang aku katakan, menjerit riang.
“Seriusan!”
“Kamu serius? Hisamura-kun, kamu benar-benar menyukai orang itu, ya!”
Saat aku tanpa sengaja mengutarakan perasaanku yang sebenarnya, mengejutkannya, hal itu membuat mereka semua bersemangat.
Aku bisa merasakan tatapan yang datang dari orang-orang di sekitarku.
Sementara itu, Sei-chan…
“Eh, Shimada-san, ada apa? Wajahmu merah sekali.”
“Apakah kamu baik-baik saja? Mungkinkah kamu demam karena kelelahan?”
“T-Tidak, aku baik-baik saja…”
Entah kenapa, gadis-gadis di sekitarnya menunjukkan bahwa wajahnya memerah dan menyatakan kekhawatiran mereka.
Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku juga menjadi sangat khawatir.
Lagipula, setelah memaksakan diri terlalu keras dalam pertandingan bola basket, wajar saja jika dia merasa lelah, kan.
“Nah, kalau begitu, Hisamura-kun, kamu tidak jatuh cinta pada orang itu karena wajahnya, ya?”
“Ya, begitulah. Tapi aku juga sangat menyukai wajahnya.”
“Fufu~ Menarik. Lalu, Hisamura-kun, orang seperti apa dia?”
Aku tidak mengira akan ditanyai sebanyak itu.
Satou-san atau Itou-san-lah yang bertanya, tapi tiga orang lainnya terlihat sangat ingin mendengar jawabanku juga.
Hmm, baiklah, kurasa tidak apa-apa, mengungkapkan ini belum tentu menunjukkan bahwa orang itu adalah Sei-chan.
Aku akan menyamarkannya sedikit.
“Yah, kurasa dia adalah orang yang sangat memikirkan temannya.”
“Benarkah? Bagaimana kamu bisa tahu?”
“Sulit untuk dijelaskan, tapi… Ini seperti ketika dia mengesampingkan perasaannya sendiri demi temannya dan bahkan masih dapat tersenyum lembut di saat seperti itu.”
“Wow, aku tidak begitu mengerti, tapi kedengarannya dia orang yang luar biasa!”
Ya, menjelaskannya secara samar-samar itu sulit.
Tapi, gadis-gadis itu tampaknya puas dengan jawabanku dan mata mereka berbinar-binar.
“Shimada-san, ada apa?”
“Tidak, um… hanya saja, saat ini, ini agak sulit untukku…”
“Apanya?”
Aku melirik Sei-chan, dan entah kenapa, dia menutupi wajah dengan tangannya, mungkin untuk mencegah orang melihat wajahnya.
Aku penasaran apa yang sedang terjadi.
Saat aku melihat ke arah Sei-chan sambil memikirkan hal itu, Sei-chan mengintip dari sela-sela jarinya.
Sesaat kemudian, mata kami bertemu.
“……!”
Aku bisa melihat wajahnya yang merah cerah, dan matanya yang basah sedikit memelototiku.
Sei-chan dengan cepat mengalihkan pandangannya lagi sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Eh… Reaksi itu.
Mungkinkah Sei-chan mendengar percakapan kami?
Tapi, jarak antara aku dan Sei-chan cukup jauh.
Menurutku dia tidak akan bisa mendengar kami dari jarak sejauh itu…
Entahlah. Sei-chan memiliki kemampuan fisik yang lebih tinggi dari kebanyakan orang.
Mungkin dia bisa mendengar kami karena dia memiliki pendengaran yang lebih baik.
Tapi aku tidak bisa begitu yakin di sini.
“Hei, Hisamura-kun. Beri kami beberapa petunjuk lagi.”
“Hmm? Ah, baiklah…”
“Daripada petunjuk, kami ingin mendengar pemikiran Hisamura-kun tentang orang itu!”
“Bukankah tujuan ini jadi berubah?”
Hmmm, apa yang harus aku lakukan?
Sambil menjawab pertanyaan para gadis, aku juga ingin memastikan apakah Sei-chan bisa mendengar kami.
“Dia menyukai yang manis-manis.”
“Menurutku hampir setiap gadis suka dengan yang manis-manis, sih.”
“Memang benar. Tapi tahukah kalian, orang yang kusukai itu tidak terlihat seperti tipe orang yang menyukai yang manis-manis. Dan imut sekali melihatnya makan yang manis-manis dengan lahap.”
“Heee, begitu, ya.”
Sepertinya ini tidak terlalu meningkatkan minat mereka.
Mungkin karena aku sangat mencintai Sei-chan sehingga aku memiliki penyakit yang membuatku berpikir apa pun yang dilakukannya itu imut.
Untuk saat ini, aku akan melihat Sei-chan dulu…
“A-Aku juga suka makanan asin…!”
“Shimada-san, kenapa kamu tiba-tiba mulai memakan sisa kentang gorengnya?”
Apakah dia benar-benar bisa mendengarku?
Ketika aku memberi tahu mereka bahwa dia suka makan makanan manis, Sei-chan langsung mulai makan makanan asin.
Aku tidak bisa mendengar suara Sei-chan, jadi aku tidak tahu pasti, tapi aku bisa melihat pipinya sedikit merah.
Aku tidak yakin apakah dia benar-benar dapat mendengarku atau tidak.
“Hei, aku penasaran siapa yang disukai Hisamura-kun.”
“Sulit untuk mengetahuinya kalau hanya dengan petunjuk seperti ini.”
Sepertinya gadis-gadis itu mencoba menebak siapa yang aku suka…
“Asal tahu saja, bahkan jika kalian berhasil menebaknya pun, aku tidak akan bilang kalau tebakan kalian benar.”
“Ehhhhh? Kok gitu?”
“Karena… itu memalukan.”
Sebenarnya aku tidak terlalu malu.
Tidak ada yang salah soal perasaanku pada Sei-chan, jadi aku tidak merasa malu jika orang lain mengetahuinya.
Tapi, sepertinya Sei-chan tidak ingin memberitahukannya pada orang lain.
Karena Sei-chan tidak ingin orang lain tahu kalau kami pacaran, jadi sebaiknya aku tidak bilang bahwa orang yang kusukai adalah Sei-chan.
***
Bahkan setelah itu, gadis-gadis itu menanyakan berbagai pertanyaan tentang orang yang kusuka, dan aku hanya memberikan jawaban samar.
Agak sulit untuk menyembunyikan fakta bahwa wanita yang kusukai adalah Sei-chan dan membicarakannya tanpa mereka sadari, tapi aku mungkin sedikit bersenang-senang karena dapat menyombongkan orang yang kusukai dengan mereka.
Saat aku berbicara dengan mereka sambil memikirkan hal itu, aku merasakan ponsel di sakuku bergetar.
Sementara Satou-san, Katou-san dan yang lainnya sedang berbicara, aku mengeluarkan ponselku dan melihat ke layar untuk mengetahui bahwa ada chat RINE masuk di ponselku.
Ini dari… Sei-chan?
Aku melirik Sei-chan sejenak.
Sama seperti sebelumnya, Sei-chan sedang mengobrol dengan para cewek tapi kali ini, di tangannya dia memegang ponsel yang sebelumnya tidak dia pegang.
Mungkinkah dia baru saja mengirimiku pesan?
Aku membuka RINE untuk memeriksa pesan yang kuterima.
“Bagaimana kalau kita ketemuan setelah ini dan ngobrol berdua saja?”
…Aku berusaha mati-matian menahan seringai muncul di wajahku.
Itu adalah ajakan kencan yang tidak terduga.
Aku tidak pernah menyangka akan menerima ajakan seperti itu dari Sei-chan.
Aku segera membalas.
“Tentu. bagaimana kalau kita ketemuan sekarang?”
Setelah mengirim pesan, aku melihat Sei-chan melirik layar ponselnya.
Kemudian pesanku ditandai sudah dibaca, dan aku menerima balasan dengan cepat.
“Aku sih tak masalah, tapi apa kamu yakin? Sepertinya ada sesuatu yang seru sedang terjadi di tempatmu.”
Mungkinkah Sei-chan benar-benar mendengar percakapan kami.
Menurutku dia tidak akan bisa tahu apakah ada sesuatu yang seru di sini atau tidak kecuali dia mendengar percakapan kami.
Tidak, kurasa itu karena yang sebelumnya, ketika aku menjawab apa yang aku sukai tentang Sei-chan, Satou-san dan yang lainnya berteriak dan menjadi sangat bersemangat.
Mungkin itu yang dia dengar.
“Aku ingin keluar dari sini sekarang agar aku bisa berbicara dengan Sei-chan.”
Setelah aku mengirimkan balasan itu, balasanku langsung ditandai sudah dibaca, Sei-chan sepertinya membiarkan obrolan chat-nya terbuka.
“HMMM?!”
“Shimada-san, ada apa?”
“T-tidak, bukan apa-apa, aku hanya berdeham sedikit. Maaf.”
Aku mendengar Sei-chan berdehem, tapi kuharap dia baik-baik saja.
“Baiklah, Bagaimana kalau kita bertemu di taman terdekat?”
“Siap. Aku akan pergi duluan. Sei-chan sebaiknya pergi beberapa menit kemudian.”
“Baiklah, Aku akan segera ke sana.”
Setelah membaca pesan itu, aku memasukkan ponselku ke dalam saku.
Baiklah, waktunya berangkat!
“Kurasa aku harus pulang sekarang,” kataku sambil berdiri, berbicara kepada gadis-gadis yang mengobrol denganku.
“Eh? Bukankah itu terlalu cepat? Ini bahkan belum jam 20:00, lho.”
“Iya, ayo ngobrol lagi.”
Aku menghargai upaya mereka menghentikanku, tapi aku benar-benar ingin berbicara dengan Sei-chan berduaan.
Aku sudah gatal ingin berbicara dengan Sei-chan dari tadi.
“Maaf, tapi adik perempuanku akan marah jika aku tidak segera pulang.”
“Eh? Hisamura-kun punya adik perempuan?”
“Ya, dan dia luar biasa imut.”
“Haha, jadi kamu siscon, ya, Hisamura-kun?”
“Kurasa begitu. Maaf, aku bersenang-senang hari ini. Sampai jumpa besok di sekolah.”
Aku takut mereka akan menanyakanku soal Rie jika aku tidak cepat-cepat berpamitan dan pergi.
Barang-barangku ada di kursi tempat awalku duduk, tempat Yuuichi, Toujoin-san, dan Fujise berada.
Yuuichi… dia masih makan, toh.
“Hmm? Tsukasa, kamu sudah mau pulang?”
“Ya, aku lelah. Selain itu, aku ada urusan lain.”
“Oke, sampai jumpa besok.”
“…Hisamura-kun, sampai bertemu besok.”
“…Sampai jumpa. Hisamura-kun.”
“Ya, sampai jumpa besok.”
Setelah berpamitan singkat dengan mereka bertiga, aku mengambil barang-barangku dan melangkah pergi.
Aku agak sedikit terganggu pada Toujoin-san dan Fujise yang melirik ke arah yang sedikit berbeda dan berbicara dengan nada tersirat, tapi… yah, sudahlah.
Saat aku meninggalkan ruang tatami yang besar, aku melirik ke arah Sei-chan dan mata kami bertatapan.
Aku mengangguk kecil seolah berkata dengan tatapanku, “Aku akan menunggumu,” dan Sei-chan juga mengangguk seolah mengatakan “Oke.”
Aku ingin tahu apakah aku satu-satunya yang senang dengan hal-hal kecil seperti ini.
***
Meskipun cuaca semakin panas di pertengahan bulan Mei, malam masih terasa cukup dingin.
Tapi, ini tidak sedingin itu, ini lebih seperti perasaan sejuk yang menyenangkan.
Ada sebuah taman yang agak besar yang dapat ditempuh dengan jalan kaki singkat dari toko.
Aku pergi ke sana dan membeli dua minuman hangat dari mesin penjual otomatis terdekat.
Aku akan membeli kopi rendah gula, dan… minuman coklat saja kurasa.
Aku membeli keduanya dan duduk di bangku taman, menatap ke langit, menunggu Sei-chan.
Langit tidak berawan, sehingga aku bisa melihat bintang dan bulan dengan jelas.
Sekarang mungkin cukup terang hingga dapat melihat sekeliling bahkan tanpa lampu jalan di taman.
Astaga, aku tidak sabar menunggu Sei-chan tiba di sini.
Aku melirik layar ponselku dan memeriksa waktu.
Sudah lima menit sejak aku meninggalkan toko, dan dia masih belum datang.
Sepuluh menit telah berlalu… dia masih belum datang.
Hmm, dia bilang dia akan datang beberapa menit setelah aku pergi, tapi apa yang terjadi?
Mungkinkah aku telah ditipu?
Aku berpikir sejenak, tapi tidak mungkin Sei-chan melakukan sesuatu yang tidak berguna seperti itu.
Jika itu Yuuichi, dia mungkin saja akan melakukan itu dan mengirimiku RINE. Tapi Sei-chan pasti tidak akan melakukan itu dan dia akan datang.
Jadi, aku percaya padanya, dan terus menunggu. Lalu, sekitar lima belas menit setelah aku pergi, Sei-chan akhirnya sampai di taman.
Sei-chan datang ke taman dengan berlari kecil, tampak sedang terburu-buru.
Sei-chan, melihat sekeliling dengan ekspresi gelisah, tapi menghela nafas lega ketika dia melihatku duduk di bangku.
Bahkan gerakannya itu pun tampak imut bagiku, dan aku tersenyum melihatnya.
“Maaf aku terlambat. Aku tahu ini alasan, tapi orang-orang yang berbicara denganku tidak membiarkanku pergi…”
“Jangan khawatir, aku baru saja sampai, kok.”
“Tidak, jelas tidak begitu.”
“Haha, kurasa itu benar.”
“Astaga…”
Sei-chan tertawa kecil mendengar leluconku.
Meskipun aku tidak merasa terganggu sama sekali, dia tampaknya sedikit khawatir karena terlambat.
Sei-chan menarik napas dan duduk di sebelahku.
Penampilan Sei-chan diterangi oleh cahaya bulan yang lembut saat rambut peraknya yang indah bersinar terang.
Hanya dengan membuatnya duduk di sebelahku, pemandangan menjadi terlihat seperti dunia fantasi yang indah.
Saat aku menatap Sei-chan, dia memiringkan kepalanya dengan bingung.
Rambut peraknya berayun memantulkan cahaya bulan, dan itu begitu indah sehingga membuatku semakin terpesona.
“Ada apa, Hisamura?”
“Bukan apa-apa, hanya saja kamu cantik, seperti biasanya, Sei-chan.”
“HUH?! K-Kenapa tiba-tiba bilang begitu?”
Sei-chan terlihat malu dan menyelipkan sehelai rambutnya yang menjuntai ke atas telinganya.
Aku tidak tahu kenapa, tapi setiap gerakan yang dilakukan Sei-chan sekarang tampak seperti sebuah karya seni; itu agak menakutkan.
“Sei-chan, nih.”
Aku menyerahkan padanya minuman coklat yang aku beli sebelumnya.
“Hmm? Apa ini?”
“Coklat.”
“Eh, untukku?”
“Ya, tapi mungkin itu sudah agak dingin.”
“Itu salahku karena terlambat. Terima kasih, berapa harganya?”
“Tidak apa, kok.”
“Tapi…”
“Tidak apa. Ayo kita bersulang.”
Aku mengarahkan kopi kalengku ke arah Sei-chan.
Aku bersulang karena arahan Yuuichi sebelumnya tapi tidak dengan Sei-chan.
Karena kami duduk berjauhan, kami tidak bisa bersulang.
Saat aku mengarahkan kaleng kopiku ke arah Sei-chan, dia tersenyum dan membuka kaleng coklatnya.
“Ya, terima kasih. Kerja bagus hari ini, Hisamura.”
“Kamu juga, Sei-chan.”
Aku dan Sei-chan pun bersulang dan menyesap minuman kami.
***
“Sei-chan, selamat kerena telah memenangkan pertandingan basket.”
Jika aku akan berbicara dengannya tentang sesuatu hari ini, itu jelas tentang pertandingan.
“Ya, terima kasih. Selamat atas kemenanganmu juga. Hisamura, kamu yang menjadi pitcher sampai akhir, tapi apakah bahu dan sikumu baik-baik saja?”
“Ya, aku baik-baik saja. Aku sudah mendinginkan bahuku dengan benar.”
Aku mungkin sudah melempar lebih dari seratus kali secara keseluruhan, tapi aku rasa aku akan baik-baik saja.
Dalam pertandingan tepat setelah Sei-chan menyemangatiku, aku melempar dengan sangat serius, tapi setelah itu, aku melempar tanpa terlalu memaksakan diri.
