Chapter 80: Perjalanan Ski (Hari Pertama) – Di Penginapan
[Memperingati rilisnya volume kedua]
Akhirnya besok, Rabu 1 Juni.
Volume 2 dari ‘Kanoneto’ sudah terbit sekarang!
Saya berharap sebanyak mungkin orang akan membacanya.
Cerita ini merupakan kelanjutan dari versi Kakuyomu.
Harap dicatat bahwa cerita ini memiliki pengembangan yang berbeda dari versi cetak (LN).
(Anggap saja ini sebagai dunia paralel dari versi cetak.)
*******************************************
Sekitar pukul 16:30, Aku dan Meika-chan kembali ke penginapan.
“Sampai jumpa lagi, Meika-chan.”
Aku berkata begitu saat kami akan berpisah di lobi.
Hal ini karena lantai kamar laki-laki dan perempuan dipisahkan, laki-laki tinggal di lantai satu dan perempuan di lantai dua.
“Aku hanya bisa bersama dengan Yuu-san hari ini, kan…?”
Meika-chan terlihat sedikit sedih saat mengatakan itu.
“Tidak juga, kamu selalu bisa berbicara denganku seperti biasanya kapan saja.”
Aku menjawab begitu, namun Meika-chan menggelengkan kepalanya.
“Tidak apa. Aku sudah berjanji pada En-chan bahwa kami akan bergiliran bersama Yuu-san selama sehari dan tidak akan saling mengganggu saat itu. Dan aku juga mengatakan itu pada Touko-san.”
…Kalau begitu, itu berarti satu-satunya waktu aku bisa berduaan dengan Touko-san adalah pada hari ketiga…
Saat aku terjebak sejenak dalam pikiran seperti itu, Meika-chan menundukkan kepalanya dengan kuat.
“Aku bersenang-senang hari ini. Terima kasih.”
Dia pun berlari menaiki tangga seolah ingin melarikan diri.
…Ini… terasa seperti aku sudah melakukan kesalahan…
Sembari berpikir begitu, aku pun kembali ke kamarku.
Kamarnya kosong. Hanya ada dua buah koper tergeletak di pintu masuk.
Ruangan ini adalah double room aku dan Ishida.
Singkat cerita, aku melepaskan pakaian ski-ku dan berganti ke jersey, lalu berbaring di tempat tidur.
Aku berencana akan pergi mandi bersama Ishida… tapi dia masih belum kembali.
Dia pasti masih bersama Ayaka-san dan Yuri-san.
Kurasa mereka bertiga mungkin masih bermain ski bersama.
Mungkin dia tidak akan kembali sampai tepat sebelum makan malam.
Tapi, aku sendiri ingin mandi dan menyegarkan diri sebelum makan malam.
“Kurasa aku tidak perlu menunggu Ishida.”
Aku bergumam sendiri dan mengangkat tubuh bagian atasku.
Jika aku berbaring di tempat tidur seperti ini, aku hanya akan tertidur.
“Ayo mandi sajalah.”
Aku pun mengambil handuk dan pakaian dalam dari tasku dan menuju pemandian umum.
Ketika aku memasuki pemandian umum, sudah ada beberapa orang di sana.
Tampaknya mereka sebentar lagi akan selesai.
Aku pun melepaskan pakaian dan masuk ke kamar mandi. Kamar mandinya cukup luas.
Satu orang berada di area bilas, satu orangnya lagi di bak mandi air panas.
Orang yang berada di bak mandi adalah Nakazaki-san.
Ketika aku selesai membilas diri dan hendak berendam di bak, Nakazaki-san menyadari keberadaanku.
“Yo, ada Isshiki ternyata.”
“Kamu mandi lebih awal juga ya, Nakazaki-san.”
Sembari mengatakan itu, aku masuk ke bak air panas, sejauh sekitar satu meter dari Nakazaki-san.
Air panas memang terasa enak saat meresap ke dalam tubuh yang kurang tidur dan lelah sehabis berolahraga.
“Aah, aku terjaga semalaman di bus kemarin karena aku tidak bisa tidur.”
“Maaf karena aku terlalu berisik.”
Ketika aku mengatakan itu, Nakazaki-san mengayunkan tangannya.
“Tidak kok, aku memang selalu kesulitan tidur di bus.”
Dia lalu mengusap wajahnya dengan lembut.
“Terlebih lagi, yang paling berisik bukanlah Isshiki, melainkan mahasiswa tahun kedua. Mereka tampak sangat bersemangat pada fakta bahwa ada gadis SMA yang akan ikut berpartisipasi.”
Aku tersenyum pahit.
Namun, aku merasa lega mendengar Nakazaki-san berkata demikian.
“Meski begitu, Isshiki, kamu juga hebat. Bukan hanya kamu menaklukkan Touko-san, kamu bahkan dikejar oleh dua gadis cantik.”
Aku mau tidak mau hanya diam dalam menanggapi perkataan itu.
Memang, aku sudah menjalin hubungan dengan Touko-san sejak ‘Hari-X’ saat aku membalas dendam pada dua tukang selingkuh itu.
Tampak luar, aku dan Touko-san menghabiskan malam bersama di hotel hari itu.
Tapi nyatanya, kami hanya di hotel bersama sampai tanggal berganti, kami tidak melakukan apa-apa, bahkan tidak berpegangan tangan.
Bahkan ciuman pertama kami pun baru terjadi sebulan kemudian semenjak hari itu.
“Tidak, aku tidak memiliki perasaan apa-apa dengan mereka berdua…”
“Adik Ishida, Meika-chan, adalah gadis yang cukup cantik, dan adik Touko-san, Honoka-san, tidak kalah cantik dari kakaknya.”
Nakazaki-san terus berbicara seolah-olah dia tidak mendengar apa yang aku katakan.
“Beberapa orang bahkan sudah membicarakan Isshiki sebagai ‘Kamokura kedua’ atau semacamnya.”
Mendengar itu membuatku merasa murung.
Aku tidak ingin disamakan dengan orang itu.
Nakazaki-san pasti menyadari ekspresiku, karena dia langsung berkata dengan penuh semangat.
“Yah, jangan terlalu dipikirkan. Kamu tidak seperti Kamokura. Aku tahu betul. Mereka tidak serius saat mengatakan itu. Mereka hanya iri.”
Setelah mengatakan itu, dia berdiri dan meninggalkan pemandian.
Setelah beberapa saat sejak kembali ke kamar, Ishida pun kembali.
Selain Ayaka-san dan Yuri-san, dia juga bermain ski dengan seorang gadis dari universitas wanita.
Dan Ishida pun juga cukup menikmatinya.
Itu tak masalah sih, tapi…
“Bukankah kamu agak sedikit kelewatan meninggalkan aku dan Meika-chan berduaan?”
Ketika aku mengeluh begitu…
“Maaf, maaf. Tapi sebelum datang ke sini, Meika memintaku untuk memberikannya kesempatan berbicara santai denganmu, Yuu.”
Dia menjawab seperti itu, seolah-olah dia tidak merasa bersalah sama sekali.
“Tapi, bahkan aku pun merasa malu ketika aku hanya berdua dengan Meika-chan, atau lebih tepatnya aku khawatir dengan pandangan orang-orang sekitar…”
“Ayaka-san dan Yuri-san juga berkata kalau aku harus membiarkan Meika-chan berduaan dengan Isshiki. Setelah mereka berbicara dengan Meika di lift, tampaknya mereka memutuskan untuk melakukan itu.”
“Sudah kuduga begitu.”
“Selain itu Yuu, yang kamu khawatirkan bukanlah ‘pandangan orang sekitar’, tapi ‘pandangan Touko-senpai’, kan?”
Aku memelototi Ishida. Itu memang menyebalkan, tapi dia tepat sasaran.
“Tidak apa-apa, kan. Lagian itu adalah perintah langsung dari Touko-senpai. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Daridapa itu, ayo makan. Aku kelaparan nih.” kata Ishida dan berdiri.
Setibanya di kantin, hampir setengah kursi sudah terisi.
Aku melihat sekeliling.
Itu dia, Touko-san.
Dia berada di meja yang sama dengan Kazumi-san, Mina-san, Manami-san, Ayaka-san dan Yuri-san.
Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan.
“Ishida, ayo ke meja itu.”
Aku mendesak Ishida untuk melihat meja ‘yang ada Touko-san’.
Karena kantin ini bergaya prasmanan, kami pun mengambil nampan dan menyajikan hidangan pilihan kami sendiri, yang kemudian kami bawa ke meja mereka.
“Umm, bolehkah kami duduk di sini?” sapaku ke meja tempat Touko-san berada.
“Ah, Isshiki-kun. Kami sudah menunggumu.”
Kazumi-san menjawab begitu dan menunjuk ke kursi di sebelah Touko-san.
Aku duduk di sana dan Ishida duduk di sisi lain.
Keenamnya sudah hampir menghabiskan makanan mereka.
Touko-san tersenyum saat dia melihat wajahku.
“Bagaimana ski-nya? Apakah kamu menikmatinya?”
“Ya, kurang lebih aku menikmatinya.”
Saat aku menjawab itu, aku menambahkan “tapi…” dalam pikiranku.
“Bagaimana dengan Meika-san? Apakah dia menikmati perjalanan ski perkumpulan ini?”
“Ya, kurasa dia mungkin menikmatinya.”
Kemudian Ayaka-san, yang duduk diagonal di depanku, menyela dengan penuh semangat.
“Tenang, tenang! Karena kami sudah memastikan untuk menyediakan waktu buat Isshiki-kun dan Meika-chan berduaan. Kupikir Meika-chan juga puas!”
Tapi ketika Kazumi-san mendengar hal ini, dia tampak menatapku tajam untuk sesaat.
“Syukurlah kalau begitu.”
Setelah mengatakan itu, Touko-san meminum teh yang tersisa di gelasnya.
“Kamu seharusnya akan bersama Honoka besok, kan? Maaf, tapi tolong jaga dia juga.”
Setelah mengatakan itu, Touko-san pun berdiri dengan membawa nampannya.
“U-Umm, Touko-san!”
Aku memanggilnya tanpa sadar.
“Apa?”
Dengan senyum di wajahnya, Touko-san menoleh ke belakang.
“Besok lusa… Di hari ketiga, kamu akan bersamaku, kan, Touko-san?”
Tanpa sadar, aku mengucapkan kalimat permohonan seperti itu.
“Benar. Mereka bilang mereka akan bergiliran selama sehari. Tapi, Isshiki-kun…”
Dia menghentikan kalimatnya sejenak.
“Kali ini, Meika-san dan Honoka diundang karena masalah kita, kan? Jadi, tolong prioritaskanlah mereka terlebih dahulu.”
Setelah mengatakan itu, dia bergegas menuju ke tempat peletakkan peralatan makan kotor, seolah-olah menyiratkan, “pembicaraan sudah berakhir.”
…Touko-san, kamu bahkan belum berbicara banyak denganku hari ini…
Pikirku begitu, sembari menatap sosoknya yang pergi.
Dan tanpa kusadari juga, Ishida menatapku dengan kasihan.