[LN] Isekai Romcom Volume 1 Chapter 3.3 Bahasa Indonesia

Kencan untuk Mengawasi Kencan? (Bagian 3)

Chapter 3: Kencan untuk Mengawasi Kencan?

3


Untuk saat ini, aku mempersilakan Yuuichi masuk ke rumah dan pindah ke kamarku.

Saat aku hendak memasuki kamarku di lantai dua, pintu kamar sebelah terbuka dan Rie keluar.

Onii-chan… apakah dia orang yang akan menginap hari ini?” kata Rie setelah dia melihat Yuuichi di belakangku.

“Benar. Yuuichi, ini adalah adikku yang imut dan menggemaskan, Rie.”

“…Onii-chan, jangan mengatakan hal yang memalukan seperti itu!”

“Haha, kalian berdua sepertinya dekat. Salam kenal, aku Yuuichi Shigemoto, teman Tsukasa. Senang bertemu denganmu.”

“Sama-sama, aku Rie.”

Yuuichi tersenyum ramah, sementara Rie tampak agak malu, sedikit mengalihkan pandangan saat Yuuichi menyapanya.

…Hmm? Tunggu sebentar.

Dalam cerita aslinya, Yuuichi dan Rie seharusnya baru bertemu nanti, kan?

Benar! Yuuichi dan Rie seharusnya tidak bertemu secepat ini…!

Mereka seharusnya memiliki pertemuan penuh takdir dengan cara lain… yah, bukan persis pertemuan penuh takdir sih, tapi mereka seharusnya bertemu dengan cara lain.

Oh tidak, karena aku mengundang Yuuichi ke rumahku, aku mengubah cerita aslinya lagi…!

“Tu-tunggu dulu, Yuuichi, Rie… Bisakah kalian berdua berpura-pura tidak bertemu satu sama lain di sini hari ini?”

“Hah? Apa maksudmu?”

Onii-chan, kamu bicara apa sih?”

“Ya, benar juga sih.”

Tentu saja hal itu tidak mungkin, dan waktu yang berlalu tidak akan pernah bisa diputar kembali.

Uwaa, apa yang harus aku lakukan?

Apakah ini tak masalah? Saat aku datang ke dunia ini, cerita aslinya telah berubah secara signifikan.

Terutama, tidak ada sesuatu kayak Tsukasa Hisamura yang menyatakan perasaannya pada Sei-chan, dan mungkin perkembangan seperti itu tidak akan pernah terjadi, tidak peduli seberapa banyak cerita aslinya akan berkembang.

Mulai sekarang, mau bagaimana lagi jika cerita aslinya berubah.

Aku yakin banyak hal telah berubah sejak kedatanganku.

“Yah, terserahlah. Akrablah sebaik-baiknya!”

“Kenapa kau bertingkah sok begitu? Maksudku, sulit berteman denganmu setiap kali kau bicara seperti itu.”

“…Onii-chan, apakah kamu bodoh?”

“Sahabat dan adikku sangat kejam padaku. Aku tidak masalah dengan adikku, tapi aku tidak akan membantu kencanmu besok.”

“Maafkan saya, tuan, apakah bahu Anda ingin dipijat?”

“Tolong, paket dua jam.”

“Itu terlalu lama, setidaknya jadikan tiga puluh menit saja.”

“…Bolehkah aku pergi ke ruang tamu?”

Saat aku dan Yuuichi sedang bercanda seperti itu, Rie bertanya sambil menatap kami dengan tatapan dingin.

“A-Ahh, tentu. Silakan.”

“Maaf mengganggu.”

“…Silakan anggap saja rumah sendiri,” kata Rie dan turun ke ruang tamu.

Kami memasuki kamarku dan mengobrol dengan santai.

“Adikmu, Rie-chan, itu imut, tapi sepertinya dia agak tidak ramah.”

“Sungguh tidak sopan. Jangan berani-beraninya kau mengejek adikku yang imut, kalau tidak aku akan menghajarmu.”

“Kau membuatku sedikit takut. Kau Siscon, ya?”

“Aku bukan siscon, tapi aku tidak akan pernah membiarkanmu memilikinya.”

“Kamu benar-benar terdengar seperti siscon bagiku.”

Seperti yang dikatakan Sei-chan, aku bukanlah siscon.

Tapi sungguh, apa jadinya jika Yuuichi dan Rie bertemu disini sekarang?

Bagaimana Rie akan terlibat dengan Yuuichi, jatuh cinta padanya, dan menjadi salah satu sub-heroine?

Mungkin sekarang Rie tidak akan jatuh cinta padanya, jadi dia tidak akan pernah menjadi heroine lagi.

Jika begitu, maka tak masalah. Ketika aku membaca manga, aku selalu hanya memikirkan Sei-chan dan berharap dia akan bahagia, tapi sekarang, Rie juga adikku, anggota keluargaku seutuhnya.

Akan sangat memilukan jika adik perempuan yang imut seperti itu jatuh cinta pada seseorang yang tidak akan bisa bersamanya.

“Ngomong-ngomong, soal besok. Tidak pernah dalam mimpi terliarku untuk berpikir bahwa kau entah bagaimana akan datang ke rumahku bersama Toujoin-san.”

“Aku minta maaf soal itu. Aku juga tidak pernah mengira akan ada limusin di depan rumahku.”

Itu karena menang tidak normal ada limusin di depan rumah.

“Jadi, rencana awalnya adalah kau akan pergi kencan besok dari rumahku agar Tojoin-san tidak bisa mengikutimu dan mengganggu kencanmu… tapi jika dia tahu kalau kau akan berangkat dari rumahku, ada kemungkinan besar bahwa dia akan dapat mengikutimu.”

“Apakah dia akan selalu mengikutiku? Jika dia bertindak sampai sejauh itu, bukankah kalau begini terus dia bisa jadi penguntit?”

“Ingatlah apa yang baru saja terjadi. Apakah menurutmu Tojoin-san kebetulan berada di depan rumahmu naik limusin saat kau keluar rumah?”

“…Ya. Dia sudah jadi penguntit ya.”

Daripada menyebutnya, uh… diperbolehkan melakukan itu karena dia adalah heroine manga, lebih tepatnya itu adalah tindakan yang diperbolehkan karena dia adalah putri dari Toujoin Group.

Dan meskipun Yuuichi merasa itu merepotkan, dia tidak benar-benar membencinya.

Tentu saja, dia tidak berniat untuk melaporkannya ke polisi.

“Itu sebabnya hampir bisa dipastikan dia akan mengikutimu ke lokasi kencan.”

“Yang benar saja… itu tidak bagus. Jika dia mengganggu, aku tidak akan bisa menembak Fujise.”

Ya, pria ini berencana mengakui perasaannya pada Fujise saat kencan besok.

Dan Fujise juga berencana untuk menyatakan cintanya pada Yuuichi di kencan yang sama.

Mereka benar-benar saling mencintai. Haah… Kuharap mereka meledak sajalah sana.

Aku juga ingin agar Sei-chan memiliki perasaan yang sama denganku… meski aku tidak tahu apakah itu mungkin, sih.

“Ngomong-ngomong, haruskah kita menghubungi Sei-cha… Maksudku, Shimada?”

“Hmm? Kanapa menghubunginya?”

“Untuk memberi tahunya kalau kau mengacau dan ada kemungkinan Toujoin-san akan mengikutimu ke lokasi kencan.”

“Maaf…”

Maksudku, yang benar sajalah, hampir semua kekacauan ini dimulai gara-gara kecerobohan orang ini.

Munculnya limusin di depan rumahnya itu memang tidak bisa dihindari, tapi ini sepenuhnya salahnya hingga membuat Toujoin-san menyadari hal itu saat dalam perjalanan ke sekolah.

…Yah, entah dia mengetahui menyadarinya atau tidak, kencan itu memang ditakdirkan untuk diganggu olehnya.

Tapi untuk saat ini, mari kita coba hancurkan takdir itu.

“Baiklah, pesan terkirim.”

Aku memberi tahu Sei-chan kalau Yuuichi telah mengacau dan Toujoin-san telah mengetahuinya.

Pesanku langsung dibaca, dan beberapa detik kemudian, aku menerima balasan.

“Apa yang dia lakukan sih, bodoh?

“Begitulah katanya.”

“Maaf…”

Yuuichi meminta maaf sambil duduk bersimpuh dan menundukkan kepalanya.

Karena dia meminta maaf seperti itu di depanku, Sei-chan tidak akan bisa merasakan ketulusannya sama sekali.

Yah, anggap saja Yuuichi meminta maaf.

“Untuk saat ini, aku tidak terlalu peduli meski kau berlutut.”

“Kau tidak peduli dengan harga diriku yang rapuh ya.”

“Aku tidak peduli dengan harga dirimu itu. Kita harus fokus pada kencan besok.”

“Ya, Harga diriku yang sedikit ini tidak penting sama sekali. Kita harus memikirkan kencan besok.”

Apa yang harus kami lakukan?

Sejujurnya… aku mulai berpikir tidak apa-apa bahkan jika kencannya diganggu.

Karena, bahkan dalam alur cerita aslinya pun, kencannya diganggu, dan pada titik ini, sulit untuk memikirkan rencana lain.

Selain itu, jika mereka berkencan tanpa diganggu dan salah satu dari mereka menyatakan cinta, mereka pasti akan pacaran.

Jika itu terjadi, seluruh alur cerita “Ojoujama” akan berubah total.

Aku merasa tidak enak pada Yuuichi dan Fujise, tapi menurutku, aku ingin Toujoin-san juga bahagia.

Jika mereka pacaran, Toujoin-san mungkin tidak akan terselamatkan.

Karena setelah ini, ada cerita di mana gadis itu akan diselamatkan.

Selama Yuuichi senang, aku tidak peduli mau dia pacaran dengan Fujise atau Toujoin-san.

Tidak masalah siapa yang dia pilih, selama itu membuat mereka bahagia.

Aku tahu Fujise adalah gadis yang baik dan manis, tapi aku juga tahu bahwa Tojoin-san adalah gadis cantik yang sangat mencintai Yuuichi.

Itulah sebabnya aku tidak ingin memihak antara Fujise dan Toujoin-san.

Aku ingin Yuuichi membuat pilihannya sendiri setelah dia mengenal mereka berdua dengan baik.

Tapi seperti sekarang ini, Toujoin-san tampak seperti orang jahat yang menghalangi mereka berdua.

Itu tidak benar; dia punya alasannya sendiri untuk menghalangi mereka.

Namun, Yuuichi tidak mengetahuinya; dia hanya melihatnya sebagai teman masa kecil yang menghalangi dirinya mendapatkan pacar.

Jika situasi ini terus berlanjut, Yuuichi akan pacaran dengan Fujise tanpa sama sekali melihat atau pun tahu bagaimana perasaan Toujoin-san yang sebenarnya.

Sebagai pembaca dan penggemar, aku ingin mencegah hal itu terjadi.

Jika, Yuuichi tidak memperhatikan Tojoin-san dengan baik, ceritanya tidak akan pernah dimulai dengan tepat.

Namun, melihat betapa seriusnya Yuuichi memikirkan untuk mengakui perasaannya pada Fujise, aku juga ingin mendukung keputusannya itu.

Perasaan ini bukan hanya sebagai pembaca atau penggemar, tapi perasaan tulusku sebagai sahabat Yuuichi.

“Untuk saat ini, aku akan mencoba mencari cara untuk memastikan bahwa dia tidak akan menghalangimu sebisaku.”

“Aah, itu cukup bagus. Makasih.”

Idealnya adalah… Benar juga sih.

Kami bisa mencoba untuk melakukan segala macam tindakan pencegahan, tapi mungkin tidak ada gunanya karena itu adalah Toujoin-san.

“Kita akan memutuskannya setelah berdiskusi dengan Shimada tentang hal itu juga.”

“Ya, ngomong-ngomong, aku punya ide bagus.”

“Oh? Jarang sekali kamu bisa dapat ide bagus, Yuuichi.”