“Yah, senang mendengarnya. Kamu… terlihat sangat keren, lho.”
“Uu…! T-Terima kasih.”
Aku tidak pernah menyangka akan dipuji secara langsung hingga suaraku jadi tercekat di tenggorokan.
Sei-chan bahkan tidak menatapku, dia hanya melirikku.
Namun, meski dalam kegelapan, aku bisa melihat pipi Sei-chan sedikit merah.
Seolah ingin menyembunyikan rasa malu kami, aku dan Sei-chan menyesap minuman kami hampir bersamaan.
“Sei-chan, kamu juga sangat keren, terutama saat pertandingan melawan Toujoin-san.”
Dibandingkan dengan kekerenan Sei-chan, kekerenanku pasti terlihat sekecil semut.
Pertandingannya melawan Toujoin-san benar-benar mengesankan.
Baik laki-laki maupun perempuan terpikat oleh Sei-chan dan Toujoin-san.
Sei-chan, khususnya, sangat populer di kalangan perempuan.
“Terima kasih. Dan berkat Hisamura-lah aku bisa mengalahkan Toujoin.”
“Aku tidak melakukan apa-apa, kok.”
“Kamu menemaniku latihan basket kemarin dan kemarin lusa, kan? Berkat itu, aku bisa mengalahkan Toujoin. Terima kasih.”
“…S-Sama-sama.”
Gawat, aku merasa seperti sedang dirayu oleh Sei-chan.
Sei-chan sangat keren hingga aku bahkan tidak sanggup melihat wajahnya.
Akulah satu-satunya yang malu di sini, karena Sei-chan tersenyum tanpa rasa malu, seolah-olah dia mengucapkan terima kasih dengan cara yang sangat biasa.
Jantungku berdebar sangat kencang hingga mau tidak mau aku khawatir tentang apa yang harus kulakukan jika Sei-chan bisa mendengarnya.
“N-Ngomong-ngomong, Sei-chan, kamu dikelilingi oleh gadis-gadis tidak hanya saat perayaan tadi, tapi juga setelah pertandingan, kan? Itu luar biasa.”
Aku terang-terangan mengubah topik pembicaraan, tapi itulah satu-satunya cara agar aku bisa tetap tenang.
Setelah pertandingan itu, Sei-chan tidak hanya didekati oleh gadis-gadis dari kelas kami tapi juga oleh gadis-gadis dari kelas lain.
Dia seperti idola sungguhan.
Setiap kali Sei-chan berbicara, penonton akan bersorak, “Kyaa!” dan bahkan berkata seperti, “Melambailah padaku!”
“Ya, aku senang, tapi… aku tidak tahu harus berbuat apa saat mendapat reaksi seperti itu.”
“Haha, sepertinya kamu agak kesulitan oleh itu.”
Sei-chan memang memasang senyum saat disoraki oleh para gadis, tapi itu adalah senyuman yang sangat canggung.
Yah, senyuman canggung itu juga menyegarkan dan imut, sih.
“Hmm, tapi, Hisamura sendiri juga populer di kalangan perempuan, kan?”
“Eh? Aku?”
“Ya, bahkan di pesta tadi. Kamu dikelilingi oleh perempuan.”
“Mereka hanya gadis-gadis yang membantuku ketika aku tidak tahu mau ke mana.”
Sejujurnya, mereka sangat membantuku untuk kabur dari tempat Yuuichi dan yang lainnya.
Tapi, aku cukup merasa bersalah karena aku masih tidak bisa mencocokkan nama dengan wajah mereka.
Aku ingat mereka dipanggil Satou-san, Itou-san, Gotou-san dan Katou-san.
“…Selama kompetisi hari ini, sebelum kami bertanding, Aku dan Tojoin memutuskan permainan hukuman.”
“Hmm? Benarkah?”
Dia tiba-tiba mengubah topik… Kenapa?
“Ya, itu adalah hukuman sederhana di mana yang kalah harus menuruti apa yang diperintahkan pemenang. Jadi, hukuman yang diinginkan Toujoin saat dia menang adalah membuatku mengumumkan hubungan antara aku dan Hisamura.”
“Eh? Kenapa?”
Mau tak mau aku menyuarakan pertanyaan sederhana atas isi hukumannya.
Aku heran kenapa Toujoin-san memutuskan hukuman itu.
“Bagi Toujoin, sepertinya menyembunyikan fakta bahwa kita pacaran itu adalah hal yang tidak masuk akal. Dia juga menyebutkan bahwa mengumumkannya akan lebih mudah bagi kita untuk, um, bermesraan…”
“Kedengarannya menarik.”
Aku refleks menggumamkan itu saat mendengar kata-kata bermesraan.
Kemudian pipi Sei-chan sedikit merona dan mengerutkan alisnya seolah sedang berpikir sejenak.
“Tentu saja, karena aku menang, hukuman itu tidak berlaku. Tapi jika kamu sangat menginginkannya… Aku tidak keberatan mengumumkannya ke publik.”
“Hah, benarkah?”
Sei-chan menyebutkan bahwa akan memalukan untuk mengumumkannya ke publik, jadi selain teman dekat, kami belum memberi tahu siapa pun soal hubungan kami.
“Sejak awal, keegoisanku-lah yang membuatku tidak ingin mempublikasikannya. Dan seperti yang dikatakan Toujoin-san, mempublikasinkannya akan lebih bermanfaat.”
“…Apa manfaatnya?”
“Seperti yang kusebutkan sebelumnya, um, bermesraan…”
Sungguh imut melihat Sei-chan mengatakan itu dengan malu-malu, tapi dia dalam suasana yang serius sekarang, jadi aku memutuskan untuk tidak menjahilinya.
“Dengan mempublikasikannya, aku juga bisa menjauhkan lawan jenis lainnya.”
Sei-chan berkata dengan nada menyesal, seolah-olah dia tiba-tiba merasa sedikit depresi.
“…Begitu ya.”
Mungkin itu sebabnya Sei-chan tidak yakin dengan pilihannya untuk mempublikasikannya.
Ini cukup mengejutkan, tapi Sei-chan sebenarnya cemburu.
Cara dia memandang gadis yang datang kepadaku setelah pertandingan bisbol, dan cara dia yang tampak khawatir tentangku yang berbicara dengan gadis lain di pesta tadi.
Sejujurnya, aku sangat senang dia cemburu.
Aku sangat senang hingga tubuhku bisa tumbuh sayap lalu terbang dan menari-nari.
Tapi, tidak ada gunanya jika biaya yang dibutuhkan adalah membuat Sei-chan merasa tidak nyaman atau cemas.
Aku sangat senang Sei-chan cemburu, tapi prioritas mutlakku adalah menghentikannya dari merasa seperti itu.
Dan aku, tentu saja, akan merasa sangat cemburu, atau lebih tepatnya gelisah, jika aku melihat Sei-chan dirayu oleh laki-laki lain.
Ini adalah masalah yang harus kami berdua selesaikan.
“Kamu tidak ingin mengumumkannya, kan, Sei-chan?”
“Benar. Salah satu alasanku tidak ingin mengumumkannya adalah karena aku malu, tapi lebih dari itu… aku ingin menyimpan benda berhargaku untuk diriku sendiri… daripada memamerkannya kepada orang lain.”
“!!”
A-Apa-apaan itu…!?
Itu terlalu mengharukan dan menggemaskan…!
Aku tidak mengira kalau Sei-chan berpikiran seperti itu.
Saat aku berseru kaget dan bahagia, Sei-chan juga tampak baru sadar dan wajahnya memerah.
“O-Oh, tidak, maksudku…! Itu semacam kiasan… B-Bukan berarti aku menganggap Hisamura sebagai barang…”
“Oke, Sei-chan, tenanglah. Kalau terus begini, kita berdua akan pingsan.”
Kami berdua akan mati karena malu.
Wajahku dan Sei-chan memerah, jadi kami menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
Sambil menarik napas dalam-dalam, aku berpikir sejenak.
Akhirnya aku mengerti apa yang Sei-chan rasakan tentangku.
Sei-chan sayang padaku, dan aku sangat, amat senang tentang itu.
Itulah sebabnya dia tidak ingin memberi tahu siapa pun tentang hubungan kami; dia ingin menyimpanku untuk dirinya sendiri.
…Aku menjadi lebih bahagia dan malu ketika aku menyusun pikiranku.
Tenanglah, jangan malah menghancurkan diri sendiri, diriku.
Sei-chan tidak mau memberi tahu siapa pun karena dia sayang padaku.
Tapi, yang mengejutkannya, Sei-chan cukup cemburu, jadi dia merasa tidak nyaman saat melihatku berbicara dengan gadis lain.
Sei-chan mungkin sedikit menderita karena dilema ini.
Aku harus menyingkirkan itu demi Sei-chan.
Kurasa solusinya cukup simpel.
“Sei-chan, aku punya saran.”
“Apa itu?”
“Tidak apa-apa untuk mempublikasikannya, tapi kita tidak perlu mengumumkan kalau kita pacaran.”
“…Apa maksudmu?”
“Jadi, menurutku Sei-chan dan aku sebaiknya mengumumkan saja kalau kita sedang pacaran dengan seseorang, tapi kita tidak perlu memberi tahu mereka dengan siapa kita pacaran, kan?”
Kupikir yang tidak disukai Sei-chan adalah kalau aku menjadi incaran gadis-gadis lain.
Aku tidak yakin apakah mereka benar-benar mengincarku atau tidak, tapi kurasa seperti itulah yang terlihat dari pandangan Sei-chan.
Aku pastinya tidak akan suka juga jika aku melihat Sei-chan dirayu oleh laki-laki lain.
Kalau begitu, kami hanya perlu memberi tahu orang lain bahwa mereka tidak memiliki kesempatan lagi untuk mendekati kami.
“Jika kita memberi tahu orang-orang kalau kita sudah punya pacar, kita akan merasa sedikit lebih nyaman. Dan kalau ada yang bertanya siapa pacar kita, kita bisa bilang kalau itu rahasia.”
“…Ya, itu ide yang bagus.”
“Dan jika kita merahasiakan detail siapa yang kita pacari, itu akan menjadi rahasia kecil di antara kita berdua… Dan rasanya menyenangkan sekali, bukan?”
Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi aku suka perasaan berbagi rahasia di antara sepasang kekasih, itu terasa seperti harta karun bagiku.
Ketika aku mengatakan itu, mata Sei-chan melebar, dan kemudian pipinya rileks dengan gembira.
“Benar. Itu hal yang luar biasa.”
“Yah, beberapa orang sudah tahu kalau kita pacaran, jadi itu bukan hanya rahasia di antara kita lagi.”
“Fufu, benar juga. Kurasa itu akan menjadi rahasia antara kita, Shiho, Toujoin dan Shigemoto juga.”
Sei-chan menunjukkan senyum manis saat dia mengatakan itu.
Ya, aku memang lebih suka saat Sei-chan tersenyum seperti itu.
Saat aku tersenyum memikirkan itu, Sei-chan tersenyum lebih lembut.
“Terima kasih, Tsukasa.”
“Tidak, itu bukan masalah be—… Eh?”
Aku berhenti di tengah kalimat.
Saat aku menatap Sei-chan dengan mata terbelalak, dia tersenyum nakal.
“Fufu, ada apa, Tsukasa?”
“Eh, tidak, namaku…”
“Kenapa dengan namamu? Namamu Tsukasa, kan?”
“Uuu… Itu curang, Sei-chan.”
Aku tidak bisa menahan senyum saat Sei-chan melakukan itu.
Aku tidak menyangka akan mendengar nama depanku dipanggil saat ini.
Aku juga bisa merasakan wajahku menjadi sedikit merah.
“Fufu, aku selalu diserang. Rasanya menyenangkan juga balik menyerang seperti ini.”
“…Begitu, ya. Jadi apakah itu berarti menyenangkan juga berada di pihak yang diserang, Sei-chan?”
“Uu…! B-Bukan itu maksudku…!”
“Kalau begitu, apa maksudmu?”
“Ku…!”
Sei-chan memelototiku dengan tajam, tapi pipinya yang memerah membuatnya terlihat tidak terlalu mengintimidasi.
Itu agak imut, hanya itulah yang bisa aku jabarkan dari itu.
Pada akhirnya, aku sangat suka melihat reaksi menggemaskan Sei-chan.
…Meskipun begitu, aku tidak keberatan diserang balik, kok.
Tentu saja, aku tidak akan memberitahukan itu pada Sei-chan.