[LN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Volume 2 Chapter 4 Bahasa Indonesia

Suasana di Kelompok Belajar

4. Suasana di Kelompok Belajar


Saat ini, aku sedang rebahan di tempat tidur.

Aku seharusnya belajar untuk ujian… Seharusnya begitu, tapi pikiranku disibukkan oleh hal lain.

Itu tentang Touko-senpai.

Siang hari tadi, Nakazaki-san memintaku untuk membujuk Touko-senpai agar mau ikut ke perkemahan ski.

Sepertinya dia saat ini menolak untuk berpartisipasi.

Alasannya adalah “Rencana Balas Dendam Hari-X.”

…Tapi bukankah memaksanya ikut ke perkemahan ski malah akan membuat Touko-senpai merasa tidak nyaman?

Ketika aku memikirkan itu, aku tidak merasa ingin membujuknya.

Namun, ketika aku mengingat ekspresi kesulitannya Nakazaki-san sebelumnya, aku merasa bahwa aku tidak bisa diam saja.

Nakazaki-san adalah orang yang baik, dan dia juga membantuku dalam insiden Hari-X.

…Aku heran kenapa orang yang sebaik itu bisa berteman dengan seseorang seperti Kamokura…

Aku selalu merasa itu agak aneh.

Mungkin karena seseorang yang memiliki rasa kepedulian seperti Nakazaki-san perlu berteman dengan seseorang seperti Kamokura.

Dan selain permintaan Nakazaki-san padaku, aku punya alasan lain untuk menghubungi Touko-senpai.

Itu adalah ‘Natal Ulang, hanya kami berdua.’

Lebih tepatnya, aku ingin mengamankan jadwal Touko-senpai sebelum liburan musim semi dimulai.

Selain itu, karena aku mengundangnya untuk makan malam, aku ingin mengetahui selera makanannya.

Aku juga ingin tahu suasana seperti apa yang dia sukai dalam sebuah restoran.

Dan kami pun perlu memutuskan lokasi untuk iluminasi malam.

“Tidak ada gunanya bermuram durja. Aku harus menghubunginya.”

Aku pun duduk dan meraih ponselku yang diletakkan di sisi tempat tidur.

> (Yuu) Maaf mengganggu, bisakah aku berbicara denganmu sebentar?

Setelah beberapa menit, Touko-senpai pun membalas.

> (Touko) Tentu, ada apa? Apakah kamu memerlukan saran?

Aku tersenyum pahit membaca responnya.

Apakah Touko-senpai selalu menganggapku punya masalah setiap kali aku tiba-tiba menghubunginya?

> (Yuu) Bukan apa-apa, ini hanya soal “Natal Ulang.” Aku hanya ingin tahu kamu mau makan apa, Touko-senpai.

>(Touko) Apapun boleh. Sesuatu yang kamu sukai pun tak masalah, Isshiki-kun. Aku tidak memiliki ketidaksukaan tertentu atau semacamnya.

> (Yuu) Kalau begitu aku tidak bisa memutuskannya. Setidaknya, bisakah kamu memberi tahuku jenis makanan apa yang kamu ingin makan, seperti makanan Jepang, Prancis, Italia, atau Cina? Tidak harus spesifik seperti daging atau ikan.

> (Touko) Ya. Gaya makanan apa pun boleh, tapi aku lebih suka tempat di mana kita bisa rileks. Atau tempat di mana kita dapat mengobrol santai.

Aku merasakan gelombang kegembiraan dari tanggapannya. Apakah itu artinya Touko-senpai ingin mengobrol denganku?

> (Yuu) Baiklah. Aku akan mencari restoran yang tidak terlalu berisik. Kamu mau tanggal berapa?

Ada jeda singkat.

> (Touko) Ujianku berakhir pada awal Februari, tapi aku sibuk dengan pekerjaan les privat sampai sekitar minggu kedua. Mungkin setelah itu tak masalah.