Fiuh, jika kau meremehkanku, kau akan terbakar.”

“Apa kau sepanas itu hingga lidahku akan terbakar? Memangnya suhu tubuhmu lebih dari 100 derajat?”

TLN: Ini adalah permainan kata karena nameru sugiru bisa berarti “Menjilat” atau “Meremehkan”.

“Oi, aku tidak mendidih. Nah, dengarkan saja.”

“Kalau begitu, mari kita dengarkan.”

“Kau tahu kalau aku dan Fujise akan kencan besok, kan? Jadi di situlah kau masuk.”

“Kau ingin aku datang sendiri? Kenapa pula aku harus pergi ke taman hiburan sendirian?”

Besok, Yuuichi dan Fujise akan berkencan di taman hiburan.

“Karena itulah kita akan mengajak Shimada juga, jadi kalian berdua bisa–”

“Setuju.”

“Wow, keputusan yang cepat!”

Oh tidak, aku langsung setuju karena sepertinya aku dan Sei-chan akan pergi ke taman hiburan bersama.

“Jangan-jangan, kamu…”

Uh…”

Seperti yang diharapkan, bahkan Yuichi yang tidak peka pun akan dapat menyadari reaksiku barusan.

Yah, mau bagaimana lagi, karena dia adalah sahabatku, maka…

“Apa kau sebegitunya ingin pergi ke sana? Wajar saja sih! Karena aku sendiri pun ingin pergi ke taman hiburan!”

“Aku sangat senang karena kau idiot.”

“Aku tidak idiot. Kenapa kau bilang begitu!? Tidak ada salahnya jika anak SMA ingin pergi ke taman hiburan, kan?”

Maksudku bukan itu saat bilang dia bodoh, tapi ya sudahlah.

Kupikir, normal bagi anak SMA untuk pergi ke taman hiburan.

Yah, dia lucu karena dia seperti ini.

“Tapi, kenapa aku dan Shimada harus ikut ke kencan kalian?”

“Kalian berdua akan ikut, lalu menjagaku dan Fujise, jadi, jika Kaori muncul untuk mengganggu kami, kalian akan menghentikannya! Itulah rencananya!”

“Sepertinya kita hanya akan berimprovisasi kalau seperti itu. Selain itu, itu akan terlalu membebaniku dan Shimada.”

“Aku benar-benar minta maaf soal itu. Tapi aku tidak bisa menemukan ide yang lebih baik dari ini.”

“…Memang sih.”

Nyatanya, begitu dia mengetahui lokasi kencannya, Toujoin-san dapat dengan mudah merusak strategi apapun yang kami buat.

Aku merasa seperti, berapa banyak pun kami mencoba untuk merencanakan ini, itu akan sia-sia.

Jika begitu, akan lebih baik bagiku dan Sei-chan untuk langsung pergi ke tempat di mana kencan itu akan berlangsung dan mengawasi sekeliling kami.

Tapi itu benar-benar rencana yang gila, dan akan sangat merepotkan untukku dan Sei-chan.

“Apakah kamu benar-benar berencana untuk meminta Shimada melakukan hal yang merepotkan seperti itu?”

“…A-Apakah itu ide yang buruk? Shimada adalah orang yang baik, jadi kupikir dia mungkin akan mau melakukannya.”

“Kupikir dia mau melakukannya, tapi sesuatu kayak ‘Tolong lindungi aku sepanjang kencanku’ itu terdengar terlalu arogan.”

Ukh… Ketika kamu mengatakannya seperti itu, kurasa kamu ada benarnya…”

Meskipun Yuuichi mungkin bisa mengandalkanku sebagai sahabatnya, tidak realistis mengharapkan Sei-chan menangani permintaan itu.

Tapi itu juga benar bahwa tidak ada strategi lain yang bisa kami gunakan.

“Hm? Aku mendapat RINE dari Shimada… Yang benar saja, gadis itu…”

“Apa balasannya?”

“Sudah kuduga kalau Shimada adalah gadis yang baik.”

Aku menyerahkan ponselku dan menunjukkan kepadanya pesan yang aku terima dari Sei-chan.

Aku sudah memikirkan cara untuk menghentikan Tojoin, tapi satu-satunya cara yang dapat kupikirkan adalah pergi ke tempat di mana Shiho dan Shigemoto akan berkencan besok dan menghentikan Tojoin setiap kali dia muncul. Jadi, skenario terburuknya, aku sendiri yang akan mengawasi kencan Shiho dan Shigemoto Apakah Shigemoto tak masalah dengan itu? Tolong tanyakan itu padanya.

Kuu… Shimada orang yang terlalu baik.”

Yuuichi memegang ponselku dan mengangkatnya saat dia duduk bersimpuh, seolah dia melakukan persembahan.

Yah, melihat pesannya barusan, aku bisa mengerti kenapa dia ingin melakukan itu.

Aku tidak menyangka Sei-chan akan mengusulkan strategi yang sama persis dengan yang Yuuichi sebutkan.

Bagaimana pun juga, Sei-chan adalah gadis yang sangat baik, yang peduli pada temannya.

Haa, Shimada benar-benar orang yang baik… Hmm? Eh, Ah…!”

“Ada apa? Kembalikan ponselku sekarang.”

“…Uh, maaf. Kupikir jariku tidak sengaja menyentuh layar ketika aku melakukan pose persambahan sebelumnya, dan akhirnya aku menggulir pesannya ke atas pada riwayat chat-mu dengan Shimada…”

“…AH!”

Jika dia menggesernya ke atas, dia mungkin dapat melihat percakapanku dengan Sei-chan kemarin.

Dan kemarin itu maksudku hari dimana aku menyatakan perasaanku padanya…

“Apakah kamu menyukai Shimada…?”

“…Memangnya salah, ya?”

“Tidak, tidak salah sih, tapi… eh, serius?”

“Ya, serius. Sekarang, kembalikan ponselku.”

Yuuichi, yang mengembalikan ponsel padaku, benar-benar kaget.

“Maksudku, eh, kau sudah menembaknya?”

“…Aah, iya. Aku melakukannya karena sedikit terbawa suasana.”

“Beneran? Eh? T-Tunggu, aku kesulitan memahami situasi yang tiba-tiba ini.”

Melihat Yuuichi dalam keadaan bingung, aku menghela nafas berat.

Aku tidak mengira dia akan mengetahuinya seperti ini.

Nah, ini kesempatan yang bagus untuk memberitahukannya.

“Sederhana saja. Aku sebenarnya menyukai Shimada, dan aku sudah menyatakan cintaku padanya.”

“Benarkah…? eh, jadi kalian berdua pacaran?”

“Tidak… Kami tidak pacaran.”

“Huh? Jadi kau ditolak?”

“Tidak, aku juga tidak ditolak. Jawabannya masih gantung.”

Masih gantung sih, tapi… entah kapan aku akan dapat jawabannya.

“Yah kalau gantung berarti masih ada kesempatan, kan? Mengingat sifat Shimada, kalau dia tidak punya perasaan apa-apa, dia mungkin akan langsung menolakmu di tempat.”

“Hmm, entahlah. Yah, jika dipikirkan dengan positif, mungkin begitu.”

“Ya, aku yakin begitu. Waah, aku tidak pernah menyangka kalau kamu menyukai Shimada… Menurutku kalian akan menjadi pasangan yang cocok.”

“Haha, makasih.”

Aku yakin dia sungguh-sungguh saat mengatakan itu, karena dia bukanlah orang yang bermuka dua.

Tapi, Sei-chan jatuh cinta pada orang ini dalam cerita aslinya… Kuh, dasar sialan kau, protagonis.

“Tapi aku akan membencimu jika dia memilih untuk menolakku.”

“Kenapa begitu!? Aku kan tidak ada hubungannya!”

“Aku bercanda.”

Yah, itu benar-benar lelucon. Melakukan hal seperti itu hanya akan menyimpan dendam pada orang yang salah.

Aku mungkin akan merasa sedikit kesal, tapi itu tidak akan pernah sampai membuatku benar-benar membencinya.

