[LN] Yuujin-chara no Ore ga Motemakuru Wakenaidarou? Volume 3 Chapter 1 Bahasa Indonesia

Chapter Satu: Benar-Benar Mana Mungkin Karakter Sampingan Sepertiku Bisa Menjadi Populer, kan?

Hidupku sejauh ini bukanlah yang terbaik. Kurasa itu karena tampangku terlihat seperti terus-terusan haus akan darah. Dan ditambah dengan kemampuan sosialku yang kurang baik, yang berarti orang-orang selalu menghindariku seperti aku ini adalah wabah. Karena itulah, sangat jarang menemukan seseorang yang benar-benar berani mendekatiku.

Bahkan teman pertama yang pernah kumiliki saat aku masih kecil pun berakhir menghilang dari hidupku tanpa jejak. Hal semacam itu terus terjadi begitu lama sehingga, pada titik tertentu dalam hidupku, aku sudah agak menyerah untuk berteman.

Tapi hei, setidaknya semuanya sudah berbeda sekarang.

Sejak aku masuk SMA, aku berteman dengan Haruma Ike— protagonis sebenarnya dari cerita ini. Maksudku, pria itu pada dasarnya seperti dewa. Dia tampan, atletis, dan sangat ramah. Tidak heran dia adalah pria paling populer di sekolah. Dan sejak aku menjadi temannya, hidupku berubah 180 derajat. Segalanya akhirnya mulai terlihat membaik.

Aku juga jadi mengenal adik perempuan Ike, Touka, yang mengalami sedikit rasa rendah diri selama bertahun-tahun karena kesuksesan kakaknya. Tapi, bisakah kita menyalahkannya? Aku juga akan sangat menderita jika saudara laki-lakiku adalah orang yang luar biasa di hampir segala hal yang dia lakukan.

Hubungan kami dimulai dari awal yang sulit, sebagian besar karena kami berpura-pura jadian untuk menjauhkan semua pria di sekolah darinya. Namun, seiring berjalannya waktu, aku percaya bahwa hubungan kami telah cukup dalam untuk dapat dikatakan bahwa kami sekarang adalah teman yang sangat dekat. Paling tidak, aku menganggap Touka sebagai orang yang bisa aku percayai.

Dan juga, ingat teman pertama yang kusebutkan sebelumnya? Orang yang telah menghilang dari hidupku? Ya. Namanya Natsuo, dan ternyata dia tidak pernah benar-benar menghilang sama sekali! Ternyata, dia sebenarnya adalah seorang wanita, dan namanya Kana Hasaki.

Dan jika kalian pikir bahwa hidupku tidak akan lebih kacau dari itu lagi, kalian tidak akan percaya pada apa yang akan aku katakan selanjutnya. Beberapa saat yang lalu, dia benar-benar menyatakan perasaannya padaku! Terkejut? Ya, itu jugalah yang aku rasakan. Meskipun aku tidak dapat membalas perasaannya karena situasiku dengan Touka, aku senang dia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahukanku hal itu.

Meski bukan hanya mereka bertiga yang dekat denganku baru-baru ini sih.

Aku kebetulan membantu Ike dalam pekerjaan OSIS-nya kadang-kadang, dan itu membuatku lebih mengenal anggota OSIS lainnya. Ada Tanaka dan Suzuki—keduanya kakak kelasku—dan seorang pria dari kelasku bernama Asakura Yoshito, yang sekedar membantu OSIS juga sepertiku. Dia jelas takut denganku pada awalnya, tapi aku dengan cepat menghilangkan keraguan yang dia miliki. Sekarang, kami berteman dengan baik.

Ada juga Kai Rekka. Dia sangat membenciku pada awalnya, tapi setelah berkelahi, kami berhasil menyelesaikan kesalahpahaman kami dan menjadi teman.

Terakhir namun tidak kalah pentingnya, ada satu lagi sosok spesial yang perlu aku sebutkan. Dia sangat membantu dalam hidupku. Faktanya, aku dapat dengan pasti mengatakan bahwa aku tidak akan berada di sini jika bukan karena dia. Dia mengambil risiko untukku dan menyelamatkanku dari masalah dalam berbagai keadaan, jadi aku benar-benar berhutang padanya. Namanya Chiaki Makiri, dan dia kebetulan adalah guru di sekolahku.

Berkat semua orang inilah, aku dapat dengan bangga mengatakan bahwa waktuku di SMA jauh dari yang terburuk. Malahan, aku cukup menikmatinya sekarang.

☆

Ujian akhir sudah hampir selesai, dan musim panas akan segera tiba. Sebenarnya, meskipun ini sudah malam, di luar cukup hangat sekarang.

Saat ini aku sedang mengobrol dengan Makiri-sensei.

“Memangnya… kalau…” gumamnya.

Dia mengenakan pakaian yang biasa dia pakai, tapi mau tak mau aku memperhatikan bahwa beberapa kancing di kemejanya terbuka, memungkinkanku untuk melihat sekilas kulitnya yang pucat dan seperti susu. Oh, sial—kuharap dia tidak menyadarinya. Aku akan memalingkan muka saja dan berpura-pura tidak melihat apa-apa.

Tunggu, eh, apa yang dia katakan barusan? Dia berbicara dengan sangat pelan sehingga aku tidak bisa mendengarnya.

“Eh, maaf. Bisakah kamu mengulanginya sekali lagi?” pintaku.

Sebagai tanggapan, pipinya merona merah cerah, dan dia mulai sedikit berlinang air mata.

Tunggu sebentar… Ini pasti bercanda, kan! Apakah dia benar-benar akan menyatakan cintanya padaku? Tapi aku ini muridnya, dan dia guruku!

Tunggu, aku harus tenang. Pengakuan cinta Kana benar-benar tidak terduga—malahan, aku yakin itu adalah sesuatu yang benar-benar di luar norma. Aku karakter sampingan di sini, ingat? Aku seharusnya tidak menerima pengakuan cinta apa pun, apalagi dari guruku. Tapi jika bukan itu yang akan dia lakukan, lalu kenapa dia bertingkah begitu aneh? Apa yang mungkin membuatnya gugup?

Oke, jangan main-main lagi. Kembalilah ke kenyataan. Aku menatap matanya dan menunggunya menyelesaikan kalimatnya.

Setelah keheningan yang lama dan canggung, dia berteriak sekuat tenaga. “Aku akan mengatakannya lagi! Memangnya salah kalau aku masih perawan?!”

“Ku… kurasa tidak ada yang salah dengan itu,” balasku berbisik, tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Aku adalah karakter sampingan dalam cerita ini, kan? Itu berarti sesuatu seperti populer di kalangan perempuan seharusnya tidak mungkin terjadi. Tapi… akan bohong jika aku bilang kalau aku tidak merasa benar-benar bingung ketika Makiri-sensei memutuskan untuk menceritakan sesuatu yang sangat pribadi itu kepadaku.