[LN] Isekai Romcom Volume 1 Chapter 4.5 Bahasa Indonesia

Hari Kencan (Bagian 5)

Chapter 4: Hari Kencan

5


Ya ampun, aku benar-benar mengacau tadi.

Aku naik roller coaster dengan Sei-chan karena dia sepertinya sangat ingin menaikinya, tapi kalau dipikir-pikir, aku tidak terlalu baik dengan hal-hal semacam itu.

Aku menunjukkan sisi payahku pada Sei-chan… Ini yang terburuk.

Tapi, Sei-chan, di sisi lain, tampaknya sangat menikmatinya, jadi itu bagus.

Dia lebih dari senang melihat sisiku yang memalukan, jadi perasaanku agak campur aduk, tapi itu lebih baik daripada dia kecewa padaku.

Ngomong-ngomong, aku sudah istirahat dan pulih sepenuhnya. Jadi, aku menuju ke tempat yang Yuuichi beritahukan padaku di RINE.

Saat ini, Yuuichi dan Fujise sepertinya sedang membeli makan siang di kios makan atau mungkin mereka hanya ingin mencari tempat dimana mereka bisa duduk dan makan bareng.

Saat aku dan Sei-chan menuju ke arah sana, kami mampir ke sebuah kedai makanan untuk membeli makan siang.

Aku membeli hotdog sedangkan Sei-chan hanya membeli crepe.

“Sei-chan, apakah itu cukup untukmu?”

“Ya, sejak awal aku bukan orang yang makan banyak. Makan ini sudah cukup banyak untukku.”

“Begitu ya. Kalau begitu tak masalah.”

Yah, ada yang bilang makan siang dengan satu crepe tidak terlalu bergizi untuk kesehatan, tapi tidak apa-apa untuk hari ini.

Hari ini adalah hari yang spesial, hari kencan di taman hiburan kami, dan aku tidak bisa mengomentarinya karena aku sendiri hanya membeli satu hotdog.

Bagi siswa SMA jaman sekarang, secangkir teh susu tapioka sudah cukup sebagai makan siang. Bukankah begitu?

Aku dan Sei-chan menuju ke tempat di mana kedua orang itu berada dan memastikan sosok mereka dari jauh.

Kemudian kami duduk di area makan yang sama tapi menjaga jarak yang cukup jauh, dan memakan apa yang telah kami beli sebelumnya.

Sei-chan memakan crepe di depanku dengan mulut terbuka lebar.

Anehnya, dia suka yang manis-manis, yang tidak terlihat karena dia selalu terlihat sangat keren. Itulah Gap-nya.

TLN: Orang Jepang memiliki tren yang disebut Gap Moe di mana penampilan karakter tidak sesuai dengan kepribadian mereka. Yang menurut sebagian orang menarik.

Saat aku memperhatikan Sei-chan sambil memikirkan hal itu, dia akhirnya menyadari tatapanku.

“A-Apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?”

“Hm? Tidak, bukan apa-apa.”

“T-Tunggu, Jangan-jangan… kamu ingin makan crepe juga?”

“Eh?”

Sepertinya Sei-chan mengira alasan aku menatapnya adalah karena aku ingin makan crepe juga.

“B-Berbagi makanan yang sama itu agak…”

“Tidak, aku hanya…”

“I-Itu akan menjadi ciuman tidak langsung…”

Mmm!”

Sei-chan tersipu saat mengatakan itu, dan aku refleks terbatuk mengerang melihat betapa menggemaskannya dia.

“Sei-chan, aku bukan mau makan crepe, lho.”

“Eh…? B-Benarkah?”

“Ya, aku hanya berpikir Sei-chan terlihat imut saat menikmati crepe-mu dengan lahap.”

Uuu… B-Bagaimanapun juga, itu tetap sangat memalukan untukku!”

“Haha, maaf soal itu.”

Aku telah diolok-olok saat naik roller coaster tadi, jadi aku bisa membalasnya kali ini.

HNNG!”

“Hm? Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba mengulurkan crepe-mu ke arahku?”

“K-Kamu harus memakannya juga! I-Itu karena aku tidak suka kalau hanya aku yang merasa malu di sini!”

“Eh? Tidak, tunggu… Apakah kamu yakin?”

“Y-Ya, tidak apa!”

Aku tidak pernah menyangka Sei-chan akan menawariku crepe seolah dia siap untuk ciuman tidak langsung.

Dan itu lebih memalukan karena Sei-chan yang memegangnya dan aku akan makan disuapinya.

Ugh… Aku tidak percaya dia melakukan ini meskipun itu berarti dia meledakkan dirinya sendiri dengan rasa malu.

Meskipun aku sangat senang bisa berciuman tak langsung dengan Sei-chan, tapi itu tidak bisa menghilangkan rasa maluku sepenuhnya.

Tapi dalam situasi ini, situasi dimana Sei-chan menawarkan ciuman tak langsung dengan menyuapiku, mana mungkin aku bisa menolaknya.

“Baiklah, kalau begitu… Aku akan memakannya.”

“A-Ayo, cepatlah makan.”

Menahan rasa malu, aku pun mencondongkan tubuh ke depan, membuka mulutku, dan memakan crepe yang dia tawarkan.

Aku mencoba memilih bagian yang belum digigit Sei-chan, tapi itu tidak mungkin karena dia sudah memakannya cukup banyak.

Crepe seharusnya penuh dengan cokelat, krim kocok, dll, tapi entah karena malu, aku tidak bisa merasakan rasa crepe-nya saat ini.

“J-jadi, bagaimana rasanya? Enak?”

“Y-Ya, ini enak.”

“B-Begitukah…?”

Dan kemudian Sei-chan, setelah ragu sejenak, memakan crepe dalam satu gigitan besar, memakan bagian yang telah kugigit.

Mmm… R-Rasanya manis sekali.”

“Y-Ya, itu manis.”

Aku tidak ingat seberapa manis crepe-nya itu, tapi rasanya suasana di antara kami lebih manis saat ini…

Aku pernah membaca tentang suasana seperti ini di manga dan sejenisnya, tapi aku belum pernah benar-benar merasakannya sendiri… Aku merasa sangat malu sekarang.

Sei-chan mungkin merasakan hal yang sama karena dia tersipu malu juga.

Dan kemudian aku dan Sei-chan saling melirik pada saat yang sama lalu mulai saling tertawa karena suasana aneh di sekitar kami.

“Haha, aku tidak menyangka Sei-chan akan melakukan sesuatu yang memalukan seperti itu.”

“Fufu, kamu juga, Hisamura. Wajahmu merah sekali.”

Ah, gawat. Aku bersenang-senang dengan Sei-chan. Aku sangat senang hingga bisa mati.

Setelah kami selesai makan, pada waktu yang hampir bersamaan, aku melihat Yuuichi dan Fujise telah selesai makan juga dan melanjutkan perjalanan mereka.

Meski mereka mulai makan lebih awal dari kami, tapi nampaknya mereka membeli dan makan cukup banyak.

“Aku tahu kalau Yuuichi makan banyak, tapi sepertinya Fujise juga begitu.”

“Benar. Shiho sedikit khawatir soal itu, tapi Shigemoto juga sepertinya tipe yang makan banyak, jadi mereka terlihat cocok di bagian itu.”

Aku baru mendengar hal ini. Fujise tidak pernah digambarkan sebagai orang yang makan banyak dalam cerita aslinya.

Sejujurnya, “Ojojama” adalah manga yang populer, tapi serialisasinya belum terlalu panjang.

Itu bahkan belum mencapai sepuluh volume, jadi mungkin masih ada informasi tentang karakter yang belum sepenuhnya diungkapkan.

Setelah itu, kami lanjut menyaksikan Yuuichi dan Fujise berkeliling taman hiburan seperti biasa, dan kami juga mengunjungi wahana yang mereka coba.

Karena tujuan utama kami adalah mengawasi mereka, tentu saja kami tidak masuk ke setiap wahana yang mereka coba.

Sekitar dua jam telah berlalu sejak kami selesai makan siang, dan sejauh ini, sesuai cerita aslinya, Toujoin-san belum mengganggu mereka.

Sekarang, aku bertanya-tanya kemana mereka berdua akan pergi selanjutnya?

Dalam cerita aslinya, wahana yang mereka berdua datangi selanjutnya adalah… ya, seperti dugaanku.

“Itu rumah hantu.”

Itu adalah skenario klasik untuk kencan di taman hiburan dalam manga komedi romantis: bab rumah hantu.

Kalian tahulah, jenis di mana heroine menjadi takut dan berkata “Kyaaaaa~” dan menempel erat pada pemeran utama pria, dan ada sedikit situasi mesum beruntung yang terjadi juga.

Meskipun skenario ini sedikit berbeda dari klise normal sih… karena Yuuichi-lah yang takut di sini, bukan Fujise.

Jadi bahkan sekarang pun, saat aku mengawasi mereka bersama Sei-chan, Yuuichi berusaha keras meyakinkan Fujise untuk tidak memasuki wahana rumah hantu itu.

“F-Fujise, bagaimana kalau kita lewati yang ini? Maksudku, tempat seperti ini biasanya untuk menakuti anak-anak, kan? Kita siswa SMA jadi kita sebaiknya tidak pergi ke tempat seperti ini.”

“Eh, aku sebenarnya sangat menyukai hal semacam ini, lho!? Lagi pula, apa yang salah jika ini untuk menakuti anak-anak? Kita datang ke taman hiburan, jadi kita harus menghidupkan kembali kenangan masa kecil kita. Oh~ mungkinkah sebetulnya kamu takut, Shigemoto-kun?”

“M-Mana mungkin! Baiklah, ayo masuk!”

“Hehe, itu baru semangat.”

Ya, itu berjalan sesuai yang terjadi di cerita aslinya.

Fujise sudah tahu ketakutan Yuuichi terhadap rumah hantu dari reaksinya barusan, tapi mungkin itulah sebabnya dia malah ingin masuk bersamanya.

Anehnya, Fujise tampaknya memiliki sisi sadis, ya.

Ada banyak penggemar yang menyukai bagian dirinya yang itu. Yah, Shigemoto juga menyukainya, yang membuatnya menjadi pria dengan hobi seperti itu.

Kalau begitu, apakah itu berarti dia menyukai hal-hal semacam itu? …Mungkin aku harus menanyakannya nanti.

“Baiklah, sepertinya mereka berdua akan masuk. Kalau begitu, kita juga…”

“T-Tidak, kita tidak perlu masuk juga, kan?”

“…Eh?”

Kata-kata Sei-chan membuatku meninggikan suaraku dengan penuh tanda tanya.

“L-Lihat, di dalam sana gelap, jadi Toujoin tidak akan mengganggu mereka di sana. Ya, seharusnya tidak apa-apa. Kita tidak perlu masuk ke dalam.”

Meskipun kami tidak memasuki setiap wahana yang sudah mereka coba sebelumnya, tapi cara Sei-chan menolak saat ini agak… aneh.

“…Eh? Mungkinkah kamu takut dengan rumah hantu, Sei-chan?”

“A-Aku tidak takut. Hanya saja aku merasa tidak ada gunanya memasuki tempat yang ditujukan untuk menakut-nakuti anak-anak.”

Tidak, kamu memberikan alasan yang hampir sama persis dengan Yuuichi, lho…

Mungkinkah Sei-chan juga takut dengan hal-hal seram? Ini mungkin adalah informasi baru yang belum muncul di cerita aslinya.

Yah, menurutku wajar jika perempuan takut dengan rumah hantu.

Sebenarnya, malah aneh bagi seorang gadis untuk masuk ke sana dengan gembira seperti Fujise.

Tapi yah, ini membuatku semakin ingin masuk ke sana sekarang.

“Sebenarnya aku menyukai wahana ini. Bukankah menyenangkan menjadi anak kecil lagi dan pergi ke tempat-tempat seperti itu?”

Uuu…”

“Ayolah, ayo kita masuk, oke?”

“A-Aku tidak suka dengan hal semacam itu…”

“Eh?”

“Aku bilang aku tidak suka! Sejujurnya, aku bukan penyuka hal-hal seperti rumah hantu!”

Oh, aku tidak mengira dia akan jujur tentang itu.

Ya, menurutku tidak apa-apa untuk tidak memaksakan diri menjadi sok berani seperti Yuuichi.

“Oh, begitu ya.”

“Apakah kamu kecewa denganku sekarang…?”

“Aku tidak akan kecewa hanya karena kamu tidak menyukai rumah hantu. Ketika kamu mengatakannya seperti itu, aku juga payah dengan roller coaster, lho?”

“O-Oh, senang mendengarnya.”

“Tapi yah, aku minta maaf. Aku benar-benar ingin masuk ke rumah hantu bersamamu, Sei-chan.”

“K-Kenapa!? Bukankah sudah kubilang aku tidak suka itu!”

“Malah karena itulah, atau menurutku Sei-chan yang ketakutan akan terlihat sangat menggemaskan.”

“K-Kamu memiliki kepribadian yang buruk!”

“Nah, kalau dibilang begitu, Fujise juga sama saja, kan?”

Aku mengatakannya dengan jujur, tapi Fujise hanya menikmatinya secara diam-diam.

Sebenarnya, menurutku sahabat Sei-chan memiliki kepribadian yang lebih buruk dariku.

“Aku tidak menyuruhmu untuk memaksakan diri. Tapi bukankah Sei-chan takut rumah hantu karena kamu ke sana saat masih kecil?”

“Ya, benar…”

“Jadi mungkin kamu akan mengatasinya sekarang karena kita sudah SMA, lho? Dan malahan kamu mungkin benar-benar dapat menikmatinya sekarang.”

“Y-Ya, mungkin…”

“Yah, perasaanku yang sebenarnya adalah aku berharap Sei-chan tidak mengatasi rasa takutnya sama sekali dan menunjukkan sisi imutnya padaku.”

“Hei, itu jahat sekali!”

“Aku hanya berkata jujur, kok.”

Yah, aku benar-benar serius tentang hal itu.

Aku sadar aku mengatakan hal yang sama dua kali, tapi aku benar-benar serius.

Aku akan melakukan segalanya agar dapat melihat Sei-chan ditakuti oleh hantu meskipun itu membunuhku.

“Menurutku bahkan jika kamu belum menaklukkan ketakutanmu pun, kamu akan lebih menikmati rumah hantu daripada orang-orang yang tidak takut, kan? Menurutku itu berarti kamu dapat lebih menikmati rumah hantu daripada orang lain, Sei-chan.”

“…Seberapa inginnya sih kamu pergi ke rumah hantu saat ini?”

“Sangat ingin sehingga itu telah menjadi wahana yang paling kuinginkan di taman ini sekarang.”

“J-Jadi kamu sangat ingin masuk, ya?”

Bukannya aku baik atau buruk dengan hal-hal seram, tapi aku benar-benar ingin melihat Sei-chan ketakutan.

“B-Baiklah. Jika kamu sengotot itu, ayo masuk.”

“Ah, benarkah?”

“Ya, aku sudah lama ingin mengatasi rasa takutku. Aku belum pernah ke sana sejak SD, jadi aku mungkin bisa melakukannya sekarang.”

Oh, wow, aku tidak menyangka dia akan setuju.

“Yah, jika kamu tidak bisa mengatasinya, kita selalu bisa berhenti di tengah jalan.”

“Begitu aku masuk, aku akan menyelesaikannya sampai akhir.”

Jadi, aku dan Sei-chan pun pergi ke rumah hantu yang dimasuki Yuuichi dan Fujise.

× × ×


Ternyata, tema rumah hantu ini adalah tempat seperti rumah sakit. Kami berjalan berdampingan dalam kegelapan.

Sei-chan berjalan sangat cepat dengan langkah ringan. Mungkinkah dia ingin menyelesaikan ini secepat mungkin?

“Sei-chan, kamu bisa jatuh jika berjalan terburu-buru begitu.”

“A-aku tidak terburu-buru!”

Sei-chan sepertinya berusaha untuk tetap tampil berani, tapi suaranya lebih gemetaran dari biasanya.

Sejauh ini, belum ada hantu atau semacamnya yang muncul, jadi Sei-chan sepertinya masih bisa menjaga ketenangannya, meski pas-pasan sih.

Tapi pada saat berikutnya, zombie berpakaian perawat melompat keluar dari bayang-bayang di sisi kanan Sei-chan, yang berjalan sedikit di depanku.

Kyaaa!?”

Sei-chan berteriak dan dengan cepat melompat ke arahku, yang berjalan perlahan di belakangnya.

Aku betanya-tanya apakah hantu di sini diperankan oleh orang sungguhan?

Ini terasa lebih menakutkan karena itu bukan dari mesin atau boneka, dan aku pun sedikit terkejut…

Sei-chan, yang tampaknya semakin ketakutan; menempel di lengan kiriku seolah aku adalah perisai.

Aku akan mengatakannya lagi: Sei-chan menempel di lengan kiriku.

“Tung—!?”

Waaa, ayo pergi! Kita harus kabur!”

Karena masih ada zombie berseragam perawat di depan kami, Sei-chan meraih dan memeluk lengan kiriku saat dia berlari ke depan.

Aku mengikutinya dengan ditarik, tapi bukan itu masalahnya.

Y-Yah, aku tidak menyangka akan dipeluk olehnya secara tiba-tiba.

Tidak, aku sudah menduga hal ini mungkin akan terjadi, tapi aku tidak siap untuk itu terjadi secepat ini.

“A-Apakah kita berhasil lolos?”

“K-Kita berhasil lolos. Kita baik-baik saja sekarang…”

Sei-chan melihat ke belakang dengan mata sedikit berkaca-kaca dan menghela nafas lega.

Dan tepat saat Sei-chan akan bergerak maju lagi, ada suara gemerincing dan seseorang keluar dari bayang-bayang di sampingnya.

Kyaa!”

“Eh…!?”

Kali ini, karena dia sudah dekat denganku sejak awal, dia semakin mendekat ke arahku.

Alhasil… dada Sei-chan yang besar… m-menempel di lengan kiriku…!

Sei-chan sepertinya tidak menyadarinya sama sekali; dia sibuk menutup matanya karena ketakutan.

“K-Kita harus kabur dari sini s-secepatnya…!”

“Y-Y-Ya, kamu benar…”

Baik aku dan Sei-chan berkata dengan terbata-bata saat kami mencoba untuk melanjutkan perjalanan.

Bahkan di area yang tidak ada hantunya pun, Sei-chan tidak melepaskan lengan kiriku.

“S-Sei-chan, mungkin ini waktunya melepaskan…”

“T-Tidak bisa… Aku terlalu takut untuk melepaskanmu sekarang…”

Gufu…”

Ini gawat. Aku tahu meski dalam kegelapan bahwa hidungku mimisan.

Darahnya sudah hampir keluar sebelumnya tapi aku tidak bisa menahannya lagi setelah apa yang baru saja dia katakan.

Aku menutup hidungku dengan tangan kananku, mencubitnya pelan.

Untungnya, aku tidak mimisan sebanyak kemarin.

Maksudku, sungguh. Aku tidak mengira akan mimisan seperti di manga dua hari berturut-turut.

Tapi yang lebih penting, situasi saat ini: Sei-chan masih memegang erat lengan kiriku, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.

Lengan atasku sekarang terletak pas di antara payudara Sei-chan.

Y-Yah, aku tidak pernah mengira aku akan mengalami hal seperti ini lebih dulu dari karakter utama, Yuuichi.

Selain itu, karena Sei-chan hanya mengenakan pakaian tipis, aku bisa merasakan tekstur dan kehangatan dadanya dengan cukup intens.

Kurasa indra lengan kiriku sudah mencapai puncaknya.

Lengan bagian atasku terjepit di antara dada Sei-chan sementara punggung tanganku menyentuh perut telanjangnya.

Sei-chan mungkin belum menyadarinya, tapi tekstur kulit mulusnya menjadi agak… berbahaya!

Tidak! Jika aku terlalu memikirkannya, itu akan memicu mimisan lagi.

“S-Sei-chan, apa kamu baik-baik saja? Kita bisa mundur sekarang jika kamu mau…”

“T-tidak, aku tidak ingin mundur… Kita sudah berjalan cukup jauh, jadi kita mungkin sudah dekat dengan pintu keluar.”

Sei-chan bilang begitu, tapi aku yakin kami bahkan belum setengah jalan melewati tempat ini…

Tapi Sei-chan sepertinya tidak ingin menyerah karena dia benci kalah.

Aku tidak mengira kalau aku akan menjadi orang yang ingin menyerah duluan.

Tentu saja, alasanku ingin menyerah bukan karena aku takut hantu, tapi karena jantungku bisa berhenti berdetak oleh Sei-chan.

Jantungku berdetak sangat kencang sekarang sehingga aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas di telingaku sendiri.

Ini pertama kalinya aku mendengar jantungku berdetak begitu kencang dan secepat ini.

Aku merasa seperti akan mati di sini. Meskipun, jika aku mati di sini, mungkin aku akan mati dengan puas.

“A-Ada apa, Hisamura?”

“T-Tidak apa-apa… aku baik-baik saja.”

Sei-chan melirikku dan bertanya.

Wajah Sei-chan yang menengadah, dengan matanya yang berkaca-kaca dan khawatir, serta ekspresi ketakutan namun perhatian… Itu tak dapat diungkapkan dengan kata-kata dan benar-benar berbahaya.

Kami harus segera keluar dari rumah hantu ini, kalau tidak Sei-chan mungkin akan benar-benar membunuhku.

Untuk mencegah Sei-chan menjadi seorang pembunuh, aku harus melakukan yang tebaik untuk keluar dari tempat ini hidup-hidup.

“Ayo jalan, Sei-chan. Ayo lakukan yang terbaik agar kita bisa segera keluar dari rumah hantu ini.”

“Y-Ya… Aku akan melakukan yang terbaik.”

Bahkan cara dia mengatakan itu pun sangat imut!

Hentikan! POIN NYAWA TSUKASA HISAMURA SUDAH NOL!

Kata-kata itu terlintas di pikiranku, tapi aku tidak bisa benar-benar mengatakannya pada Sei-chan.

Setelah itu, kami berdua berjalan sedikit lebih cepat untuk melewati rumah hantu ini.

Setiap kali hantu muncul, Sei-chan akan mengeluarkan jeritan imut, yang menyebabkan jantungku berdenyut dengan setiap jeritannya.

Pada saat kami keluar dari rumah hantu, poin nyawaku sudah dalam keadaan negatif…

Tidak, sungguh ajaib aku masih hidup… Kamu sudah berkerja dengan baik, wahai jantungku.

Setelah meninggalkan rumah hantu, aku dan Sei-chan beristirahat di bangku terdekat.

Ini seperti saat dari roller coaster tapi kali ini dimana aku dan Sei-chan, kami berdua terkena dampaknya.

“…Itu menakutkan.”

“Ya… benar.”

Sei-chan memelototiku dengan kesal, tapi aku masih terlalu lelah untuk menanggapi itu.

“Kupikir aku akan mati…”

“B-Bukankah aku yang harusnya bilang begitu? Kenapa kamu terlihat sangat lelah? Kamu tidak tampak takut di sana tadi.”

“Tidak, sungguh, rasanya seperti merasakan surga dan neraka secara bersamaan.”

“Apa maksudmu?”

Lebih seperti 100% surga, sih.

Jika aku menyebutnya sebagai “neraka,” aku mungkin akan ditikam dari belakang oleh berbagai pria, tapi dalam artian tertentu, itu jelas memenuhi syarat sebagai neraka.

Aku benar-benar merasa seperti selangkah lagi menuju kematian.

Aku yakin tidak akan benar-benar mati jika ini adalah dunia nyata, tapi ini adalah dunia manga.

Memikirkan sesuatu yang erotis saja bisa membuat hidungku mimisan, jadi tidak heran jika jantungku akan benar-benar copot jika aku terus mengalami hal seperti itu.

Itu benar-benar berbahaya, tapi juga merupakan pengalaman yang luar biasa.

Beberapa menit yang lalu, akulah yang membujuk Sei-chan untuk pergi ke rumah hantu bersama. Tapi, sebentar lagi kau akan merasakan surga dan neraka, jadi bersiaplah, wahai diriku beberapa menit yang lalu.

“Kita harus cepat mengejar Shiho dan Shigemoto…”

“Iya, tapi beri aku beberapa menit lagi.”

“Baiklah. Tapi, kenapa ada darah di hidungmu? Apakah kamu menabrak sesuatu?”

“Ya, aku menabrak dan terjepit.”

“Hm? Apa maksudmu?”

“Tidak, bukan apa-apa.”

Sudah kuduga, aku tidak berani untuk langsung mengatakan itu pada Sei-chan.

Karena Sei-chan juga belum sepenuhnya pulih, kami memutuskan untuk beristirahat sedikit lebih lama dan kemudian segera mengejar mereka berdua.

× × ×


Setelah selesai melewati rumah hantu, kami menyusul mereka berdua dan langsung kembali melakukan kencan pengawasan.

Setelah itu, tidak ada gangguan khusus dari Toujoin-san, dan kencan Yuuichi dan Fujise pun berlanjut.

Aku dan Sei-chan juga menikmati naik wahana di berbagai tempat, dan waktu telah berlalu menuju petang.

Sudah hampir waktunya…

Dalam cerita aslinya, Toujoin-san akan datang mengganggu di tempat tujuan Yuuichi dan Fujise selanjutnya.

Tempat tujuan mereka selanjutnya adalah toko terbesar di taman hiburan.

Itu bukan toko yang menjual makanan atau minuman, tapi lebih seperti toko suvenir.

Saat mereka berdua sedang memilih suvenir di sana, Toujoin-san akan muncul.

Yuuichi berpikir untuk menyatakan cintanya di malam hari, dengan pemandangan yang indah dan cahaya yang mempesona, tapi karena Toujoin-san datang dan menyela mereka, dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya tepat waktu.

Toujoin-san mungkin akan menggangu di toko itu, jadi jika kami ingin menghentikannya, mungkin di situlah tempatnya.

Namun, aku tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.

Selain itu… Aku masih tidak yakin apakah aku harus benar-benar menghentikannya.

Sejujurnya, aku pribadi tidak ingin menghentikannya.

Itu semua karena aku tidak ingin cerita aslinya berakhir di sini.

Namun, ketika aku memikirkan perasaan Sei-chan terhadap situasi ini, sejujurnya aku merasa lebih baik aku menghentikannya.

Apa yang harus aku lakukan…?

Aku merasa bingung dan dilema saat Yuuichi dan Fujise memasuki toko seperti yang mereka lakukan di cerita aslinya.

Aku dan Sei-chan mengikuti mereka dan memasuki toko dengan sembunyi-sembunyi.

Tokonya cukup besar, jadi selama kami menjaga jarak, kami tidak akan ketahuan.

“Hmm, jadi ada juga barang-barang seperti ini di sini.”

Sei-chan sedang melihat produk yang dipajang di toko.

Karena Toujoin-san belum muncul sampai sekarang, Sei-chan menjadi sedikit teledor, atau lebih tepatnya, kewaspadaannya menurun.

Wajar saja. Kami sudah waspada sejak siang, tapi kami juga bermain-main dan tidak terlalu serius.

Jika kami terus seperti ini, menurutku kami tidak akan bisa mengatasinya jika Toujoin-san tiba-tiba muncul… tapi yah, aku lebih suka hal itu terjadi.

Di sini juga ada oleh-oleh seperti cemilan, tapi yang paling mencolok adalah boneka binatang berukuran besar dan aksesoris kepala.

Itu adalah jenis aksesoris kepala yang akan dibeli saat masuk ke taman hiburan, lalu memakainya sambil berfoto-foto di dalam taman hiburan.

Orang-orang membelinya karena antusiasme taman hiburan, lalu dibiarkan berdebu di rumah karena memakainya di tempat lain adalah hal yang aneh.

Setidaknya itulah pendapat biasku.

Ada berbagai aksesoris kepala di toko, seperti topi bertema telinga beruang, telinga kelinci, dan masih banyak lagi.

Yah, kelihatannya imut, tapi tidak cukup imut untuk dibeli sebagai oleh-oleh.

Ah, tapi aku punya adik perempuan yang amat sangat imut di rumah bernama Rie.

Ada topi telinga kelinci yang memiliki bagian berbulu yang menjuntai hingga ke sekitar area dada, dan ketika kedua bagian berbulu tersebut ditarik, telinga kelincinya akan memantul ke atas dan ke bawah.

Aku benar-benar bisa membayangkan Rie mengenakan ini dan dengan malu-malu membuat telinga kelincinya memantul.

Baiklah, ayo beli. Tidak, tunggu, tenanglah, diriku.

Apakah aku benar-benar perlu membelinya? Atau lebih tepatnya, apakah Rie akan mau memakainya?

Jika itu Rie, aku yakin dia akan berkata, “Apakah kamu sudah gila?” dan menolak memakainya sama sekali.

Tapi apakah dia mau memakainya jika aku memintanya?

…Yah, kurasa aku harus menanyakannya dulu.

Aku menyalakan ponsel, membuka RINE, dan mengirim pesan ke Rie.

Mungkin akan lebih mudah jika aku memotret aksesoris ini dan mengirimkannya padanya.

Dengan berpikir begitu, aku pun mengaktifkan fungsi kamera, mengambil tutup kepala kelinci itu, dan memfotonya.

“Eh? Hisamura, apakah kamu benar-benar akan membelinya?”

“Aku agak ragu sih.”

“Y-Yah, aku tidak tahu kamu memiliki hobi seperti itu.”

“Tidak, ini bukan untukku. Aku bertanya-tanya apakah adikku akan menyukainya.”

“Adikmu? Berapa usianya?”

“Dia satu tahun lebih muda dariku.”

“Kamu akan memberikan ini pada adikmu? Yang seorang siswi baru di SMA?” tanya Sei-chan sambil mengambil topi kelinci lain juga.

Sepertinya dia mengira aku agak menyebalkan, karena berpikir adikku akan senang menerima ini sebagai cendera mata.

“Yah, menurutku dia tidak akan senang, tapi aku akan tetap membelinya dan memintanya memakai ini saat pulang nanti. Menurutku akan sangat menggemaskan jika Rie memakainya.”

Mmm…”

Jika seorang gadis bertipe tsundere seperti Rie memakainya, menurutku itu akan menjadi gap-moe terimut yang pernah ada.

Jika dia memakainya sekali saja, aku ingin memotretnya dan menyimpannya selamanya. Mungkin aku harus mencoba memintanya memakai itu.

Saat aku memikirkan itu…

“H-Hisamura.”

“Hm? Apa—!?”

Aku mendengar namaku dipanggil. Dan saat aku menoleh ke samping, aku melihat Sei-chan Kelinci.

Aku tidak menyangka Sei-chan akan tiba-tiba memakai topi kelinci itu.



“B-Bagaimana? Apakah ini tidak cocok untukku…?”

Sei-chan menanyakan ini padaku sambil tersipu dan tersenyum agak malu.

Cekrek

“…Eh?”

“Ah, Uh… Maaf, itu refleks.”

Tanpa sadar, aku memotret Sei-chan dengan aplikasi kamera yang telah aku buka sebelumnya.

“A-Apa yang kamu lakukan?!”

“Maaf, itu refleks. Tubuhku bergerak sendiri sebelum otakku sempat memberi perintah.”

“Berhentilah mengucapkan omong kosong! Hapus foto itu sekarang juga!” kata Sei-chan sambil melepas tutup kepala kelinci dengan wajah merah cerah.

Kurasa apa yang aku lakukan memang tidak sopan.

Aku melihat ke layar untuk menghapus foto seperti yang Sei-chan pinta, tapi…

Ada malaikat di foto itu.

“…Aku tidak ingin menghapusnya. Aku ingin menyimpannya sebagai pusaka keluarga, mencetaknya dan membingkainya untuk dipajang di rumah.”

“Tidak, itu tidak boleh!”

Aku mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya.

Sungguh disayangkan untuk menghapus foto Sei-chan yang berpenampilan imut seperti ini.

Aku ingin menyimpannya seumur hidupku.

“Beneran tidak boleh? Ini sangat imut, lho?”

Uuu… T-Tidak boleh.”

“Kumohon, aku tidak akan menunjukkannya ke siapa pun. Aku hanya ingin melihatnya setiap pagi, jadi itu akan membantuku melewati hari-hari terberat sekalipun.”

“S-Setiap pagi!? Itu bahkan lebih buruk! Itu terlalu memalukan!”

“Apakah benar-benar tidak boleh…?”

“…Ya, tidak boleh.”

Meskipun aku sudah berusaha membujuknya, tapi tampaknya usahaku sia-sia.

Ah… Aku tidak sanggup menghapus foto Sei-chan yang sangat menggemaskan ini.

Ugh… Sei-chan, tolong hapus ini untukku. Aku tidak sanggup menghapusnya.”

“Sampai sejauh itu ya…?”

Aku menyerahkan ponselku ke Sei-chan dengan tangan gemetar.

Sei-chan mengambilnya dan sepertinya telah menghapus foto itu.

“Ah… Hilang sudah pusaka keluargaku…”

“…K-Kalau begitu, bagaimana kalau kita berfoto bareng saja?”

“Eh?”

“L-Lihat, seperti Shiho dan Shigemoto di sana.”

Saat aku mengikuti arah pandangan Sei-chan, aku melihat Fujise memegang ponsel, berfoto selfie bersama Yuuichi dengan wajah mereka cukup berdekatan.

Mereka berdua mengenakan topi telinga beruang yang sama, terlihat seperti pasangan bucin yang konyol.

Mereka belum resmi pacaran, kan?

Hmm…? Ada yang aneh dengan adegan itu.

Aku dihantam oleh perasaan déjà vu atau semacamnya…

“Kalau kamu mau berfoto bersama seperti mereka berdua, aku tidak keberatan kok…”

“Eh? Jadi aku harus memakai topi kelinci juga?”

“Y-Ya.”

Sepertinya aku juga harus memakai topi kelinci itu.

Namun dengan melakukan itu, aku akan bisa berfoto dengannya seperti mereka berdua di sana itu.

“Tentu saja, ayo.”

“I-Itu jawaban yang cepat.”

Aku tidak bisa memikirkan alasan untuk tidak melakukannya.

Aku bahkan bersedia membayar untuk mendapatkan foto Sei-chan yang mengenakan telinga kelinci lagi, dan aku akan bersedia membayar lebih untuk mengambil foto itu berdua bersamaku.

“Baiklah, kalau begitu aku akan memakainya juga…”

Pfft… M-Maaf, itu sama sekali tidak terlihat cocok untukmu.”

“Ya, aku juga merasa ini tidak cocok untukku, tapi aku tidak pernah mengira itu akan sangat parah sampai-sampai Sei-chan menertawakanku.”

Yah, meski aku senang karena aku bisa melihat senyum seperti itu di wajah Sei-chan sih.

Sementara itu, Sei-chan akan memakainya lagi… Ya, sangat imut, sangat hebat, sangat menakjubkan, seperti malaikat.

Sei-chan sudah menyalakan kamera di ponselku, dan kami memutuskan untuk berfoto.

“A-Ayo, mendekatlah sedikit.”

“Y-Ya…”

Menurutku, wajah kami sudah cukup dekat, tapi Sei-chan bilang itu belum cukup.

Melihat bagaimana Fujise dan Yuuichi berfoto, sepertinya Sei-chan ingin melakukannya seperti mereka berdua.

Tapi, bukankah mereka berdua terlalu dekat hingga pipi mereka hampir bersentuhan?

Seperti yang diduga, aku tidak bisa sampai sejauh itu, jadi aku sedikit lebih dekat hanya sampai bahu kami bersentuhan.

“I-Itu sudah cukup…! A-Ayo kita foto,” kata Sei-chan sambil menekan layar ponselku dan terdengar suara cekrek.

Tepat setelah itu, Sei-chan dan aku langsung menjauh satu sama lain.

“L-Lihat, fotonya dapat.”

“S-Syukurlah.”

Jantungku tidak akan tahan untuk berada sedekat itu lagi dengannya.

Yah, aku bahkan lebih dekat dari itu di rumah hantu sebelumnya, tapi situasinya berbeda.

Saat Sei-chan mengembalikan ponselku dan aku melihat fotonya, pipi kami berdua sedikit memerah dan ekspresi kami agak canggung.

Aku tidak terlalu keberatan karena Sei-chan masih tampak sangat imut, bahkan saat dia terlihat seperti ini.

“A-Aku akan mengirimkan fotonya padamu nanti di RINE.”

“Y-Ya, tolong.”

Ini sangat memalukan, tapi mungkin akan lebih baik jika kami berbagi foto ini bersama.

Hmm…? Tunggu sebentar, aku merasakan semacam déjà vu juga pada kalimat yang baru saja kukatakan.

Déjà vu apa ini…?

──Ah, aku mengerti…!

Hah? Tapi tunggu, kenapa…!?

Aku menyadari sesuatu dan langsung mulai mencari Yuuichi dan Fujise.

Dan ketika aku menemukan mereka, mereka hanya sekedar melihat-lihat santai suvenir di toko.

“A-Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba melihat ke arah mereka berdua…?”

“T-Tidak, kupikir aku kehilangan jejak mereka.”

“Hmm, jangan khawatir. Untuk saat ini, aku juga tidak melihat tanda-tanda keberadaan Toujoin.”

Benar, sosok Toujoin-san masih belum terlihat.

Tapi, itu aneh.

Dalam cerita aslinya, Toujoin-san seharusnya sudah mengganggu mereka.

Perasaan tidak nyaman yang aku rasakan sebelumnya, adalah saat Fujise dan Yuuichi berfoto dengan memakai topi telinga beruang.

Dalam cerita aslinya, itu adalah titik di mana Toujoin-san seharusnya muncul dari belakang dan mengatakan sesuatu seperti, “Oh, kalian berdua sepertinya bersenang-senang, ya.”

Jadi, di foto tersebut, seharusnya ada penampakan Toujoin-san dengan senyum menyeramkan tepat di antara Yuuichi dan Fujise.

Setelah mereka bertiga berkumpul, keadaan menjadi sedikit kacau, dan saat itulah Fujise berbisik di telinga Yuuichi, “Aku akan mengirimkan fotonya padamu nanti di RINE.”

Namun, sekarang… seperti yang kalian lihat, Toujoin-san tidak datang mengganggu.

Dengan kata lain, alur cerita aslinya sudah berantakan.

Tapi kenapa? Kenapa Toujoin-san belum muncul mengganggu mereka?

Kalau terus begini… mereka berdua akan benar-benar pacaran, lho?

× × ×


Setelah itu, Yuuichi dan Fujise meninggalkan toko suvenir.

Pada akhirnya, Toujoin-san tidak juga muncul mengganggu mereka.

Aku dan Sei-chan mengikuti mereka, tapi hal itu terus mengganggu pikiranku sepanjang waktu.

Kenapa Kaori Toujoin tidak mengganggu?

Mungkinkah ingatanku salah, dan dia sebenarnya tidak mengganggu mereka di toko suvenir dalam cerita aslinya?

Tidak. Aku ingat dengan jelas pernah membaca cerita aslinya di mana Fujise dan Yuuichi mengenakan topi telinga beruang dan berfoto bersama.

Jadi, aku yakin, dalam cerita aslinya, Toujoin-san seharusnya mengganggu mereka di toko suvenir.

Namun, Toujoin-san tidak pernah muncul.

Dengan kata lain, tindakan Toujoin-san selama kencan di taman hiburan ini sudah melenceng dari cerita aslinya.

Tapi kenapa…?

Satu-satunya penjelasan yang mungkin adalah bahwa ada sesuatu yang berubah akibat aku menjadi Tsukasa Hisamura di dunia ini, dan itu mempengaruhi Toujoin-san untuk tidak mengganggu pada saat itu.

Aku perlu memilah apa yang berubah dari cerita aslinya sejauh ini.

Pertama-tama, dalam cerita aslinya, Tsukasa Hisamura tidak menembak Sei Shimada.

Dan juga, fakta bahwa aku dan Sei-chan berada di sini mengawasi kencan mereka juga tidak ada dalam cerita aslinya.

Namun, itu tidak berhubungan langsung dengan Toujoin-san dan juga seharusnya tidak terlalu relevan dalam skenario ini.

Jadi apa lagi… Oh iya, waktu Toujoin-san mengetahui soal kencan ini adalah kemarin lusa, bukan hari ini.

Itu adalah bagian yang menyimpang dari cerita aslinya.

Namun, jika hanya itu satu-satunya perubahan, akan lebih masuk akal jika gangguan darinya terjadi lebih awal.

Apa lagi…? Ah, hal lain yang berubah adalah Yuuichi datang ke rumahku pada hari Sabtu kemarin agar Toujoin-san tidak menemukannya.

Tapi, Toujoin-san sudah mengetahui Yuuichi datang ke rumahku.

Uuu… Jangan-jangan?

Kalimat yang Yuuichi ucapkan saat Toujoin-san datang ke rumahku.

“Kalau pulang kemalaman, orang tuamu akan khawatir!”

Setelah mendengar kalimat itu, Toujoin-san mulai bertingkah aneh dan langsung pergi.

Yuuichi tidak berniat menyakitinya, sebenarnya, dia hanya mengkhawatirkan Toujoin-san, tapi baginya, itu mungkin berbeda.

Setelah ibunya meninggal, Toujoin-san merasa bahwa orang tuanya satu-satunya, ayahnya, tidak peduli padanya.

Kalimat itu mungkin menjadi ucapan yang menusuk baginya.

Mungkinkah itu sebabnya Kaori Toujoin tidak datang mengganggu mereka…?

Ini semua hanya spekulasiku, tapi itu mungkin saja terjadi.

Tidak, meskipun aku salah, satu hal yang pasti adalah Toujoin-san tidak mengganggu mereka seperti yang dia lakukan di cerita aslinya.

“Matahari sudah hampir terbenam.”

“Hm? Ah, ya, kamu benar.”

Lingkungan sekitar sudah cukup gelap, dan lampu di taman hiburan mulai menyala.

Aku tidak pernah menyangka akan memikirkan hal lain saat berkencan berdua dengan Sei-chan.

“…Sepertinya mereka berdua akan segera menuju ke tempat itu.”

“Eh? Tempat itu?”

“Apakah kamu tidak tahu? Taman hiburan ini memiliki area iluminasi yang sangat indah di malam hari. Ada takhayul yang mengatakan kalau mereka yang pergi ke sana bersama orang yang mereka cintai… akan bersama s-selamanya.”

“Oh… Sepertinya aku pernah mendengar hal seperti itu sebelumnya.”

Memang benar, dalam cerita aslinya, aku samar-samar ingat bahwa jika kamu berhasil menyatakan perasaanmu di area iluminasi di taman hiburan ini, kamu akan bersama selamanya.

Tentu saja, dalam cerita aslinya, Toujoin-san mengganggu pasangan itu, jadi Yuuichi, Fujise, dan Toujoin-san pergi ke sana bersama, dan akhirnya mengatakan sesuatu seperti, “Indahnya.”

Itu tidak membuatku terkesan, jadi aku melupakan bagian itu.

Namun… jika terus seperti ini, mereka berdua akan mengungkapkan perasaan mereka dan akhirnya pacaran.

Takhayul tentang tempat itu mungkin akan menjadi kenyataan juga.

Dengan kata lain… jika mereka mulai pacaran di sini, mereka berdua akan bersama selamanya.

“Oh… mereka berdua sedang menuju ke area iluminasi.”

Seperti yang Sei-chan katakan, mereka berdua berjalan ke arah tempat iluminasi yang indah.

Kalau terus begini, Yuuichi dan Fujise akan benar-benar pacaran.

Apakah Tojoin-san benar-benar tidak akan mengganggu mereka?

Kenapa…? Mungkinkah dia tidak menyukai Yuuichi di garis dunia yang aku masuki ini?

Tidak, itu tidak mungkin. Dia bahkan mengantar Yuuichi ke rumahku semalam dan menawarkan album foto telanjangnya pada Yuuichi.

Jadi kenapa? Huh…!?

Saat aku sedang berpikir begitu, aku melihat sekeliling untuk mencari tahu apakah Toujoin-san benar-benar tidak akan mengganggu mereka. Dan kemudian seseorang menarik perhatianku.

Itu adalah seorang lelaki tua yang mengenakan seragam kepala pelayan.

Meskipun dia sudah tua, dia lebih tinggi dariku dan postur tubuhnya tegap, serta memiliki janggut putih di wajahnya, memberikannya kesan yang bermartabat.

Bagaimana pun juga, dia tidak terlihat seperti orang biasa, yang bisa membuat seseorang berpikir bahwa dia mungkin saja pemilik taman hiburan ini.

Tapi, aku tahu siapa dia.

Pria tua berseragam kepala pelayan itu adalah seseorang yang bekerja untuk Toujoin-san.

Kalau tidak salah dia adalah kepala pelayan yang sering Toujoin-san panggil dengan sebutan “Kakek.”

Dia selalu menuruti keinginan egois Toujoin-san, dan dia memiliki penampilan pria tua yang berkelas dan keren.

Jika dia ada di sini, itu berarti Toujoin-san juga ada di sini.

Tapi kalau memang begitu, kenapa dia tidak mengganggu mereka?

…Mungkinkah dia masih memikirkan perkataan Yuuichi?

Topik tentang orang tuanya mungkin merupakan topik yang sangat sensitif bagi Toujoin-san saat ini.

Di masa mendatang, topik itu akan dibahas dan diselesaikan seperti dalam cerita aslinya tapi… untuk sekarang, itu seharusnya menjadi topik yang tabu baginya.

Fakta bahwa Yuuichi, orang yang paling dia cintai, mengungkit topik itu mungkin adalah hal yang paling mengganggunya.

Mungkinkah… Toujoin-san tidak akan mengganggu dan membiarkan keadaan tetap seperti ini?

Kalau begitu, apakah dia… harus terus hidup tanpa menyelesaikan masalahnya dengan ayahnya?

Dalam cerita aslinya, ada cerita dimana Yuichi menyelamatkannya.

Tapi, bukankah itu tidak akan pernah terjadi jika dia berpacaran dengan Fujise?

Jika itu terjadi, dia akan…

Aku melihat ke arah Yuuichi dan Fujise.

Suasana ceria mereka sebelumnya tampak memudar, dan kini digantikan oleh suasana tegang.

Mungkin karena mereka berdua sedang menuju ke area iluminasi dan berpikir untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Mungkin sulit menghentikan mereka sekarang.

Meski begitu…

“Hisamura, ayo kita pergi ke tempat iluminasi itu juga. A-Ada yang ingin kubicarakan denganmu di sana…”

“Sei-chan.”

“A-Apa?”

“Maaf, ada yang harus aku lakukan.”

“…Huh?”

Tanpa menunggu jawaban Sei-chan, aku pun mulai berlari.

Maafkan aku, Sei-chan.

Sei-chan mungkin ingin menghentikan Toujoin-san karena dia peduli pada Fujise.

Dia bahkan bertindak secara diam-diam agar Fujise tidak akan mengetahuinya.

Tapi aku… aku masih belum ingin mereka jadian.

Akan tiba saatnya Yuuichi harus memilih antara Fujise dan Toujoin-san.

Tapi jika terus seperti ini, Yuuichi akan memilih Fujise tanpa pernah memandang Toujoin-san sama sekali.

Itu sama sekali tidak boleh.

Selain itu… agak sulit mengatakannya pada Fujise dan Sei-chan, tapi…

Karakter favorit keduaku di “Ojojama” adalah Kaori Toujoin.

Sambil memikirkan hal itu, aku berlari dan berbicara pada lelaki tua berseragam kepala pelayan.

“Permisi! Bolehkah saya minta waktu Anda sebentar?”

“…Apa ada yang bisa saya bantu?”

Kepala pelayan tua itu menatapku dan dengan tenang menanyakan pertanyaan itu padaku.

Ini adalah pertama kalinya aku mendengar suara Kakek, tapi suaranya sangat berat dan keren.

“Tolong bawa saya menemui Toujoin-san.”

“…Siapa Anda bagi nona muda?” ucapnya, menatapku dengan sedikit waspada.

Aku sebenarnya bukanlah teman Toujoin-san.

Kalau begitu, satu-satunya hal yang bisa kukatakan adalah…

“Aku adalah sahabat dari orang yang Kaori Toujoin cintai.”

◇ ◇ ◇



Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Since I’ve Entered the World of Romantic Comedy Manga, I’ll Do My Best to Make the Heroine Who Doesn’t Stick With the Hero Happy, Rabu kome manga no sekai ni haitte shimattanode, shujinkō to kuttsukanai hiroin o zenryoku de shiawaseni suru
Score 9.7
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2022 Native Language: Jepang
Suatu hari aku tertabrak truk dan mendapati diriku menjadi sahabat dari protagonis dalam manga komedi romantis. Oh, ini mimpi, kan? Di depanku ada heroine yang kalah yang paling kusukai, Sei Shimada--Aku puas bisa menyatakan "Aku mencintaimu" padanya, tapi  aku tidak bisa bangun dari mimpi ini.....!??

Comment

Options

not work with dark mode
Reset