“Tapi Tsukasa, kamu sudah menembaknya, kan? Hei, aku juga akan menyatakan cintaku besok, jadi beritahu aku.”

“Apanya?”

“Bagaimana kata-katamu saat menembaknya. Hal-hal semacam itu.”

“Tentu saja aku tidak mau. Ini seperti permainan hukuman bagiku.”

“Ayolah! Aku tidak akan memberi tahu siapa pun! Aku hanya ingin menggunakannya sebagai referensi untuk besok!”

Tidak, jika itu Yuuichi, dia bisa sekedar bilang, “Aku menyukaimu, tolong pacaranlah denganku,” dan Fujise pasti akan menerimanya.

Jadi menurutku dia tidak benar-benar membutuhkan contoh dariku… Tapi mana mungkin aku bisa bilang begitu padanya.

“Haa, ini sangat memalukan, jadi aku akan memberi tahumu garis besarnya saja.”

“Oh! Seperti yang diharapkan dari Tsukasa! Kamu sangat murah hati!”

“Berhentilah mengatakan hal menjijikkan seperti itu…”

Jadi, aku secara singkat memberi tahu Yuuichi tentang saat aku menembak Sei-chan.

Itu memalukan, jadi aku tidak menjelaskannya secara rinci dan hanya memberikan gambaran kasar tentang apa yang aku katakan.

Karena Yuuichi ingin mendengarnya sebagai referensi untuk pengakuan cintanya besok, jadi menurutku hanya itu yang perlu dia ketahui.

Dan setelah penjelasan singkat, kesan pertama Yuuichi adalah…

“Bukankah itu lamaran pernikahan?”

“HAH?!”

Reaksinya tidak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranku.

“K-Kok bisa itu jadi lamaran?”

“Tidak, malah sebaliknya, memangnya apa lagi itu selain lamaran? ‘Aku menyukaimu, tolong pacaranlah denganku’ mungkin merupakan pengakuan cinta yang normal, tapi ‘Aku akan membuatmu bahagia,’ terdengar seperti lamaran bagiku.”

Kuu…!”

M-Memang benar kalau kata-kata itu saja terdengar seperti lamaran, tapi…!

“Hei, aku tidak bilang padanya untuk menikahlah denganku, jadi itu seharusnya masih aman…!”

“Hmm, ya, nyaris aman sih…?”

Ya, kurasa itu benar-benar nyaris.

“Eh? Jadi, apakah itu berarti Tsukasa sangat menyukai Shimada hingga kau ingin menikahinya?”

“Jika aku menikah dengan Sei-chan, aku akan mati, sungguh.”

“Apa kau sebegitunya menyukainya?”

Tentu saja, lagian dia adalah Sei-chan.

Di duniaku sebelumnya, aku menghabiskan semua jam diluar waktu sekolahku untuk bekerja paruh waktu, serta mencurahkan hampir seluruh waktu dan uangku untuk Sei-chan.

Sekedar bisa menghirup udara yang sama di dunia yang sama dengan Sei-chan, orang yang sangat aku cintai saja sudah merupakan kebahagiaan yang teramat sangat bagiku…

Bukan berarti aku begitu bahagia sampai rela mati jika kami bersama dan menikah.

Itu lebih seperti aku akan diliputi oleh kebahagiaan sehingga aku akan mati, dan penyebab kematianku adalah karena diliputi oleh kegembiraan.

“Aku tidak pernah mengira kalau kamu sangat menyukai Shimada. Kau bahkan memanggilnya ‘Sei-chan.’”

“Oh, aku keceplosan.”

“Tidak, aku sudah mengetahuinya saat aku melihat tulisan ‘Sei-chan di riwayat chat RINE-mu.”

Kalau diingat-ingat lagi, kupikir aku memang memanggilnya Sei-chan saat kami chatting-an semalam karena kupikir aku masih di dalam mimpi.

…Meskipun terkadang secara refleks, seperti barusan, aku keceplosan memanggilnya Sei-chan karena kebiasaanku memanggilnya seperti itu di duniaku sebelumnya.

“Ah, ngomong-ngomong tentang RINE, aku belum membalas pesannya.”

Aku barusan menunjukkan pesan dari Sei-chan kepada orang ini dan lupa membalasnya.

“Benar juga sih. Maksudku, apakah Shimada benar-benar akan datang ke tempat kencan? Jika memang begitu, aku akan sangat menghargainya, tapi…”

“Baiklah, mari kita tanyakan dulu padanya soal itu.”

Baiklah, pesan yang akan aku kirim adalah…

“Shigemoto bilang dia akan berterima kasih jika kamu mau melakukannya, tapi bukankah itu akan sangat membebanimu, Sei-chan?”

Oke, kirim.

Pesan itu segera dibaca, dan dalam hitungan detik, sebuah balasan datang.

“Tidak juga, karena ini demi Shiho. Tapi, tolong rahasiakan ini dari Shiho. Aku tidak memberi tahu dia kalau Tojoin mungkin akan datang dan mengganggunya. Aku tidak ingin dia terlalu khawatir di hari kencan yang seharusnya indah.”

“Sungguh gadis yang baik…! Aku sangat menyukainya…!”

“Kau bahkan tidak lagi menyembunyikan perasaanmu pada Shimada sekarang, ya…?”

Yuuichi mengatakan sesuatu, tapi aku tidak mendengarnya.

Sei-chan berencana menanggung beban untuk membuat kencan Fujise dan Yuuichi sukses, tanpa memberi tahu Fujise soal hal itu sampai akhir.

Meski sedetik pun, dia tidak pernah berharap ingin mendapatkan rasa terima kasih dari Fujise.

Dia hanya berharap cinta sahabatnya dapat terwujud.

Dibandingkan dengan perasaan Sei-chan terhadap Fujise, aku benar-benar orang yang tidak baik ya.

Saat Yuuichi menyarankan hal itu, aku bahkan bilang kalau, “Bukankah itu terlalu merepotkan?”

Tapi, Sei-chan menyarankannya sendiri dan bahkan berusaha menyembunyikannya dari Fujise.

Dia sangat mengagumkan dan keren. Aku menyukainya.

“Haa, kurasa aku juga harus melakukan yang terbaik untukmu.”

“Eh, kalau begitu…!”

“Aku juga akan melakukannya, untuk melindungi kencanmu dan Fujise.”

“Oh! Kamu yang terbaik, Tsukasa, sa~ha~bat se~ja~ti~ku~!”

“Kau bertingkah seperti anak kecil yang menyanyikan lagu jelek di tanah kosong.”

“Haha, kalau aku harus bilang sendiri, aku cukup pandai menyanyi, lho!”

“Aku tahu.”

Aku telah mendengarkan CD drama “Ojojama” di duniaku sebelumnya, dan dia mendapatkan pengisi suara yang keren.

Sejak datang ke dunia ini, kami belum pergi ke karaoke bersama, jadi aku belum sempat mendengar suara nyanyiannya yang luar biasa.

“Jika kita berhasil melewati ini, karaoke kau yang traktir.”

“Tentu saja, setidaknya aku akan melakukan itu.”

“Aku akan memilih paket termahal yang ada.”

“Tolong jangan lakukan itu.”

Sambil bercanda begitu, aku mengirim pesan lain ke Sei-chan.

“Aku tidak bisa membiarkan Sei-chan pergi sendirian, jadi aku juga akan ikut denganmu untuk melindungi kencan Yuuichi dan Fujise. Mari kita lakukan yang terbaik bersama-sama.”

Kirim…

“Aku dan Fujise memiliki teman yang sangat baik.”

“Itu benar. Kau bisa berterima kasih padaku dan Sei-cha… Shimada untuk itu.”

“Tentu saja. Selain itu, kau bisa memanggilnya Sei-chan di depanku jika kau mau. Lagian, aku juga sudah tahu kok.”

“Shimada bilang aku boleh memanggilnya seperti itu saat kami sedang berdua saja. Jadi, aku benar-benar tidak akan melakukannya di depan orang lain.”

“…Eh, apakah kau barusan memamerkan itu?”

“A-Aku tidak pamer!”

“Tidak, itu jelas-jelas pamer… Tapi, ngomong-ngomong, kurasa, kalian juga akan berkencan besok, ya?”

“Eh…? Ah, B-Begitukah?”

“Apakah kamu baru menyadarinya sekarang?”

Y-Ya, benar juga. Jika kami akan melindungi kencan Fujise dan Yuuichi bersama, maka itu berarti Sei-chan dan aku juga akan berduaan saja…!

Ya ampun, pesan yang baru saja kukirim padanya, jika dipikirkan baik-baik, memang terlihat seperti ajakan berkencan!

Aku sama sekali tidak sadar, tapi sekarang aku tiba-tiba menjadi gugup.

Bagaimana jika dia menolakku…?

Aku memeriksa layar obrolan dan mengetahui bahwa Sei-chan sudah membaca pesan yang aku kirim sebelumnya.

D-Dia masih belum menjawab… Aku takut.

“K-Karenamu, aku tiba-tiba merasa sangat gugup…”

“Ayolah, lagian kamu bisa dibilang sudah melamarnya, kan? Jadi, ini bukan masalah besar, kok.”

“Itu bukan lamaran!”

Aku memang menembaknya, tapi sebagian besar alasan kenapa pengakuan cinta yang aku ucapkan hari itu agak tidak tahu malu karena kupikir aku sedang bermimpi.

Bahkan pesan yang baru saja dilihat Yuuichi dalam riwayat obrolan pun pesan yang kukirim akibat adrenalin mimpi yang sama.

Namun, semua yang aku katakan adalah perasaanku yang sesungguhnya.

Aku benar-benar ingin membuat Sei-chan, yang pada dasarnya telah dipastikan sebagai heroine yang kalah dalam cerita, menjadi bahagia.

Aku tidak akan membiarkannya berakhir dalam kesedihan.

…Itulah yang kupikirkan, tapi aku akan sangat sedih jika dia menolakku.

–Ping-Pong, terdengar suara khas dari ponselku.

Aku menerima balasan! Layar pesannya menunjukkan…

“Kamu juga akan ikut, Hisamura? Aku merasa lebih tenang jika ada kamu juga di sana. Aku mengandalkanmu.

“Woaaah!!”

“Whoa! Jangan berteriak tiba-tiba begitu, astaga…!”

Ketika aku melihat bahwa aku diterima, aku refleks berteriak keras.

Syukurlah, aku tidak ditolak olehnya…

Tunggu, apakah itu berarti aku akan berkencan dengan Sei-chan besok…?

Yah, secara teknis kami berdua akan bersama, tapi tujuannya adalah untuk melindungi kencan Yuuichi dan Fujise, serta mencegah Toujoin-san mengganggu mereka.

Aku tidak boleh salah mengartikan maksud dari tujuannya.

“Aku dan Shimada, kami berdua akan berkencan!”

“Yah, secara teknis itu benar, tapi kalian akan berada di sana untuk melindungi kencan kami, kan?”

“Tentu saja! Baiklah, sekarang apa yang harus kupakai besok, ya…?”

“Kau benar-benar mengerti tidak sih…?”

Mungkin karena semangatku yang tinggi, Yuuichi tampak khawatir.

Yah, meski begitu, aku sangat menantikan besok.

◇ ◇ ◇



Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Isekai Romcom Bahasa Indonesia [LN]

Since I’ve Entered the World of Romantic Comedy Manga, I’ll Do My Best to Make the Heroine Who Doesn’t Stick With the Hero Happy, Rabu kome manga no sekai ni haitte shimattanode, shujinkō to kuttsukanai hiroin o zenryoku de shiawaseni suru
Score 9.7
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2022 Native Language: Jepang
Suatu hari aku tertabrak truk dan mendapati diriku menjadi sahabat dari protagonis dalam manga komedi romantis. Oh, ini mimpi, kan? Di depanku ada heroine yang kalah yang paling kusukai, Sei Shimada--Aku puas bisa menyatakan "Aku mencintaimu" padanya, tapi  aku tidak bisa bangun dari mimpi ini.....!??

Comment

Options

not work with dark mode
Reset