Aku merenung sejenak. Tapi pada periode itu, bukankah itu akan berbenturan dengan perjalanan ski perkumpulan?

> (Yuu) Sehubungan dengan itu, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Apakah kamu tidak akan berpartisipasi dalam perkemahan ski, Touko-senpai?

Ada jeda singkat lagi.

> (Touko) Apakah kamu mendengarnya dari seseorang?

> (Yuu) Aku mendengarnya dari Nakazaki-san hari ini.

Lagi-lagi, ada jeda singkat.

> (Touko) Ada banyak rumor tentang Hari-X. Rasanya agak tidak nyaman saat banyak orang yang melihat dengan rasa ingin tahu berlebihan. Kurasa akan sulit bagiku untuk berpartisipasi.

> (Yuu) Sudah kuduga, apakah karena aku?

Kemudian ada balasan langsung untuk itu.

> (Touko) Itu tidak benar! Itu bukan salahmu, Isshiki-kun! Ini masalah perasaanku sendiri, jadi jangan khawatir tentang itu!

> (Yuu) Tapi aku tidak sanggup pergi ke perkemahan sambil membuat Touko-senpai merasa seperti itu.

> (Yuu) Mungkin aku juga harus membatalkannya.

> (Touko) Jangan berpikiran seperti itu! Kamu harus ikut, Isshiki-kun. Itu perjalanan ski pertamamu, kan? Itu akan menyenangkan, aku jamin.

> (Yuu) Kalau begitu, bisakah kita mendiskusikannya sedikit, termasuk jadwal ‘Natal Ulang’? Aku tidak akan menyita banyak waktumu.

> (Touko) Ya, mungkin kita sebaiknya mendiskusikannya sedikit.

> (Touko) Aku berencana untuk meminjam buku Studi Agama II dari perpustakaan besok dan belajar sedikit. Bagaimana kalau kita sekalian belajar bersama?

Itu adalah ajakan yang tidak terduga. Kencan belajar dengan Touko-senpai!

> (Yuu) Dengan senang hati! Aku tidak pandai dalam pelajaran agama. Bahkan ketika aku mendengarkan pelajarannya di kelas, itu tidak benar-benar meresap di kepalaku. Jadi aku cukup bingung harus bagaimana.

Karena universitas kami adalah universitas Kristen, “Studi Agama” adalah mata kuliah wajib untuk tahun pertama dan kedua.

Ujian untuk mata kuliah itu adalah ujian dengan respons bebas atau argumentasi. Sebagai seseorang yang tidak tertarik dengan agama, itu adalah salah satu mata kuliah yang paling menantang bagiku.

> (Touko) Kalau begitu pas sekali! Mari kita bertemu di depan perpustakaan setelah jam kuliah keempat.

> (Yuu) Baiklah. Mohon bantuannya!

Hore! Aku menutup ponselku dan melakukan sedikit pose kemenangan.

Dan dengan itu, aku berhasil mendapatkan “kencan belajar” pertamaku dengan Touko-senpai!

× × ×


Keesokan harinya, setelah jam kuliah keempat, aku dan Touko-senpai bertemu di pintu masuk perpustakaan.

Meski pun ada banyak mahasiswa di sana karena ujian sebentar lagi akan datang, tapi sepertinya semua orang sibuk mengumpulkan bahan referensi sehingga tidak banyak orang yang memperhatikan kami.

Begitu kami masuk, Touko-senpai langsung mulai memilih buku.

“Universitas kita berakar dari aliran Katolik. Itulah sebabnya kita memiliki banyak soal yang mengharuskan kita untuk menulis tentang humanisme dan etika yang berpusat pada agama Kristen,” jelasnya sambil memilih beberapa buku.

“Apakah aku harus membaca semua ini?”

Aku hanya bisa membelalakkan mataku. Masih banyak ujian lain yang harus dipersiapkan.

Atau lebih tepatnya, aku ingin lebih fokus pada mata kuliah utamaku.

Aku tidak bisa menghabiskan banyak waktuku untuk belajar pendidikan umum, apalagi pelajaran agama.

“Aku tidak akan memintamu melakukan itu. Ada beberapa poin penting di dalam buku-buku ini, dan itulah hal utama yang perlu kamu baca.”

“Begitu, ya,” kataku lega. “Sejujurnya, aku kurang memperhatikan pelajaran ini selama kuliah. Mendengarkan mata kuliah ini membuatku mengantuk.”

“Kurasa rata-rata laki-laki tampaknya seperti itu. Jangan khawatir, aku akan menjelaskan poin-poin pentingnya nanti. Aku mendapat nilai S dalam Studi Agama di tahun pertamaku. Kamu dapat mengandalkanku,” kata Touko-senpai sembari tersenyum cerah. Dia tersenyum cerah, seolah-olah dia tidak peduli akan rumor yang beredar.

Setelah meminjam beberapa buku referensi lain untuk jurusan kami, kami pun meninggalkan perpustakaan.

“Jadi setelah ini, bagaimana kalau kita pergi ke restoran keluarga atau kafe dan belajar bersama?”

“Ya, silakan. Setidaknya aku akan mentraktirmu kopi.”

“Kamu tidak perlu khawatir tentang itu.”

“Tidak, wajar saja aku melakukan itu karena aku meminta Touko-senpai, seorang mahasiswi terbaik tahun kedua dari Jurusan Teknik Informasi, untuk mengajariku.”

“Ahaha, jika kamu akan mentraktirku, maka aku juga harus mengajarimu dengan sungguh-sungguh.”

Sudah lama sejak aku melakukan percakapan seperti ini dengan Touko-senpai.

Pukul saat ini bukan waktu biasa selesai kuliah, jadi sekarang tidak ada banyak mahasiswa di sekitar kami. Karena itulah tidak ada yang terlalu memperhatikan kami.

Saat aku, yang dengan riang gembira, hendak meninggalkan gerbang utama bersama Touko-senpai, seseorang tiba-tiba memanggilku.

“Yuu-san!”

Aku pun tiba-tiba berhenti.

Ketika aku menoleh ke arah suara itu, di sana ada… Meika-chan.

“Meika-chan?”

Terkejut, aku tidak bisa menyembunyikan kebingungan dalam suaraku, tapi Meika-chan dengan cepat mendekati kami.

“Aku sudah menunggumu di sini, Yuu-san! Aku mengirim pesan ke Onii-chan, dan dia bilang bahwa kamu seharusnya masih ada kampus, tapi kamu tidak kunjung keluar, hingga itu membuatku khawatir.”

“Meika-chan, kenapa kamu datang ke sini?”

“Kita berjanji untuk belajar bersama tempo hari, kan? Tapi aku sama sekali tidak mendengar kabar darimu, jadi aku sekalian mampir ke universitasmu dalam perjalanan untuk berbelanja!” kata Meika-chan cemberut, pipinya memerah karena kedinginan.

Lalu, dia pun melirik ke samping, ke arah Touko-senpai.

“Mungkinkah dia Touko Sakurajima-san?”

Dia mengarahkan pertanyaan itu padaku.

“Ah, iya. Dia kakak tingkat di universitas kami, Touko Sakurajima-san. Dia juga kakak kelas di SMA-ku. Touko-senpai, ini adik perempuan Ishida, Meika-chan. Dia murid kelas dua di Akademi Putri Ichikawa.”

“Akademi Putri Ichikawa?”

Setelah mengatakan itu, Touko-senpai tersenyum.

“Senang bertemu denganmu. Aku Touko Sakurajima. Aku berutang banyak pada kakakmu.”

“Senang bertemu denganmu juga. Aku Meika Ishida,” kata Meika-chan sambil sedikit menundukkan kepalanya. Tapi nada suaranya terdengar agak kaku.

“Yuu-san, kemana kita akan belajar bersama? Ada materi matematika yang tidak aku pahami.”

Kata Meika-chan sambil meraih tanganku dan membuat gerakan menarik.

“Meika-chan, soal itu, bisakah kita melakukannya lain kali? Aku akan belajar untuk ujian dengan Touko-senpai hari ini.”

Kemudian Meika-chan menatapku dengan ekspresi kaget.

“Tapi tempo hari, kamu berjanji untuk membantuku belajar…”

“Tidak, Bukan berarti aku tidak akan membantumu belajar. Aku hanya menyarankan agar kita melakukannya lain hari.”

Meika-chan tampak seperti hendak menangis dengan mata besarnya yang berkaca-kaca.

Tentu saja aku jadi mulai merasa bersalah melihat hal itu.

“Isshiki-kun, jika kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita membiarkan Meika-san bergabung dengan kita? Ini tidak seperti kita akan duduk belajar menyelesaikan soal bersama. Dan itu tidak akan mempengaruhi sesi belajar kita jika Meika-san bertanya pertanyaan tentang hal-hal yang dia tidak mengerti, kan? Aku merasa kasihan karena dia sudah datang jauh-jauh ke sini,” saran Touko-senpai sambil menatap Meika-chan.

“Bagaimana menurutmu, Meika-chan? Apakah tidak apa-apa jika kita bertiga belajar bersama?”

Meika-chan menatapku dengan tatapan kesal sesaat, tapi kemudian mengangguk dalam diam.

× × ×


Kami bertiga, aku, Touko-senpai, dan Meika-chan, memasuki restoran keluarga terdekat.

Touko-senpai duduk di depanku, sedangkan Meika-chan duduk di sebelahku.

Touko-senpai dan Meika-chan memesan paket kue mini dan minuman, sedangkan aku memesan paket pancake dan minuman.

“Untuk memastikan kita tidak membuang banyak waktu, mari kita belajar bersama selama dua jam,” kata Touko-senpai, dan kami menyetujuinya.

Kami pun segera mulai belajar. Kami fokus pada pelajaran agama (aku belajar buku I, sedangkan Touko-senpai belajar buku II), sementara Meika-chan mengerjakan buku pelajaran matematika 2B-nya.

Aku diizinkan untuk melihat ‘buku catatan’ mata kuliah agama yang digunakan Touko-senpai di tahun pertamanya.

“Um, Touko-senpai, apa yang dimaksud dengan ‘perbedaan etika antara agama dan masyarakat’ yang kamu jawab di sini?”

“Hmm, coba aku lihat. Ah, kurasa aku menulis tentang topik itu di bab selanjutnya. Seperti hal tabu dalam agama dan efek jera dari hukum…”

Kepala Touko-senpai, yang melirik materinya, dan kepalaku saling berdekatan.

“Enak ya. Bisa mengadakan sesi belajar antar senpai dan kouhai yang satu kampus seperti ini,” kata Meika-chan, meletakkan sikunya di atas meja dan menopang dagunya dengan kedua tangan sambil memasang senyum di wajahnya.

Namun, senyumnya tampak agak dipaksakan.

“Selain itu, Touko-san secantik rumor yang beredar. Yuu-san beruntung memiliki kakak tingkat yang cantik di dekatnya.”

Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapi komentar tiba-tiba dari Meika-chan.

Maksudku, kenapa dia membahas ini?

“Begitukah? Terima kasih.” jawab Touko-senpai sambil tersenyum.

Meika-chan pun menatap Touko-senpai dengan saksama.

“Aku yakin kamu pasti sangat populer, Touko-san. Aku iri.”

“Itu tidak benar. Selain itu, Meika-san juga imut. Kurasa laki-laki tidak akan mengabaikanmu begitu saja, kan?”

“Aku tidak begitu. Saat aku SMP dulu, aku memiliki kepribadian yang kuat jadi anak laki-laki takut padaku. Dan di SMA, aku masuk di sekolah khusus perempuan, jadi aku tidak punya kesempatan untuk berkenalan dengan laki-laki mana pun.”

“Aku juga memiliki kepribadian yang keras, jadi laki-laki biasanya menjaga jarak dariku.”

“Kelihatannya tidak seperti itu. Kakakku juga bilang bahwa Touko-san adalah idola, bukan, lebih tepatnya dewi semua orang. Orang-orang tidak akan menggunakan kata ‘dewi’ untuk sesuatu yang remeh, kan?”

Touko-senpai tersenyum diam pada Meika-chan.

Aku yakin kata ‘dewi’ menyinggung perasaannya, tapi kurasa tidak ada orang lain selain aku yang tahu akan hal itu.

“Selain itu, kamu bersekolah di SMA campuran, kan, Touko-san? Tidak mungkin kamu tidak populer.”

“Kuharap itu benar.”

“Tentu saja itu benar. Berapa banyak pria yang telah kamu pacari sejauh ini?”

Touko-senpai memasang senyum di wajahnya, tapi aku bisa merasakan aura gelap terpancar darinya.

No comment.”

“Apakah kamu berpacaran dengan begitu banyak pria sehingga kamu bahkan tidak bisa menjawab?”

Meika-chan, tolong jangan mengatakan apa-apa lagi!

Dia mungkin mengira bahwa dia dengan polosnya mencoba mengorek informasi, tapi itu juga topik yang sensitif bagi Touko-senpai.

Aku merasa keringat dingin keluar dari tubuhku.

“Aku belum pernah pacaran sebelumnya. Tolong ceritakan tentang kehidupan cintamu sebagai referensi untukku kapan-kapan, Touko-senpai. Aku ingin menjadi wanita yang luar biasa sepertimu.”

“Aku mungkin tidak akan bisa memenuhi harapanmu, Meika-san. Selain itu, mari kita fokus belajar untuk saat ini. Itulah alasanmu ikut ke sini, kan?”

Touko-senpai mengatakan itu dengan nadanya yang biasa.

Tapi, mungkinkah dia sebenarnya cukup marah…?

“Meika-chan, bukankah ada soal yang tidak kamu mengerti? Soal mana yang ingin kamu tanyakan padaku?”

Aku pun menyela pembicaraan untuk mengganti topik.

“Oh iya! Jadi bagian yang tidak kumengerti adalah…”

Meika-chan pun membuka buku soal dan menunjukkannya padaku.

“Yuu-san, aku tidak mengerti yang bagian ini. Aku tidak bisa memecahkan soal deret angka ini!”

Touko-senpai membenarkan posisi duduknya dan kembali ke pelajarannya sendiri.

Merasa lega karena topik pembicaraan berhasil dirubah, aku bertanya kepada Meika-chan, “Soal yang mana?”

“Soal nomor 305. Bunyinya, ‘Deret angka berikut dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok tertentu. Setiap kelompok dianggap sebagai kelompok ke-n…’ Bagaimana kamu menyelesaikannya?”

Uh, aku anak IPA dan cukup pandai matematika, tapi deret angka adalah satu-satunya materi yang tidak terlalu aku kuasai.

“Uuum, tunggu sebentar.”

Aku mengeluarkan selembar kertas kosong dan mulai memecahkan soal.

“Untuk soal deret kelompok seperti ini, kamu perlu memperhatikan angka pertama dari setiap kelompok. Jika kamu hanya mengambil nomor pertama, kamu akan mendapatkan urutan seperti ini. Jadi…”

Aku dengan mudah menyelesaikan soal pertama dan kedua.

Namun, aku terjebak pada soal ketiga. Aku tidak bisa menemukan pola dalam deret angkanya.

“Aku penasaran seperti apa soalnya. Jika kamu tidak keberatan, bisakah kamu menunjukkannya padaku juga?”

Mungkin merasakan kesulitanku, Touko-senpai pun angkat bicara.

“Soal yang ini.” kataku sambil mengulurkan buku soal.

Setelah menatap soalnya sebentar, Touko-senpai mengeluarkan selembar kertas dan mulai menjelaskannya kepada Meika-chan.

“Tampaknya barisan bilangannya berbeda tergantung pada kelompoknya. Aku menduga bentuk umumnya berbeda antara kelompok ganjil dan genap,” kata Touko-senpai, melanjutkan penjelasanku sebelumnya.

Namun, Meika-chan, yang mendengarkan penjelasannya, menatap Touko-senpai dengan ekspresi yang sedikit campur aduk.

“Maaf, terima kasih banyak,” kataku berterima kasih padanya setelah Touko-senpai selesai menjelaskan.

“Tidak perlu berterima kasih. Ada kalanya kita lupa cara penyelesaiannya,” jawabnya sembari tersenyum.

Mendengarnya berkata begitu sangat membantuku secara psikologis.

Tentu saja aku tahu bahwa Touko-senpai memiliki nilai yang lebih baik dariku, dan aku tidak berniat bersaing dengannya.

Mungkin karena gelisah, aku tiba-tiba merasa mendapatkan panggilan alam. Mungkin juga karena aku kebanyakan minum kopi.

“Permisi, aku perlu ke kamar kecil sebentar,” kataku dan pergi meninggalkan tempat duduk.

× × ×


Tempat duduk kami tidak terlihat dari toilet karena itu tersembunyi di balik sekat.

Saat aku hendak kembali ke tempat dudukku…

“Bagaimana pendapatmu tentang Yuu-san, Touko-san?”

Aku mendengar suara Meika-chan.

Hal ini membuat langkahku terhenti. Apa sih yang sebenarnya sedang mereka bicarakan?

Aku pun dengan hati-hati mengintip melalui sekat dan pot tanaman hias untuk mengamati percakapan mereka.

“Aku hanya berpikir… dia adalah adik tingkat yang baik,” jawab Touko-san dengan sedikit tertekan.

“Apakah benar-benar hanya itu saja?” tanya Meika-chan seolah ingin memastikan.

“Yah, untuk saat ini, tidak lebih dari itu.”

Aku memiliki perasaan campur aduk ketika aku mendengar dia mengatakan itu.

──“Adik tingkat yang baik” “tidak lebih dari itu”──

Touko-senpai dengan jelas menyangkal adanya hubungan khusus di antara kami.

Tapi dia juga bilang ‘untuk saat ini.’ Dengan kata lain, itu bisa ditafsirkan bahwa mungkin hubungan itu akan menjadi sesuatu yang lebih di masa depan.

Aku menajamkan pendengaranku untuk mendengarkan lebih lanjut.

Sepertinya Meika-chan juga merasakan hal yang sama.

“Ketika kamu bilang ‘untuk saat ini,’ apakah itu berarti kamu mungkin akan memiliki hubungan khusus dengan Yuu-san di masa depan?”

“Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kan?” jawab Touko-senpai, tampaknya mendapatkan kembali ketenangannya saat dia menyesap kopinya.

Setelah hening sejenak, Meika-chan membuka mulutnya lagi.

“Touko-san, kamu menjalankan ‘rencana balas dendam terhadap pasangan tukang selingkuh’ bersama Yuu-san, kan?”

“Siapa yang memberitahumu hal itu?”

“Aku mendengarnya dari kakakku.”

“Aku penasaran apa yang kamu dengar?”

“Aku dengar pacar Yuu-san berselingkuh dengan pacar Touko-san. Jadi, ketika Yuu-san berkonsultasi denganmu, kamu menyarankan agar kalian tidak hanya membalas mereka, tapi juga membalas dendam sampai pada titik di mana mereka berdua mengalami trauma. Kemudian, di pesta malam Natal perkumpulan kalian, kalian mengekspos perselingkuhan mereka di depan semua orang dan menyatakan akhir dari hubungan kalian dengan mereka.”

“Benar.”

“Aku juga mendengar bahwa Yuu-san telah mengagumimu sejak lama. Dan jika ada wanita yang berjuang bersamanya selama dia diselingkuhi, wajar baginya untuk mengembangkan perasaan terhadap orang itu. Tapi tidak ada indikasi bahwa kamu pacaran dengan Yuu-san sejak saat itu. Itu berarti bahwa meskipun kamu berada di posisi yang sama dengan Yuu-san, kamu tidak memiliki perasaan untuknya, kan?”

“Sepertinya kamu sudah mendengar banyak detail tentang itu.”

Touko-senpai tampak tersenyum masam.

“Berhentilah berbelit-belit!”

“Aku tidak berbelit-belit. Jadi, Meika-san, apa sebenarnya yang ingin kamu katakan padaku?”

“Ini tentang perasaanmu, Touko-san. Bahkan dari mengamati situasi hari ini, sepertinya kamu tidak melihat Yuu-san sebagai kekasih. Namun, kamu tidak mendorong Yuu-san cukup jauh untuk membuatnya menyerah. Aku merasa kamu terus menempatkannya dalam posisi ‘lebih dari teman, namun kurang dari kekasih.’”

Touko-senpai mendengarkan itu dalam diam. Dia menyeruput kopinya lagi.

“Yuu-san terluka oleh perselingkuhan pacar sebelumnya. Dia pasti merasa kesepian. Namun, kamu seolah berkata, ‘Aku tidak berniat pacaran dengan Yuu-san, tapi aku juga tidak ingin melepaskannya.’ Kamu mempermainkan perasaan Yuu-san! Aku tidak bisa membiarkan itu.”

“…Begitu, ya.”

Touko-senpai meletakkan kembali kopinya di atas meja.

“Jadi, Meika-san, apa yang akan kamu lakukan jika aku bilang bahwa ‘Aku menyukai Isshiki-kun?’”

Aku bisa merasakan keterkejutan Meika-chan. Namun, dia segera melancarkan serangan balik.

“Terlepas dari bagaimana perasaan Touko-san, perasaanku sendiri tidak akan berubah. Itulah sebabnya aku akan menghadapi Yuu-san dengan perasaanku apa adanya!”

Eh, Meika-chan, apa yang sebenarnya kamu coba katakan?

“Selain itu, Touko-san, kamu tidak pacaran dengan Yuu-san saat ini, dan meskipun kamu menyadari perasaannya, kamu tidak mengambil tindakan apa pun. Kalau begitu, aku yakin perasaanku padanya lebih kuat. Jika aku menjadi pacar Yuu-san, seharusnya kamu tidak ada masalah, kan?”

“Ya, bisa dibilang begitu…”

Setelah itu, percakapan mereka berdua berhenti.

Aku juga kaget dengan kata-kata tak terduga Meika-chan.

…Meika-chan ingin menjadi pacarku?…

Apakah itu maksud dari pendekatannya yang tiba-tiba tempo hari?

Tapi kenapa tiba-tiba…?

Lalu, aku teringat apa yang dikatakan Ishida padaku sebelumnya, bahwa Meika-chan memiliki perasaan padaku.

Aku tidak menganggapnya terlalu serius saat itu, tapi aku tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini.

Aku pun memutuskan kembali ke toilet sejenak untuk mendinginkan kepalaku.

Akan terlalu mencurigakan jika aku langsung kembali.

Ketika waktunya tepat, aku keluar dari toilet sekali lagi.



Aku menutup pintunya sekeras mungkin

“Ah, maaf.”

Aku duduk dengan ekspresi wajah yang mengatakan ‘Aku baru selesai.’

Touko-senpai pun memeriksa waktu saat ini.

“Sudah hampir dua jam. Haruskah kita pulang sekarang?”

“Sudah selama itu? Kalau begitu, mari sudahi hari ini.”

Kami mengemasi buku pelajaran dan catatan kami ke dalam tas, bersiap untuk pulang.

Saat itulah Meika-chan dengan santai membuka mulutnya.

“Yuu-san, perkumpulanmu akan mengadakan perjalanan ski, kan?”

“Ya, benar.”

“Tahun ini, karena tidak banyak orang yang ikut, kudengar saudara dari anggota perkumpulan diperbolehkan untuk berpartisipasi. Jadi, aku memutuskan untuk berpartisipasi juga.”

Aku tidak terkejut karena aku sudah mengetahuinya.

Tapi, Touko-senpai memasang ekspresi kaget di wajahnya. Dia tampak sangat terkejut.

“Aku sangat menantikannya.”

Kata Meika-chan sambil tersenyum kaku, dan dengan kasar mengambil tasnya.

× × ×


Di kereta dalam perjalanan pulang, kami berdiri berbaris, dengan urutan Touko-senpai, aku, dan Meika-chan.

Mungkin karena keretanya penuh sesak, kami bertiga hanya diam.

Bukan, bagiku, bisa dibilang bahwa aku “tidak dapat berbicara karena aku terjebak dalam ketegangan aneh di antara mereka berdua.” Selain itu, aku seharusnya tidak tahu tentang isi percakapan mereka sebelumnya. jadi akan lebih baik untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu.

Tak lama kemudian, ada pengumuman bahwa kereta akan segera tiba di Stasiun Makuhari. Aku dan Meika-chan turun di sini.

“Kalau begitu, terima kasih banyak untuk hari ini, Touko-senpai. Aku permisi.”

“Aku juga permisi.”

Setelah aku mengatakan itu, Meika-chan juga mengatakan hal yang sama, tapi ketika kami akan mulai pergi, Touko-senpai menghentikanku dengan berkata, “Ah, tunggu sebentar.”

“Kamu sebelumnya berencana membicarakan soal perkemahan ski hari ini, kan?”

“Oh, benar.”

Karena kehadiran Meika-chan, aku melewatkan kesempatan untuk membicarakan tentang perkemahan ski dan “Natal Ulang.”

“Aku telah memutuskan untuk berpartisipasi juga dalam perjalanan ski.”

Setelah mendengar itu, aku bisa melihat Meika-chan menatap ke belakang, ke arah Touko-senpai dengan tajam.

Sebagai tanggapan, Touko-senpai tersenyum pada Meika-chan.

“Meika-san, sampai jumpa lagi di sana. Mohon bantuannya.”

“Mohon bantuannya juga.”

Setelah mengatakan itu dengan nada marah, Meika-chan langsung turun dari kereta.

Tidak dapat mengatakan apa-apa, aku pun begegas turun dari kereta juga.



Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

My Girlfriend Cheated on Me With a Senior, so I’m Cheating on Her With His Girlfriend, Pacarku Selingkuh dengan Seniorku, maka Aku pun Berselingkuh dengan Cewek Seniorku
Score 9.9
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2021 Native Language: Jepang
“Touko-senpai! Tolong berselingkuh denganku!" “Tenang, Isshiki-kun… aku tidak akan puas sebelum kita membuat mereka berdua yang menyelingkuhi kita merasakan neraka itu sendiri!” Yuu Isshiki terkejut mengetahui pacarnya berselingkuh, jadi dia memutuskan untuk berselingkuh dengan pacar dari pria yang mencuri ceweknya, Touko Sakurajima, yang kebetulan juga adalah senpai yang dia kagumi. Sebagai bagian dari rencana mereka, Touko mengusulkan untuk 'membalas' mereka sebesar mungkin, jadi dia mulai membuat Yuu menjadi pria yang menarik dan populer di kalangan perempuan!? Pilihan pakaian, topik pembicaraan, dll... Yuu mendapati dirinya berada di tengah peningkatan gila-gilaan dalam reputasinya di kalangan perempuan; namun, perasaannya pada Touko terus tumbuh. Saat rencana mereka terus berkembang, hubungan antara mereka berdua tiba-tiba menjadi intim… 'Pembalasan' apa yang akan dilakukan oleh mereka yang diselingkuhi pada Malam Natal?! Apa kesimpulan yang menunggu mereka berdua!? Tirai komedi romantis balas dendam pun dinaikkan!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset