[LN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Volume 2 Chapter 8 Bahasa Indonesia

Perasaan Berdebar di Hari Kedua Perjalanan Ski

8. Perasaan Berdebar di Hari Kedua Perjalanan Ski


“I-I-Isshiki-kun…”

Tidurku terganggu oleh suara gemetar seorang wanita.

…Apa…yang sebenarnya…

Meski cukup mengantuk, aku memaksakan diri membuka kelopak mataku. Atau setidaknya, mataku setengah terbuka?

Pemandangannya berbeda dari biasanya. Ini bukan kamarku. Dimana ini?

…Oh iya, aku ingat aku sedang dalam perkemahan ski…

Namun ingatanku masih belum jelas. Aku belum sepenuhnya memahami situasi.

Atau lebih tepatnya, aku hanya tidak peduli.

Pokoknya aku sangat mengantuk. Tubuhku menyuruhku untuk kembali tidur.

Lagipula tidak ada waktu pasti untuk bangun, jadi seharusnya tidak masalah jika aku lanjut tidur.

“Isshiki-kun, kumohon, bangunlah!”

Bersamaan dengan kata-kata itu, seseorang mengguncang-guncang tubuhku.

…Apaan sih? Ganggu banget…

Dengan enggan aku membuka sedikit mataku sekali lagi.

Dalam pandanganku yang kabur, aku bisa melihat siluet seorang wanita berambut panjang.

…Wanita? Kok bisa…?

Perlahan-lahan, fokusku kembali.

Dengan itu, wajah wanita yang duduk bersimpuh di sebelahku juga menjadi lebih jelas.

“Eh, Touko-senpai?” ucapku refleks.

Mungkinkah ini mimpi?

“Isshiki-kun, kenapa kamu ada di sini?”

Touko-senpai, yang masih duduk bersimpuh, menatapku dengan tatapan mencela.

“Tidak, maksudku, kenapa kamu bisa ada di sini, Touko-senpai…?”

Aku mencoba untuk duduk sambil menggosok mataku.

“Karena ini adalah kamarku dan Kazumi.”

Ketika dia mengatakan itu, aku pun baru teringat.

Oh iya, semalam, Kazumi-san menyuruhku untuk membawa Touko-senpai yang mabuk kembali ke kamarnya…

Hingga akhirnya aku pun tertidur di sini.

“Isshiki-kun, sekarang giliranmu yang menjelaskan. Kenapa kamu tidur di sini?”

Touko-senpai mengajukan pertanyaan itu padaku dengan ekspresi tegang.

Tidak, daripada pertanyaan, itu terdengar lebih seperti interogasi.

Um… semalam kamu mabuk berat, Touko-senpai… Jadi, Kazumi-san memintaku untuk membawamu kembali ke kamar. Kamu terlihat sangat lelah, jadi aku berpikir untuk membaringkanmu di tempat tidur. Tapi kamu memegangku kuat sekali, sehingga kita terjatuh bersama… Namun, ketika aku hendak pergi setelah itu, kamu malah mencengkeram bajuku… Lalu, aku pun akhirnya tertidur begitu saja…”

Meski penjelasanku agak berantakan, aku berhasil menceritakan kejadian semalam.

“Begitukah? Kalau dipikir-pikir, aku ingat berbicara denganmu menjelang akhir pesta. Tapi aku hanya ingat sebagian saja… Ah, sepertinya aku juga samar-samar ingat saat dibawa ke kamar ini…” kata Touko-senpai sembari meletakkan tangan kirinya di dahi.

Touko-senpai sepertinya menerima penjelasanku, tapi… Aku khawatir dengan kondisinya.

“Apakah kamu minum terlalu banyak sehingga kamu tidak dapat mengingat apa pun? Kupikir kamu selalu bisa mengendalikan diri saat meminum alkohol.”

“Ya, sepertinya aku minum terlalu banyak semalam. Aku juga ditekan untuk minum lebih banyak.”

“Berapa banyak yang kamu minum?”

“Kurasa aku minum sekitar dua gelas bir? Lalu aku minum sekaleng asam anggur dan asam lemon. Setelah itu, aku ditawari segelas anggur dan segelas sake, mungkin?”

Mengingat dia meminum campuran minuman beralkohol seperti itu, tidak heran jika dia mabuk berat.

“Omong-omong…”

Touko-senpai menatapku dengan tatapan tajam dari balik tangan kirinya yang memegang dahi.

“Ya?”

“Kamu… tidak… melakukan sesuatu, kan?”

“Yaa?”

Kata “Ya?” yang kedua terdengar lebih parau dari yang pertama.

“Maksudku… um… kayak sesuatu yang aneh…”

Touko-senpai terlihat cukup menakutkan sekarang.

“Tidak, aku tidak melakukan apa pun, sama sekali tidak melakukan apa pun! Aku tidak menyentuhmu sedikit pun! Tidak, karena aku menggendongmu, aku memang menyentuhmu sedikit… tapi aku tidak menyentuh sesuatu yang aneh sama sekali! Sumpah! Tolong percayalah padaku!” jelasku dengan panik.

Faktanya, aku tidak melakukan apa pun, dan rasanya cukup mengesalkan dicurigai seperti ini.

“Memang, pakaian kita masih sama seperti kemarin, dan tidak ada perasaan seperti telah terjadi sesuatu, jadi kupikir memang tidak terjadi apa-apa.”

“Ya, kalau terjadi apa-apa, tidak mungkin pakaian kita masih utuh.”

Aku akan diam tentang fakta bahwa aku mencoba menciumnya.

Touko-senpai pun menghela nafas lega, “Fiiuh.”

Dan dia segera mendongak.

“Tapi, akan sangat buruk jika kita berada di kamar yang sama sampai pagi. Saat ini kita masih menjadi bahan gosip, dan aku tidak ingin semakin menarik perhatian lagi.”

Mendengar itu, aku berpikir, “Mungkin sudah terlambat untuk itu,” tapi aku hanya mengangguk dalam diam.

“Jadi, kamu harus segera kembali ke kamarmu sebelum semua orang bangun!”

“Jam berapa sekarang?”

“Sekarang sudah lewat jam 4 pagi. Orang yang minum sampai tengah malam mungkin masih tepar pada jam segini, dan mereka yang selesai lebih awal kemungkinan besar masih tidur juga. Jadi, menurutku kita tidak akan menarik banyak perhatian saat ini.”

“Aku mengerti,” kataku segera berdiri.

Touko-senpai pun mengikutiku sampai ke pintu.

“Tidak ada yang tahu tentang apa yang terjadi malam ini, kan?”

“Kurasa Kazumi-san tahu.”

“Kalau dipikir-pikir, kenapa Kazumi belum kembali, ya?”

Sekarang setelah dia menyebutkannya, aku mulai bertanya-tanya juga. Meskipun Kazumi-san bilang kalau dia akan tetap di aula sebentar lagi, pilihan kata-katanya mengindikasikan bahwa dia pada akhirnya akan kembali ke kamarnya.

“Saat aku meninggalkan aula, Kazumi-san memberitahuku bahwa dia akan ‘minum sedikit lagi’ bersama Mina-san dan yang lainnya. Jadi, mungkinkah dia tidur di kamar lain?”

Saat aku menjawabnya seperti itu, Touko-senpai sepertinya setuju.

“Ya, itu masuk akal.”

“Baiklah, aku akan kembali sekarang. Pastikan untuk mengunci pintunya karena kamu akan sendirian, Touko-senpai.”

Kurasa kecil kemungkinannya, tapi aku tidak bisa mengesampingkan kemungkinan beberapa anggota yang berniat buruk datang ke sini.

Aku merasa perkumpulan kami secara umum berperilaku baik, tapi mungkin saja akan ada beberapa orang yang dapat berbuat jahat karena mabuk. Tidak ada salahnya tetap waspada.

“Ya, tentu. Sampai nanti.”

“Ya, sampai nanti.”

Setelah mengatakan itu, aku pun meninggalkan kamar Touko-senpai.

Untungnya, tidak ada seorang pun di koridor.

Aku segera meninggalkan kamar Touko-senpai dan bergegas ke kamarku sendiri yang berada di lantai lain.

(Pria dan wanita ditempatkan di lantai terpisah.)

Aku memasukkan kartu kunci, membuka kunci pintu, dan masuk ke kamar.

Tempat tidur Ishida ada di sebelah kiri, dan tempat tidurku ada di sebelah kanan…

Dari tempat tidurku, selimut tiba-tiba terangkat, dan sosok yang muncul dari dalamnya adalah… Meika-chan.

“Dari mana saja kamu, Yuu-san?” tanya Meika-chan dengan nada tajam.

“Eh, tidak kemana-mana kok. Yang lebih penting, kenapa kamu ada di kamar kami, Meika-chan?”

“Aku sekamar dengan mahasiswi yang tidak kukenal, dan rasanya membosankan sendirian di kamar, jadi aku memutuskan untuk menunggumu bersama onii-chan di sini.”

Kamu bilang kamu menungguku di sini?

Aku melirik ke sebelah, ke tempat tidur Ishida.

Tapi, Ishida tertidur lelap. Pria ini bukanlah tipe orang yang mudah bangun.

“Jadi, Yuu-san, kemana saja kamu selama ini?”

Mata Meika-chan yang besar dan imut kini lebih terlihat seperti mata kucing yang sedang mengintai mangsanya.

Sejujurnya, itu menakutkan.

“Tidak kemana-mana kok. Kita sedang mengadakan pesta di aula, kan? Nah, kebetulan saja aku ketiduran di sana…”

“Pembohong!” sela Meika-chan dengan tajam.

Tatapannya menjadi semakin tajam. Tampaknya tatapannya yang seperti kucing sekarang lebih mirip seperti macan tutul.

“Yuu-san, kamu tidak kunjung kembali sehingga aku pun pergi untuk memeriksa aula. Tapi kamu tidak ada di sana.”

“A-Ah, mungkin itu. Mungkin kamu datang saat aku sedang ke toilet?”

“Apakah kamu juga mau bilang kalau kamu kebetulan pergi ke toilet sampai tiga kali?”

Itu adalah nada mengancam yang seolah-olah mengatakan ‘Kamu tidak bisa mengelak.’

Beginikah perasaan tersangka saat ditanyai penyidik?

Tidak, situasi ini lebih seperti itu.

Situasi di mana seorang suami yang baru menikah tidak pulang sampai pagi setelah berselingkuh, dan istrinya menginterogasinya tentang keberadaannya.

Pada saat seperti ini, aku malah memikirkan sesuatu yang sangat konyol.

“Jangan-jangan… kamu bersama Touko-san?

Mata Meika-chan mengkilat.

Tanpa sadar aku menelan ludah. Tidak bisa berkata apa-apa.

“Sudah kuduga… Yuu-san bersama Touko-san sepanjang malam…”

Meika-chan tampak frustasi sambil menggigit bibir bawahnya dan memegang erat seprai.

“Um, Meika-chan, sepertinya kamu salah paham…”

“Yuu-san, kamu najis sekali!”

Setelah mengatakan itu, Meika-chan pun membalikkan badannya memunggungiku, menarik selimutnya ke atas.

…Tapi, itu tempat tidurku lho…

Tetap saja, dalam situasi ini, aku tidak bisa menyuruhnya pergi begitu saja dan berkata, “Aku mau tidur, jadi kamu harus kembali ke kamarmu.”

…Apa boleh buat…

Aku pun menyelinap ke tempat tidur Ishida.

Ishida mengejang seolah-olah aku mengganggunya, tapi aku mengabaikannya dan mendorongnya menjauh dengan pantatku.

…Aa~aa, beberapa jam yang lalu tubuh lembut Touko-senpai ada di sampingku, tapi sekarang aku berada di ranjang yang sama dengan tubuh keras Ishida…

Perbedaannya sangat mencolok hingga hampir terasa menggelikan.

Saat aku berpikir seperti itu…

“Yuu-san bodoh… Aku sudah tidak peduli lagi…”

Aku mendengar suara kecil dari tempat tidur sebelah.

Yah, meskipun dia bilang begitu pun… bukan seperti kami pacaran atau semacamnya, sih.

Tapi mau tak mau aku merasa telah melakukan kesalahan.

Dan, untuk mengatasi perasaan itu, aku pun memejamkan mata.

× × ×


Setelah tidur sebentar sekitar dua jam, kami bertiga, aku, Ishida, dan Meika-chan, pergi ke ruang makan untuk sarapan.

“Hei, apa terjadi sesuatu?” tanya Ishida, mungkin merasakan suasana canggung antara aku dan Meika-chan.

“Tidak ada apa-apa.”

Saat aku mengatakan itu, Meika-chan memelototiku sejenak dengan tatapan tajam.

Aura negatif hitam tampak terpancar dari sekujur tubuhnya.

“Mungkinkah Meika marah karena kamu tidak kembali tadi malam, Yuu?” komentar Ishida dengan tidak peka sama sekali.

“Oi, Ishida.”

Saat aku menegurnya, Ishida dengan santai berkata, “Ternyata memang begitu ya.”

“Dengar, Meika, ada beberapa ‘urusan orang dewasa’ yang tidak bisa kau mengerti.”

Tunggu sebentar, Ishida. Sama sekali tidak ada urusan orang dewasa tadi malam!

Tapi bahkan setelah mendengar itu, Meika-chan tidak merespon.

Setelah itu Ishida pun berkata “Astaga.”

“Nah, Yuu, kamu tidak perlu bersama Meika hari ini. Tidak ada yang bisa kita lakukan terhadap Meika sekarang. Aku akan menemaninya, jadi kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau.”

Tapi kemudian, ekspresi Meika-chan berubah.

“Tidak! Yuu-san akan bersamaku hari ini! Kami sudah mendaftar sebagai tim orientasi!”

“ “Hah?” ”

Aku dan Ishida berseru hampir bersamaan.

Kapan itu terjadi?

Meika-chan menatapku dengan tatapan tajam lagi.

“Yuu-san, tidak ada gunanya meratapi apa yang sudah berlalu. Tapi sebagai gantinya, tolong temani aku hari ini. Oke?”

“Uh, ya.”

“Dan di malam hari juga! Saat aku kembali ke kamar, kamu harus kembali bersamaku!”

“O-Oke.”

Tanpa pikir panjang, aku terhanyut oleh momentumnya dan menyetujuinya.

× × ×


Pagi hari itu, selain aku, Ishida, dan Meika-chan, kami bermain ski bersama dengan dua mahasiswi yang bersama Ishida kemarin.

Aku ingin mengajak Touko-senpai juga, tapi dia jelas-jelas menghindariku hari ini.

Setiap kali dia melihat wajahku, dia akan memalingkan muka dan menjauh dariku.

Jadi, aku memutuskan untuk mendekati Touko-senpai di loket tiket lift, berpikir bahwa dia tidak akan bisa mengabaikanku di sana.

“Um, Touko-senpai,” panggilku. Tapi Touko-senpai menundukkan kepalanya dan dengan cepat menjauh dari tempat itu.

Tidak diragukan lagi. Touko-senpai menghindariku.

…Mungkinkah karena kejadian semalam?…

Tapi kalau soal itu, mau bagaimana lagi, kan? Itu bukan salahku.

Saat itulah Kazumi-san, yang peka terhadap suasana di antara kami, mendekat.

“Apakah kamu tidak sukses berbicara dengan Touko kemarin?”

“Itu karena aku dan Touko-senpai tertidur, jadi kami tidak banyak bicara,” jelasku singkat tentang situasi semalam.

“Apa-apaan itu? Padahal aku sudah bersusah payah menyediakan waktu berdua untuk kalian, tapi malah itu yang terjadi? Apa-apaan yang kau lakukan itu!?” kata Kazumi-san sambil menyilangkan tangannya dengan ekspresi frustrasi.

“Tapi, Touko-senpai cukup mabuk tadi malam. Itu bukanlah situasi yang tepat untuk melakukan percakapan yang layak.”

“Meski begitu, apakah kamu setidaknya menyampaikan perasaanmu pada Touko? Jika dia mabuk dan kamu bilang ‘Aku menyukaimu,’ Touko mungkin akan mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya juga, lho?”

“Tidak, aku juga belum melakukan itu… Lagipula, aku tidak yakin apakah mengungkapkan perasaanku saat dia mabuk adalah hal yang tepat.”

Mendengar itu, Kazumi-san menghela nafas panjang dengan tatapan frustrasi di matanya.

“Yah, apa yang kamu katakan secara umum mungkin benar. Tapi jika kamu terus menunggu ‘saat yang tepat,’ hubungan antara pria dan wanita tidak akan pernah mengalami kemajuan, tau.”

“Tidak akan pernah mengalami kemajuan?”

“Ya betul. Meskipun zaman sudah berubah, perempuan tetap ingin laki-laki yang mengungkapkan perasaan dan melamar mereka.”

“Aku paham itu, tapi jika kamu mencoba mendekati seseorang tanpa hati-hati, itu bisa merusak hubungan yang telah kamu jalin selama ini, kan? Itulah yang membuatku takut.”

“Aku rasa kamu akan baik-baik saja dalam hal itu. Touko sadar akan keberadaanmu, Isshiki-kun.”

“Tapi aku selalu merasa dia menghindariku di saat-saat genting.”

“Tetap saja, bukan berarti kamu bisa membiarkan ini begitu saja. Kalau pria terus-terusan menunjukkan rasa ragu, perasaan wanita mungkin akan mulai memudar.”

Itu sangat gawat. Aku juga ingin lebih dekat dengan Touko-senpai.

Tapi timing dan berbagai masalah sepertinya selalu menghalangi.

“Tapi, Touko-senpai menghindariku sejak pagi ini. Bahkan tadi pun…”

Mendengar ini, Kazumi-san menoleh ke arah Touko-senpai, yang sedang berbicara dengan gadis lain.

“Baiklah. Aku akan mencari tahu soal perasaan Touko secara tidak langsung.”

“Terima kasih, aku terbantu.”

Aku menghela nafas lega. Tapi segera, kata-kata tegas Kazumi-san melayang ke arahku.

“Jangan biarkan ini membuatmu merasa lega. Pada akhirnya, ini semua tergantung padamu. Yang bisa kulakukan hanyalah menciptakan peluang untukmu. Memajukan hubungan kalian berdua itu adalah tugasmu, Isshiki-kun.”

Setelah mengatakan kata-kata terakhir itu, dia pun berjalan pergi.

Setelah berpisah dengan Kazumi-san, aku kembali ke tempat Ishida dan yang lainnya berada.

Meika-chan bertanya, “Apa yang kamu bicarakan dengannya?” dan aku jawab dengan, “Oh, cuma ngomongin soal kegiatan perkumpulan, kok.”

Hari ini, semua orang bermain seluncur salju. Ishida cukup ahli dalam hal itu.

Kedua mahasiswi itu berkata padanya, “Ishida-kun, kamu keren sekali! Ajari kami juga, dong!” Dipuji begitu, dia membusungkan dadanya dengan bangga.

Yah, aku mengerti perasaannya.

Sementara itu, aku dan Meika-chan sedang bermain seluncur salju dengan lambat.

Tapi aku curiga bahwa Meika-chan sebenarnya lebih baik dalam bermain seluncur salju daripada yang dia tunjukkan.

Sepertinya dia sengaja melambat untuk menyamai kecepatanku.

Setelah beberapa kali terjatuh dengan spektakuler dan mengingat kami akan mengadakan acara orientasi perkumpulan di siang hari, kami pun memutuskan untuk mengakhiri seluncur salju di pagi hari dan beralih bermain ski.

Sedikit sebelum pukul 12:00, para anggota perkumpulan yang telah selesai makan siang berkumpul di depan loket tiket lift di resor ski.

Nakazaki-san, yang berdiri di depan, memegang megafon.

“Baiklah, sekarang kita akan mulai orientasinya. Kalian masing-masing akan berpasangan.”

Yang berpasangan denganku adalah Meika-chan, yang sudah diajukannya terlebih dahulu.

“Aku akan memberikan kalian peta. Peta itu menunjukkan sepuluh titik bendera (titik transit). Di setiap titik bendera, akan ada seorang staf yang berjaga, dan kalian akan menerima poin di kartu skor kalian setiap kali kalian mencapai satu titik bendera. Orang pertama yang tiba di setiap titik bendera akan mendapat tiga poin, orang kedua mendapat dua poin, lalu orang ketiga dan berikutnya mendapat satu poin. Perlu diketahui bahwa kalian harus selalu bersama dengan pasangan kalian ketika sampai ke titik bendera. Jika kalian sampai sendirian, itu tidak akan dihitung, jadi berhati-hatilah.”

Aku mengerti; ini berarti kami harus merencanakan rute kami secara efisien berdasarkan peta, dan berusaha mencapai setiap titik bendera lebih dulu dari orang lain sebanyak mungkin untuk mendapatkan skor yang tinggi.

“Selain itu, di titik bendera, kalian bisa menerima ‘kartu acara’ di dalam amplop. Kalian bisa memilih untuk menerima atau menolak amplop tersebut. Acaranya berupa kuis atau mini-game. Jika kalian berhasil menyelesaikan acaranya, kalian akan mendapatkan poin berdasarkan tingkat kesulitannya.”

Hmm? Jadi, apakah itu berarti dalam beberapa kasus, menyelesaikan acara dari kartu acara akan memberikan lebih banyak poin daripada sekadar mengunjungi banyak titik bendera?

“Dan juga, selain sepuluh titik bendera, ada juga tiga titik bendera tersembunyi. Terlepas dari urutannya, tiga poin akan diberikan pada mereka yang menemukannya. Menemukannya adalah suatu keberuntungan. Meskipun tidak akan ada staf yang berjaga di titik bendera tersembunyi, benderanya akan ada di sana, jadi tolong ambil fotonya sebagai bukti. Poin dari titik bendera tersembunyi akan ditambahkan di garis finis.”

Jadi, ringkasnya seperti ini:

  • Ada sepuluh titik bendera. Poin normalnya adalah satu poin, tapi pasangan pertama yang tiba mendapat tiga poin, dan pasangan kedua mendapat dua poin.
  • Titik bendera harus selalu dikunjungi berpasangan.
  • Di titik bendera, kami bisa menerima ‘kartu acara.’ Kami bebas akan menerimanya atau tidak, tapi kami bisa mendapatkan poin tambahan jika kami menyelesaikannya.
  • Selain sepuluh titik bendera biasa, ada tiga titik bendera tersembunyi. Jika menemukannya, kami akan mendapat tiga poin.

Menurutku ini adalah permainan yang dipikirkan dengan matang, yang hasilnya tidak hanya ditentukan oleh keterampilan bermain ski.

“Sebagai tambahan, pasangan dengan skor total tertinggi akan menerima tiket lift untuk besok dan steak Tenderloin yang dibuat dari daging sapi Shinshu untuk makan malam hari ini! Pasangan peringkat kedua mendapat steak sirloin daging sapi Shinshu! Dan pasangan peringkat ketiga mendapat hamburger daging sapi Shinshu!”

“Wooooow!” sorakan kegembiraan meletus.

“Daging sapi Shinshu” adalah merek daging wagyu terkenal dari Prefektur Nagano. Bersantap di restoran yang menyajikan daging sapi itu bisa menghabiskan biaya hampir 10.000 yen atau lebih.

Sebagai anak muda pecinta daging, itu merupakan hadiah yang bisa menambah motivasi.

“Ayo kita lakukan yang terbaik, Yuu-san!”

Meika-chan, yang sepertinya sudah membaik, meraih lenganku dan berkata sambil tersenyum.

“Ya, ayo lakukan yang terbaik. Dan kita akan makan steak untuk makan malam!” jawabku dengan riang juga.

“Acaranya akan berakhir pada pukul 16:00, yaitu empat jam dari sekarang. Pastikan untuk kembali ke sini sebelum waktu tersebut. Jika kalian terlambat, kalian akan didiskualifikasi apa pun alasannya. Poin yang kalian kumpulkan juga akan menjadi tidak valid.”

Dari penjelasan tersebut, rasanya hampir mustahil untuk mengunjungi semua titik.

Kemungkinan besar kuncinya terletak pada kartu acara dan titik bendera tersembunyi.

Penting untuk menyusun strategi daripada berlarian secara membabi buta.

Tak lama kemudian, semua orang sudah menerima peta dan kartu skor.

Melihat peta, aku menjadi yakin bahwa prediksiku sebelumnya benar.

Melihat sekeliling, aku memerhatikan mereka yang percaya diri dengan kemampuan ski mereka berkata, “Baiklah, aku akan mendapat skor tinggi dengan mengunjungi semua titik!”

Namun, berdasarkan aturan permainan ini, strategi tersebut tidak cukup untuk menang.

“Kami tidak akan kalah dari tim buaya darat yang dipasangkan dengan perempuan. Wuuooh!” teriak pasangan dua pria terdekat. Itu agak lucu.

Sekali lagi, Nakazaki-san mengangkat megafonnya.

“Sekarang, mari kita mulai. Teman-teman, berpencarlah dengan indah bersama pasanganmu! 3… 2… 1…”

“Aku tidak ingin mati sebagai perjaka!”
TLN: Disini permainan kata-kata, kata “berpencar” di sini bisa diartikan juga ‘mati dengan terhormat.’

Beberapa orang bodoh berteriak lagi, dan semua orang tertawa.

“Mulai!”

Bersamaan dengan suara Nakazaki-san, lebih dari separuh peserta melesat dengan semangat seolah-seolah mereka sedang berkompetisi dalam Olimpiade.

Di antara mereka, aku bisa melihat Ishida. Dia sepertinya berpasangan dengan salah satu mahasiswi yang bersamanya pagi ini.

Namun, aku tidak langsung mulai. Aku memeriksa peta dengan cermat.

“Ada apa, Yuu-san? Apakah kita belum mulai berangkat? Semuanya sudah pergi, lho,” desak Meika-chan, tampak sedikit cemas.

“Meika-chan. Permainan ini bukan hanya sekadar soal mengunjungi titik bendera dengan cepat agar dapat menang.”

Aku menunjukkan peta itu padanya.

“Coba lihat. Titik-titik bendera tersebar hampir di seluruh resor ski. Beberapa berada di tempat yang dekat dengan puncak gunung, yang memerlukan banyak lift untuk mencapainya. Itu saja akan membuang banyak waktu.”

Meika-chan terlihat sangat serius saat dia melihat peta. Sebagai seorang gadis yang berkecimpung di ekskul atletik, dia pasti memiliki jiwa kompetitif dalam permainan semacam ini.

“Di sisi lain, hanya ada empat titik bendera di jalur utama yang sepertinya mudah dijangkau. Tapi pasangan yang terampil dalam bermain ski kemungkinan besar akan merebut posisi pertama dan kedua dengan cepat. Tapi hanya itu. Bahkan jika kamu pandai bermain ski pun, kamu tidak akan bisa kembali sebelum batas waktu jika kamu pergi ke titik bendera di puncak atau di jalur hutan.”

“Kenapa mereka menetapkan titik bendera yang mustahil seperti ini?”

“Itulah kunci dari permainan ini. Jika ini adalah permainan di mana pemain ski yang terampil pasti akan menang, itu tidak akan menyenangkan bagi anggota lain, kan? Ada banyak orang di perkumpulan ini yang baru pertama kali bermain ski. Jadi, untuk memberikan mereka kesempatan menang, mereka menambahkan poin bonus melalui acara dan bendera tersembunyi.”

“Begitu, ya. Seperti yang diharapkan dari Yuu-san! Kamu pintar sekali!” puji Meika-chan dengan mata berbinar.

“Tidak, tidak semudah itu. Banyak orang lain selain aku yang menyadari hal ini. Lihat saja sekeliling.”

Setelah mendengar itu, Meika-chan pun melihat sekeliling.

Hampir empat puluh persen peserta masih berada di titik awal.

Beberapa orang mungkin masih berada di sini karena mereka tidak pandai bermain ski dan bingung harus pergi ke mana, tapi pasti ada orang lain yang, sama sepertiku, memikirkan “cara paling efektif untuk mendapatkan poin, termasuk poin bonus.”

Dan kemudian, aku melihat seseorang yang pasti menyadari hal itu.

Itu adalah Touko-senpai!

Touko-senpai seharusnya cukup pandai bermain ski.

Namun, dia masih berada di titik awal, melihat peta.

Dia juga pasti sedang memikirkan strategi yang lebih efisien untuk mendapatkan poin.

Selain itu, Touko-senpai berpasangan dengan Kazumi-san. Kazumi-san pandai bermain ski dan seluncur salju.

“Baiklah!”

Aku melipat peta dan menyimpannya di saku.

“Untuk saat ini, mari kita mulai dengan mengunjungi empat titik bendera terdekat di jalur utama. Sehingga kita dapat memiliki gambaran soal acara apa saja yang mungkin tersedia.”

“Oke!” jawab Meika-chan dengan penuh semangat.

× × ×


Kami tiba di titik bendera pertama.

Tentu saja, posisi pertama dan kedua sudah ditentukan, jadi kami hanya mendapat satu poin di titik ini.

Kami menerima kartu acara dari petugas titik bendera.

Tapi, terserah kami apakah kami ingin menerimanya atau tidak.

Ketika aku melihat ke dalam kartu acara, ternyata itu adalah sebuah kuis.

Perugas bertanya, “Apa burung prefektur di Prefektur Nagano?”

“Burung Raichou!” jawab Meika-chan dengan cepat.

TLN: 雷鳥 adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti “grouse / burung belibis” dalam bahasa Inggris. Ini adalah jenis burung yang terdapat di daerah pegunungan Jepang dan daerah beriklim sejuk lainnya.

Ini memberi kami tambahan dua poin.

Petugas mencatat poin pada kartu skor kami dan menandatanganinya.

Setelah itu, kami menuju ke titik bendera kedua.

Di sini, kami menarik kartu acara yang bertuliskan, “Nyanyikanlah lagu duet bersama.”

Mereka bahkan sampai repot-repot menyiapkan iPhone dan speaker hanya untuk ini.

“Aku tidak tahu lagu duet apa pun.”

Mendengar hal itu, Meika-chan menyebutkan beberapa judul lagu.

Tapi sayangnya, aku tidak mengetahui satu pun lagu dari yang dia sebutkan.

Sampai akhirnya dia menyebutkan judul Opening anime manga komedi romantis, dan kami pun akhirnya menyanyikannya bersama.

Meski titik bendera ini letaknya di ujung lintasan, kami tetap cukup mencolok karena jarang terlihat ada orang yang berduet di lereng ski.

Para pemain ski dan seluncur salju yang lewat memandang kami dengan tatapan bingung.

Ini sungguh memalukan. Ini lebih terasa seperti hukuman daripada permainan.

Meski sudah menanggung semua penghinaan ini, kami hanya mendapat tiga poin.

Itu membuat total skor kami menjadi tujuh poin. Yah, kecepatan kami tidak buruk.

Pada titik bendera ketiga, kami juga menerima kartu acara.

Namun, kartu acaranya bertuliskan: “Capailah titik bendera selanjutnya dalam waktu lima belas menit. Jika berhasil akan mendapat tiga poin, tapi jika tidak, kehilangan dua poin.”

Sebelumnya dijelaskan bahwa acara dapat ditolak, tapi dalam kasus ini, ini adalah “acara wajib” yang tidak dapat ditolak setelah kartu diambil.

“Andai saja kita tidak mengambil kartu acara di tempat ini,” sesal Meika-chan.

“Mau bagaimana lagi. Kita perlu mengetahui acara apa saja yang ada terlebih dahulu. Selain itu, dalam permainan ini, kita tidak akan bisa menang tanpa menyelesaikan acara-nya.”

Setelah itu, kami pun berangkat menuju titik bendera berikutnya.

Titik terdekat tampaknya hanya berjarak satu lift dari sini, tapi kami akhirnya menghabiskan terlalu banyak waktu menunggu lift dan tidak dapat mencapainya dalam waktu lima belas menit. Oleh karena itu, titik bendera ketiga dan keempat kami plus minus nol, sehingga skor kami tetap berada di tujuh poin. Lebih buruknya lagi, kami bahkan tidak bisa menjawab kuis di sini.

“Sepertinya ada tiga jenis kartu acara: ‘bentuk kuis,’ ‘bentuk permainan,’ dan ‘acara wajib.’”

Setelah aku mengatakan itu, Meika-chan memiringkan kepalanya dengan bingung.

“Aku sudah paham soal kartu acara-nya sekarang, tapi bagaimana cara kita menemukan titik bendera tersembunyi?”

Kemudian, petugas di titik bendera keempat memberi kami kartu lain.

“Bagi yang telah mengunjungi lebih dari tiga titik bendera, kami akan memberikan satu kartu petunjuk untuk setiap dua titik bendera yang didatangi, dimulai dari titik keempat,” jelasnya.

Aku pun membuka kartu yang kami terima, dan ada tulisan ‘米 16 GOMID’ di atasnya.

“Apa ini?” tanya Meika-chan.

“Seperti yang kubilang sebelumnya, ini adalah petunjuk mengenai titik bendera tersembunyi. Jika kalian bisa memecahkannya, kalian pasti bisa menemukan salah satu titik bendera tersembunyi itu,” kata Petugas tersebut sembari tersenyum.

Dengan ini, kami telah mengunjungi keempat titik bendera di dekat jalur utama.

Kemungkinan besar, semua orang telah mencapai titik ini.

Sekarang, ini tergantung pada titik mana yang harus kami kunjungi berikutnya, seberapa banyak acara yang dapat kami selesaikan dan apakah kami dapat menemukan titik bendera tersembunyi.

“Untuk saat ini, ayo kita mulai dengan mengitari sisi barat.”

Terdapat masing-masing tiga titik bendera di sisi timur dan barat jalur utama.

Dilihat dari peta, titik-titik bendera di sisi timur memiliki jarak yang lebih berdekatan satu sama lain.

Tentu saja, akan lebih mudah untuk mengunjunginya jika jaraknya antar titik benderanya berdekatan, namun kupikir akan lebih mudah untuk memasang bendera tersembunyi di lereng barat karena jaraknya berjauhan.

Selain itu, karena aku dan Meika-chan bermain ski di jalur hutan di sisi barat kemarin, kami sudah cukup familiar dengan area itu.

Saat kami menaiki lift, kami melihat petunjuk titik bendera tersembunyi yang kami terima sebelumnya.

“Apa maksudnya ‘米 16 GOMID’ ini? Apakah ini semacam riddle?” kata Meika-chan, tapi aku ragu.

“Mungkin saja, tapi jika ini adalah riddle, seharusnya ada lebih banyak petunjuk, atau kunci untuk memecahkannya. ‘米 16 GOMID’ saja tidak memberikan informasi yang cukup untuk sebuah riddle.”

“米 bisa dipecah menjadi ‘八十八’ kan? Mungkinkah ada hubungannya dengan itu?”

TLN: bisa diartikan sebagai 88

“Bisa jadi…”

Aku hanya memberikan jawaban samar, tapi Meika-chan kemudian berseru, “Itu dia!”

“Jika ‘米’ adalah ‘八十八,’ maka ‘8+8’ sama dengan ‘16’! Bukankah itu jawabannya?”

“Tapi, di mana tempat tersembunyinya kalau begitu? Dan bagaimana dengan ‘GOMID’ yang terakhir?”

“……”

Saat aku menanyakan pertanyaan sederhana itu, Meika-chan sepertinya terdiam.

Setelah beberapa saat, Meika-chan cemberut tidak puas.

“Jangan membuatku berpikir sendirian. Yuu-san, tolong berpikirlah juga…”

“Maaf, maaf. Aku juga sedang berpikir kok, tapi tidak ada yang terlintas di otakku.”

Aku bisa saja memaksakan sebuah jawaban yang cocok semauku, tapi menurutku jawabannya bukanlah sesuatu yang bisa dihasilkan dari cocoklogi seperti itu.

“Udaranya mulai dingin,” kata Meika-chan sambil menggigil.

Seperti yang dia katakan, langit mulai mendung dan angin bertiup kencang.

Dan tanpa aku sadari, kepingan salju kecil mulai berjatuhan.

“Mustahil menghindari angin saat kita berada di lift, jadi ini semakin terasa lebih dingin lagi,” kataku sambil memeriksa waktu. Sekarang sudah hampir jam 15:00.

Mungkin akan lebih baik jika kami kembali ke titik awal setelah menyelesaikan acara di titik bendera berikutnya.

Meika-chan mendekati tubuhku. Sekarang dingin, jadi mau bagaimana lagi.

Aku mendongak, dan melihat stasiun pangkalan lift di ujung kabel.

× × ×


Kami pun sampai di titik bendera kelima. Tepat di luar titik ini adalah pintu masuk ke jalur hutan yang kami lewati kemarin.

Ukh, dingin sekali! Cukup sulit menunggu di sini, lho,” kata petugas titik bendera.

Semua petugasnya adalah alumni yang pernah tergabung di perkumpulan.

Orang ini adalah seorang senior yang berada di tahun kedua sekolah pascasarjana.

“Kalian beruntung. Kalian tetap hangat karena terus bergerak. Kami tidak punya apa-apa selain mengandalkan penghangat portable,” katanya sambil sedikit menggerakkan tubuh.

“Kita punya waktu kurang dari satu jam lagi, kan? Tolong bertahanlah sampai saat itu.”

Saat kami turun dari lift, salju sudah turun cukup lebat, dan angin pun semakin kencang.

“Terima kasih, ngomong-ngomong, apakah kalian mau berpartisipasi dalam acara?”

“Tentu saja.”

Petugas itu pun memberikan kami sebuah kartu acara. Lalu aku menerima dan membukanya.

Di dalamnya tertulis…


Pocky Kiss

Seberapa jauh kalian berdua dapat menggigit satu Pocky yang sama dan memakannya tanpa merusaknya?

Tergantung pada panjang yang tersisa, kalian akan mendapatkan poin sebagai berikut:

– 10 poin jika kurang dari 2 cm.

– 5 poin jika kurang dari 5 cm.

– 3 poin jika kurang dari 8 cm.

– 0 poin jika lebih dari itu.


…Yang benar saja?…

Aku benar-benar tercengang.

Maksudku, jika kami berdua mengigit satu stik Pocky yang sama dan berusaha membuatnya menjadi kurang dari dua sentimeter, itu berarti bibir kami pasti akan bersentuhan.

Meika-chan pun, yang melihat kartu itu, membeku dengan wajah merah.

“Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian akan melakukannya atau tidak? Kalian berhak menolak acara ini, lho,” tanya petugas itu sambil tersenyum geli.

“……”

…Tidak, aku tidak bisa melakukan ini. Tapi untuk mengatakannya sendiri itu…

Saat aku mencoba mengukur reaksi Meika-chan

“Aku akan melakukannya!”

Meika-chan menjawab dengan penuh semangat.

“Eh?”

Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku, dan Meika-chan pun berbalik menghadapku.

“10 poin adalah skor tertinggi dari yang pernah kita dapatkan sejauh ini! Jika kita bisa mendapat sepuluh poin di sini, kita akan mendapat total delapan belas poin, lebih dari dua kali lipat poin kita saat ini! Itu akan membuat kita semakin dekat menuju kemenangan!”

“Itu benar, tapi… Apakah kamu tak masalah dengan itu, Meika-chan? Maksudku, ini Pocky Kiss, lho?”

Suaraku tanpa sadar menjadi semakin pelan di akhir kalimat.

“Aku tak keberatan, kok. Karena itu dengan Yuu-san…”

Seperti yang dapat kita duga, nada suara Meika-chan juga semakin pelan.

Melihat hal ini, petugas itu, yang sambil nyengir, mengeluarkan Pocky.

“Lihat? Aku pun malah jadi bersemangat juga. Isshiki, setelah membuat seorang gadis mengatakan hal seperti itu, Kamu tidak bisa mundur lagi, kan?”

Menggantikan aku yang ragu-ragu, Meika-chan mengambil Pocky tersebut.

Lalu dia menggigit ujung Pocky-nya.

Merasa tidak punya pilihan lain, aku pun mengambil ujung Pocky yang lain dan menempelkannya di antara bibirku.

Petugas itu pun berkata, “Apakah kalian siap? Kalau Pocky-nya patah atau terjatuh, kalian akan didiskualifikasi. Kalian berdua sebaiknya menjaga tubuh kalian tetap stabil. Ayo, jangan malu-malu, silakan saling berpegangan… nah benar, seperti itu. Jika salah satu dari mulut kalian melepaskannya, maka permainan berakhir.”

Kami saling memegang lengan bagian atas seolah-olah kami adalah pasangan sungguhan.

“Siiiiap, mulai!”

Mendengar aba-aba itu, aku dan Meika-chan pun mulai memakan Pocky tersebut.

Namun, aku hampir tidak menggerakkan mulutku sama sekali. Aku hanya menahannya di mulutku agar tidak terjatuh.

Salah satu alasannya adalah jika kami berdua makan pada waktu yang bersamaan, getarannya bisa menyebabkan Pocky patah.

Dan alasan lainnya adalah… Aku masih ragu-ragu.

Jika kami terus makan seperti ini… Aku dan Meika-chan pasti akan berciuman, kan?

Meika-chan terus memakannya dengan lancar, meski sesekali dia berhenti.

Dan… bagian Pockky yang terlihat kini menjadi kurang dari lima sentimeter. Kami mungkin telah mendapatkan poin dari angka delapan sentimeter.

Meski begitu, Meika-chan terus makan. Bahkan tangannya yang menggenggam lenganku mencengkeram dengan kuat.

…Meika-chan, apakah kamu benar-benar akan…?

Aku bahkan sudah bisa merasakan sensasi gerakan mulut Meika-chan langsung ke bibirku melalui Pocky. Aku bahkan bisa merasakan kalau dia menggerakkan lidahnya secara halus.

Hanya tersisa sekitar dua sentimeter dari bagian Pocky yang terlihat!

…A-Apakah ini tak masalah, wahai diriku? Apakah kamu benar-benar akan mencium Meika-chan seperti ini…?

…Walaupun ini hanya permainan, apakah tidak masalah jika kami berakhir berciuman seperti ini…?

…Tunggu dulu, dia adalah adik sahabatku. Bisakah aku bertanggung jawab menciumnya? Perempuan yang benar-benar aku sukai adalah…

“Permisi. Bolehkah aku bertanya sebentar?”

Tiba-tiba terdengar sebuah suara, dan itu membuatku secara refleks melepaskan Pocky tersebut.

Saat aku menoleh ke arah suara itu, aku melihat Kazumi-san sedang berdiri di belakang petugas.

“Ups, permainan berakhir!”

Petugas mengumumkan akhir permainan.

Meika-chan masih memegang Pocky di mulutnya.

Saat staf berkata, “Nah, ayo tunjukkan Pocky-nya padaku,” Meika-chan menyerahkannya dengan ekspresi agak sedih.

“Ah, empat sentimeter. Kalian melakukannya dengan cukup baik. Lima poin untuk kalian,” kata petugas itu sambil mencatat dan menandatangani kartu skor kami.

Kemudian, dia menoleh ke arah Kazumi-san dan bertanya, “Jadi, apa ada yang bisa aku bantu?”

Kazumi-san awalnya memandang kami dengan tatapan curiga tapi dengan cepat mengalihkan perhatiannya ke petugas.

“Kami tadi lewat sini. Apakah kamu melihat Touko setelah itu?”

Petugas itu memiringkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaannya.

“Tidak, aku tidak melihatnya. Memangnya ada apa?”

“Kami sudah berjanji untuk bertemu di titik bawah sini, tapi tak peduli berapa lama pun aku menunggu, Touko tidak kunjung muncul. Jadi aku naik lift lagi dan kembali ke sini…”

Setelah mendengar itu, aku menyela pembicaraan.

“Kazumi-san, apakah kamu terpisah dari Touko-senpai? Kenapa?”

Aku mulai merasa cemas. Touko-senpai seharusnya pandai bermain ski. Jadi kenapa bisa?

Kazumi-san menatapku.

“Kami mencari titik bendera tersembunyi di depan tempat ini. Dan karena tidak akan ada petugas yang berjaga di titik bendera tersembunyi, kami memutuskan untuk berpencar dan mencarinya sendiri-sendiri. Tapi seperti yang aku sebutkan tadi, Touko tidak kunjung muncul ke titik pertemuan kami.”

Kazumi-san juga menunjukkan ekspresi cemas yang luar biasa.

“Bisakah kamu memberi tahuku petunjuk tentang titik bendera tersembunyi itu?”

“Touko yang memegang kertas berisi petunjuk itu. Tapi aku ingat isinya. Di sana tertulis, ‘米 16 GOMID.’”

“Itu sama dengan petunjuk kami.”

Pada saat itu, ponsel petugas berdering.

“Ya, ini aku. Eh, apa? Kita harus segera kembali? Cuacanya semakin buruk? Baiklah. Kita akan selesaikan jadwalnya lebih awal dan mundur lima belas menit lagi.”

Setelah mengakhiri panggilan, petugas berkata, “Cuacanya semakin memburuk, jadi petugas di setiap titik bendera akan mundur dalam lima belas menit ke depan.”

Memang benar, salju dan angin menjadi semakin kencang.

Saat ini pukul 15:15, suhu akan semakin turun, dan langit akan mulai menjadi gelap.

Dalam situasi seperti ini, kenapa Touko-senpai masih belum kembali? Apa yang mungkin terjadi?

“Aku akan mencari Touko-senpai juga. Kazumi-san, bisakah kamu turun dari sini bersama Meika-chan dan menunggu Touko-senpai di tempat pertemuan?”

“Eh? Yuu-san!”

Meika-chan tampak terkejut.

Dan aku pun memberitahu Meika-chan, yang memasang ekspresi terkejut, “Touko-senpai seharusnya pandai bermain ski. Kalau dia tidak muncul di titik pertemuan, mungkin ada yang tidak beres. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja.”

“Apakah kamu akan baik-baik saja?”

Kazumi-san memastikan padaku.

“Aku mendapat petunjuk yang sama. Jika aku mengikuti itu, aku seharusnya bisa menemukannya.”

Kemudian petugas membuka mulutnya meminta maaf.

“Kuharap aku bisa membantu, Tapi yang memasang bendera tersembunyi itu adalah orang lain, jadi kami juga tidak tahu.”

“Tidak apa-apa. Kalau begitu aku pergi dulu. Kazumi-san, tolong jaga Meika-chan.”

“Baiklah. Aku juga akan mencari Touko lagi sambil turun dari sini,”

Aku mengangkat tangan kananku yang memberi isyarat “Siap” dan mulai berseluncur.

Saat aku melakukan itu, Meika-chan menatapku dengan ekspresi sedih.

× × ×


“Sial, saljunya benar-benar semakin kencang,” gumamku kesal.

Salju dengan cepat menempel di google-ku, dan setiap kali aku membuka mulut, salju berhembus masuk.

Mungkin karena cuaca yang memburuk, kini jumlah orang yang berada di lereng tampak lebih sedikit.

…Di depan sana adalah jalur hutan yang aku lewati kemarin, ya…

Saat itulah aku teringat sesuatu yang sepele.

Sesuatu yang dikatakan oleh guru bahasa Inggrisku di bimbel.

“Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln, sebenarnya memiliki pengucapan yang mirip dengan ‘リンカン (Rinkan)’ atau ‘リンケン (Rinken).’ Itulah sebabnya saat ini, di buku pelajaran, kalian sering melihatnya ditulis sebagai ‘リンカン (Rinkan).’”

Aku berhenti karena terkejut.

… Rinkan (リンカン)… 林間 (di hutan)…

Aku pun mengeluarkan kartu petunjuk.

“米 16 GOMID”

Mungkinkah 16 ini mengacu pada Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln, dan ini merujuk ke Jalur Hutan?

TLN: bisa diartikan sebagai 88 dan juga Amerika Serikat.

Dan GOMIDdibaca sebagai Go Mid, artinya ke bagian tengah?

“Ini sandi yang buruk sekali!”

Jika ini membutuhkan pengetahuan, buatlah ini menjadi kuis. Jika ini riddle, tolong buatlah itu menjadi riddle yang kuncinya jelas!

Aku mencaci orang yang membuat kode ini di dalam hatiku dan menuju ke jalur hutan.

—Hujan salju ini membuat berseluncur menjadi lebih sulit—

Seperti yang Ishida katakan kemarin di pemandian.

Kemiringan lerengnya landai hingga sulit untuk meluncur di sini, dan salju yang segar membuatnya semakin parah.

Aku melewati jalur hutan menggunakan kombinasi teknik seperti ski lintas alam, menggunakan skating dan berjalan kaki.

Tidak ada seorang pun di sekitar sini. Tidak mengherankan jika tidak ada seorang pun yang datang ke jalur hutan dengan jarak pandang yang buruk seperti ini.

Mungkin karena menjadi lebih terbiasa dibandingkan kemarin; Aku berhasil melanjutkan perjalananku dengan relatif lancar.

Setelah beberapa saat, aku sampai di persimpangan dengan jalan tengah yang membelah hutan.

Tampaknya satu-satunya orang yang melewati jalan ini sebelumku adalah Touko-senpai, karena terlihat ada bekas-bekas ski yang samar-samar.

Meskipun jalur hutan ini sulit dinavigasi, Touko-senpai pandai bermain ski, jadi tidak mungkin dia tidak dapat mencapai titik janjian.

“Touko-senpai~!” teriakku sekuat tenaga.

Tapi mungkin karena badai salju, aku tidak bisa mendengar respon dari manapun.

Mungkinkah dia sudah turun dan bertemu dengan Kazumi-san?

Kalau memang begitu, baguslah, tapi…

Aku merasa gelisah dan bergegas maju.

Namun, kemiringan di sini lebih curam dari yang aku kira.

Apakah ini benar-benar jalur tingkat menengah? pikirku ragu.

Aku terjatuh beberapa kali.

Namun bagian terjalnya hanya di awal saja.

Setelah itu, lerengnya berangsur-angsur menjadi lebih landai, seolah-olah jalur tingkat menengah baru dimulai dari sini.

Aku melihat kain hijau diikat di pohon birch di dekat area yang kemiringannya berubah.

Saat aku mendekatinya, aku bisa melihat tulisan “Perkumpulan Universitas Jouto: Harmoni, Titik Bendera Tersembunyi, No. 1,” yang ditulis dengan huruf putih.

Ada bekas ski mengarah ke sana, dan tanda-tanda seseorang berhenti.

Itu mungkin Touko-senpai.

Aku melaju lebih jauh.

Kemudian, di balik penglihatanku yang dilanda badai salju, aku melihat sesuatu yang berwarna merah muda terang di kejauhan.

“Touko-senpai~!”

Sekali lagi, aku berseru dengan keras.

Pergerakan benda berwarna merah muda itu berhenti. Tidak salah lagi, itu adalah manusia.

Saat aku mendekat, ternyata itu adalah Touko-senpai.

“Touko-senpai… Syukurlah,” kataku dengan nafas terengah-engah saat mendekatinya.

“Isshiki-kun, kenapa kamu ada di sini?”

Touko-senpai tampak terkejut saat melihatku, dan dia memegang peralatan skinya di kedua tangan tanpa memakainya.

“Aku mendengar dari Kazumi-san bahwa kalian berpencar, namun kamu belum juga muncul ke tempat pertemuan. Jadi aku memutuskan datang mencarimu karena kupikir sesuatu yang buruk mungkin telah terjadi.”

Lalu Touko-senpai menunduk sedikit dan berbicara.

“Begitu, ya… Kamu sampai jauh-jauh ke sini untukku…”

Ada sedikit ekspresi senang di wajahnya, tapi sepertinya dia berusaha menyembunyikannya.

“Yang lebih penting, kenapa kamu berjalan tanpa alat ski? Apa terjadi sesuatu?”

“Kamu ingat ada lereng yang kemiringannya sangat curam tadi, kan? Saat aku terjatuh dengan kuat di sana, salah satu tali ikatannya putus. Karena aku tidak bisa bermain ski hanya dengan satu kaki, jadi aku tidak punya pilihan lain selain berjalan.”

“Apakah kamu terluka?’

Aku memeriksa sekujur tubuh Touko-senpai lagi hanya untuk memastikan.

Ada cukup banyak salju yang menempel dari topi wol hingga ke bahunya, tapi dia sepertinya tidak terluka.

“Aku tidak terluka sama sekali. Hanya alat ski-ku saja yang rusak.”

“Apakah kamu tidak kedinginan?” kataku sambil dengan lembut membersihkan salju dari topi dan bahu Touko-senpai.

“Ya, aku baik-baik saja… Terima kasih…” katanya dengan ekspresi malu, namun bahagia.

“Aku akan membawakan alat ski-mu. Dengan begitu akan lebih mudah bagimu untuk berjalan.”

“Tidak usah, tidak apa-apa. Selain itu, kamu pergilah duluan, Isshiki-kun. Kalau tidak, kamu tidak akan bisa kembali tepat waktu sebelum batas waktu permainan berakhir.”

“Apa yang kamu bicarakan? Mana mungkin aku bisa pergi duluan dan meninggalkan Touko-senpai sendirian. Aku tidak peduli dengan permainan itu. Yang lebih penting, cuacanya semakin buruk, jadi ayo kita bergegas.”

Setelah mengatakan itu, aku mengambil alat ski Touko-senpai dari tangannya.

“Terima kasih, Isshiki-kun,” ucapnya dengan suara kecil, mengungkapkan rasa terima kasihnya untuk kedua kali.

Jalur menengah ini merupakan jalan pintas melewati hutan.

Setelah menuruni bukit terjal tepat setelah pertigaan, jalur perlahan menjadi landai hingga kembali ke jalur hutan semula. Jaraknya tidak terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki.

Namun, saat ini sudah lewat jam 4 sore, dan sekeliling menjadi semakin gelap karena cuaca buruk.

Aku terus berjalan bersama Touko-senpai di jalur itu.

“Touko-senpai, apa kamu baik-baik saja? Apa kamu tidak kedinginan?”

Aku mengkhawatirkannya, karena aku sendiri merasa cukup kedinginan.

“Aku baik-baik saja. Tapi apakah kamu baik-baik saja?”

Touko-senpai menatapku dengan khawatir.

“Aku baik-baik saja, kok. Aku kan laki-laki.”

Aku berpura-pura kuat, lalu Touko-senpai terkekeh.

“Tapi, tadi kamu sedikit menggigil, lho,”

Geh, apakah dia menyadarinya?

“Itu hanya getaran semangat!”

Aku merasa sepertinya penggunaan kalimat itu tidak tepat, tapi aku tetap mengatakannya.

“Tapi tahukah kamu, dalam situasi bertahan hidup seperti kedinginan, kelaparan, atau kehausan yang ekstrem, tampaknya perempuan sebenarnya lebih kuat dibandingkan laki-laki, lho,”

“Benarkah?”

Sungguh mengejutkan. Aku baru tahu.

“Karena perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak, mereka cenderung lebih kuat dalam melawan rasa lapar, haus, dan kedinginan.”

“Begitukah? Aku tidak tahu.”

“Makanya kamu tidak perlu memaksakan diri. Kalau cuaca terlalu dingin, kamu bisa pergi duluan tanpa aku. Lagipula, ini salahku sendiri karena alat skinya rusak.”

“Tolong berhentilah mengatakan itu!”

Aku berhenti berjalan dan berbicara dengan tegas.

“Mana mungkin aku meninggalkanmu sendirian! Jika Touko-senpai sampai harus bermalam di sini, aku akan berkemah bersamamu. Kita bisa menggali gua salju dan menunggu bantuan tiba bersama-sama! Aku akan selalu bersamamu, Touko-senpai!”

“Jangan konyol. Mana mungkin hal seperti itu terjadi di resor ski. Selain itu, jarak dari sini ke pintu masuk resor ski tidak terlalu jauh. Daripada membuat gua salju, kita akan sampai di sana lebih cepat jika kita terus berjalan,” jawab Touko-senpai sambil menampar lenganku seolah ingin menyembunyikan ekspresinya.

Tiba-tiba aku merasa malu dengan kata-kataku sendiri. Sepertinya aku terlalu terbawa suasana.

“Um, ya, kamu benar. Kita tidak perlu sampai harus berkemah. Kita akan sampai di pintu keluar sekitar satu jam berjalan kaki. Aku mengatakan sesuatu yang konyol.”

Namun, Touko-senpai masih memegangi lengan atasku dengan tangan yang dia gunakan untuk memukulku. Kepalanya menunduk.

“Tapi… aku senang, Isshiki-kun…”

Suaranya terdengar sedikit bergetar.

“Aku mungkin menjadi keras kepala. Isshiki-kun dan Meika-san terlihat sangat akrab, dan aku mungkin kesal karena itu… Tapi setelah apa yang terjadi semalam, aku merasa sangat malu dan bingung… seperti semuanya jadi kacau balau,” lanjut Touko-senpai, menggenggam lenganku semakin kuat.

“Tapi di permainan hari ini, kamu berpasangan dengan Meika-san… Kamu bahkan tidak berbicara denganku… Dan aku merasa kesepian. Mungkin itulah sebabnya aku terlalu memaksakan diri dalam permainan ini.”

Touko-senpai pun mengangkat wajahnya, menunjukkan senyuman yang terlihat seperti campuran air mata dan tawa.

“Saat kamu datang mencariku tadi, aku sangat senang…”

Entah kenapa, aku tidak bisa melihat langsung ke wajah Touko-senpai saat ini.

“Ini mungkin terdengar seperti alasan, tapi Meika-chan sudah mendaftarkan lebih dulu untuk berpasangan denganku dalam permainan hari ini… Aku sama sekali tidak tahu itu. Dan juga, Touko-senpai sepertinya menghindariku hari ini. Kupikir Touko-senpai mungkin masih marah atas apa yang terjadi semalam.”

Touko-senpai menggelengkan kepalanya sedikit.

“Aku tidak marah. Tidak, kalau pun marah, aku mungkin marah pada diriku sendiri.”

Keheningan terjadi di antara kami.

Angin dingin bertiup, dan aku refleks menggigil.

“Apakah kamu baik-baik saja? Sudah kuduga kamu kedinginan, kan?”

Touko-senpai menanyakan hal itu lagi, terlihat khawatir.

“Tidak, aku sungguh baik-baik saja. Tapi mungkin sebaiknya kita bergegas.”

“Ya,” jawab Touko-senpai, lalu melangkah maju.

Hingga tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan dan menjerit kecil “Aaah!”

Bereaksi dengan cepat, aku mengulurkan tangan dan menangkap lengannya.

“T-Terima kasih.”

Sudah berapa kali dia mengucapkan terima kasih padaku?

“Tidak apa. Tapi, bukankah sebaiknya kita berpegangan tangan saja?”

“Eh?”

Touko-senpai menatapku dengan terkejut.

“Meskipun perempuan mungkin lebih kuat dalam situasi bertahan hidup, mendapat dukungan laki-laki dalam situasi ini tetap lebih baik, kan?”

Setelah menatap mataku sebentar, Touko-senpai mengangguk kecil setuju dan memegang erat tanganku.

× × ×


Setelah kurang lebih satu jam, kami akhirnya berhasil kembali ke titik pertemuan awal.

Anggota perkumpulan yang lain sudah kembali ke hotel.

Yang menunggu kami hanyalah Nakazaki-san, Kazumi-san, Ishida, dan Meika-chan – mereka berempat.

“Kalian terlambat. Jika kalian belum kembali setelah jam 18:00, aku berencana meminta patroli lereng melakukan pencarian dengan mobil salju.”

Mendengar itu, aku pun melihat jam. Sekarang sudah pukul 17.45. Itu akan buruk jika kami terlambat lima belas menit lagi saja.

“Aku minta maaf karena telah membuat kalian khawatir.”

Touko-senpai meminta maaf sambil menundukkan kepalanya. Karena dia hanya melakukan itu, aku menjelaskan seluruh situasi menggantikannya.

“Maaf. Tapi tali pengikat ski Touko-senpai putus, jadi dia tidak bisa bermain ski.”

“Pengikatnya putus?”

Nakazaki-san melihat ke arah Touko-senpai lagi.

“Apakah kamu terluka?”

“Tidak, aku tidak terluka. Aku hanya tidak bisa bermain ski kembali, itulah sebabnya kami jadi terlambat.”

“Begitu ya. Kalau begitu baguslah,” kata Nakazaki-san, tampak lega.

“Isshiki-kun membantuku membawakan alat ski-ku yang rusak itu. Berkat dia, aku sangat tertolong,” kata Touko-senpai sambil menatapku.

Aku merasa malu.

Saat aku mengalihkan pandangan, aku melihat Kazumi-san menatapku dengan puas. Ishida juga tersenyum.

Tapi hanya Meika-chan

Dia menatapku tajam dengan tatapan menakutkan.



Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

My Girlfriend Cheated on Me With a Senior, so I’m Cheating on Her With His Girlfriend, Pacarku Selingkuh dengan Seniorku, maka Aku pun Berselingkuh dengan Cewek Seniorku
Score 9.9
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2021 Native Language: Jepang
“Touko-senpai! Tolong berselingkuh denganku!" “Tenang, Isshiki-kun… aku tidak akan puas sebelum kita membuat mereka berdua yang menyelingkuhi kita merasakan neraka itu sendiri!” Yuu Isshiki terkejut mengetahui pacarnya berselingkuh, jadi dia memutuskan untuk berselingkuh dengan pacar dari pria yang mencuri ceweknya, Touko Sakurajima, yang kebetulan juga adalah senpai yang dia kagumi. Sebagai bagian dari rencana mereka, Touko mengusulkan untuk 'membalas' mereka sebesar mungkin, jadi dia mulai membuat Yuu menjadi pria yang menarik dan populer di kalangan perempuan!? Pilihan pakaian, topik pembicaraan, dll... Yuu mendapati dirinya berada di tengah peningkatan gila-gilaan dalam reputasinya di kalangan perempuan; namun, perasaannya pada Touko terus tumbuh. Saat rencana mereka terus berkembang, hubungan antara mereka berdua tiba-tiba menjadi intim… 'Pembalasan' apa yang akan dilakukan oleh mereka yang diselingkuhi pada Malam Natal?! Apa kesimpulan yang menunggu mereka berdua!? Tirai komedi romantis balas dendam pun dinaikkan!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset