[LN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Volume 1 Chapter 5 Bahasa Indonesia

Sinyal Awal Serangan Balik

5. Sinyal Awal Serangan Balik


Dengan suasana yang mirip seperti akuarium, interior van yang gelap diterangi oleh cahaya dari lampu jalan di luar.

Di dalamnya, siluet Touko Sakurajima-senpai bermandikan cahaya redup dan menonjol di tengah-tengah cahaya yang pendar. 

Berlawanan dengan sikap yang biasanya intelektual dan tenang, dia sekarang menangis seperti anak kecil.

Seolah tidak ingin membiarkan siapa pun melihat wajahnya yang menangis, dia mengubur wajahnya di dadaku, dan seperti anak kecil, dia meringkuk dan gemetar tanpa jeda…

Apa yang bisa aku, Yuu Isshiki, lakukan untuknya saat ini?

Aku, yang telah diselingkuhi oleh pacarku, dan Touko-senpai, yang telah diselingkuhi oleh pacarnya. 

Tidak ada orang lain selain aku yang bisa dia ajak untuk berbagi rasa sakitnya.

“Touko-senpai…”

Aku memeluk dan menarik tubuhnya lebih dekat ke tubuhku.

“Tolong! Lupakanlah Kamokura! A-Aku akan melindungimu, Touko-senpai!”

Aku menyatakan itu dengan kuat. Benar, aku akan menjadi orang yang melindunginya.

Mendengar kata-kata itu, Touko-senpai dengan takut-takut mengangkat wajahnya.

“Isshiki-kun, kamu mau melindungiku?”

“Ya, aku akan melindungimu, Touko-senpai. Aku akan tetap berada di sisimu selamanya.”

Kemudian, dia memelukku balik dengan kuat. Dia menempel padaku seperti anak kecil yang menempel pada ibu mereka.

“Jika itu kamu, m-maka aku bisa mempercayaimu. Aku juga ingin bersamamu selamanya, Isshiki-kun…”

Saat aku memeluk tubuhnya, aku berpikir.

…Tidak melakukan apa pun pada saat ini bukanlah kebaikan. Kebaikan yang bisa kuberikan padanya adalah…

“Mari kita tetap bersama sepanjang malam ini, Touko.”

Touko tetap diam mendengar kata-kataku namun mengangguk yakin.

Dengan lenganku masih di bahunya, aku pun menyalakan mobil.

Untuk menjadikannya milikku dan untuk dia menjadikanku miliknya malam ini…

“…Bisakah kau tidak mengarang narasimu sendiri?”

Kataku dengan wajah yang jelas tidak senang.

Tidak ada yang tahu akan seberapa jauh orang ini terus menceritakan delusi gilanya jika dibiarkan saja.

“Ada apa denganmu? Jika sudah sampai sejauh itu, kamu setidaknya harus melakukan hal semacam itu, Yuu!”

Orang yang mengatakan itu sembari menyesap kopi paginya adalah Youta Ishida.

Tempat ini adalah restoran keluarga di sisi salah satu jalan raya utama yang menghubungkan Chiba dan Tokyo, Jalan Raya Nasional Jepang Rute 14.

Di sinilah kami berdua berada sejak jam 9 pagi.

“Dengarkan. Kita sedang membicarakan Touko-senpai yang itu. Apa kau benar-benar berpikir itu akan berjalan semudah itu?”

Aku berbicara dengan nada tajam, dan Ishida mengangkat tangan kirinya lalu mengayun-ayunkannya ke kanan dan ke kiri. Itu adalah isyarat yang berarti tentu tidak.

“Bahkan jika itu mustahil, sedikit memaksa dan membuat itu terjadi adalah ciri seorang pria! Apa yang kau bilang sebelumnya? Kau terus bersama seperti itu dengan Touko-senpai saat dia menangis, dan karena kalian mengawasi apartemen begitu larut sehingga jadwal kereta terakhir sudah lewat, kau mengantarnya sampai ke rumahnya dan kemudian pulang ke rumah? Apa-apaan itu? Memangnya kau bocah SMA perjaka atau semacamnya?”

“Diamlah. Aku bukanlah bajingan yang akan memanfaatkan momen lemah seorang wanita untuk menjadikannya milikku!”

Aku tidak bermaksud untuk bilang kalau aku orang suci. Beberapa khayalan serupa juga terlintas di benakku untuk sesaat.

Meskipun begitu, jika aku berakhir bersama dengan Touko-senpai, aku tidak ingin itu terjadi dengan cara yang sembarangan.

Sejak awal, jika aku melakukan hal-hal semacam itu, dia pasti akan menolakku dengan teguran keras.

Wanita seperti itulah dia.

“Maksudku, ya ampun, kamu baru saja menyia-nyiakan kesempatan terbesarmu. Jika kamu mengaturnya dengan baik, mungkin itu akan berjalan seperti dalam cerita yang barusan aku katakan.”

“Kamu memiliki imajinasi yang melimpah, ya. Jadilah novelis atau penulis naskah saja sana.”

“Ooh, itu mungkin ide yang bagus! Setelah semua masalah ini selesai, mungkin aku harus mengirimkan cerita ini ke suatu situs web novel?”

“Dasar sialan! Jika kamu melakukan itu, aku akan benar-benar mengakhiri persahabatan ini!”

“Jangan khawatir. Aku hanya akan menulisnya menjadi novel jika ini berakhir bahagia.”

Setelah mengatakan itu, Ishida tertawa.

Orang ini… Apakah dia benar-benar mengkhawatirkanku?

Itu bukan karena dia melihat ini sebagai sesuatu yang menarik, kan?

“Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?”

Ishida tiba-tiba bertanya padaku dengan wajah serius.

“Apa maksudmu dengan apa?”

“Kamu akhirnya akan melakukan itu, kan? Balas dendam untuk membuat mereka merasa menyesal hingga ingin mati. Bagaimana kamu akan melakukannya?”

Aku juga telah memikirkan hal itu. Dan kemarin malam, ada sesuatu yang terlintas di benakku dan tidak mau pergi. Bagian tentang Touko-senpai yang selingkuh hanya setelah dia menghadapi dan mengakhiri hubungannya dengan Kamokura.

“Hei, ada apa? Kenapa kau jadi diam?””

“Hm? Tidak, aku hanya memikirkan sesuatu.”

“Apa-apaan cara bicaramu yang membuat penasaran itu? Cepat katakan saja.”

“Yah, ini mungkin tidak lebih dari sekedar imajinasiku tapi…”

Aku memberikan pembukaan kecil itu sebelum mulai berbicara.

“Kau tahu bagaimana pertama kali aku memberitahu Touko-senpai tentang Karen dan Kamokura, aku juga memberitahunya, ‘Tolong berselingkuhlah denganku’, kan?”

“Aku tidak akan bisa melupakan kalimat nekat itu bahkan jika aku mau!”

Balas Ishida dengan senyum aneh di wajahnya.

“Saat itu, Touko-senpai juga memberitahuku ini: jika aku akhirnya berselingkuh, itu akan terjadi setelah aku menemukan bukti perselingkuhan Tetsuya dan mengkonfrontasinya dengan itu.”

Ishida menatapku dengan mata terkejut. 

“Itu sebabnya aku juga berpikir begitu. Jika Touko-senpai menghadapkan Kamokura-senpai dengan bukti perselingkuhannya, mengakhiri hubungannya dengan dia, dan kemudian menyatakan kepadanya bahwa Touko-senpai akan menghabiskan malam dengan pria lain… Bukankah itu akan menjadi pukulan besar bagi Kamokura-senpai?”

Ishida memasang wajah kosong sejenak. Detik berikutnya, dia bertepuk tangan dan mulai tertawa. 

“Itu ide yang bagus! Itu akan menjadi balas dendam terbaik yang pernah ada! Si sok Kamokura-senpai itu tidak hanya akan dicampakkan tapi segera setelah itu, pacarnya akan dicuri oleh pria lain!”

Ishida membungkukkan tubuhnya begitu dalam sehingga dia tampak seperti akan jatuh dari tempat duduknya sambil terus tertawa.

“Kau ini, bukankah kau sedikit terlalu senang?”

Saat aku mengucapkan kata-kata itu, sebuah senyuman juga merekah di bibirku. Yah, terlepas dari apa yang mereka katakan di depan umum, pasti ada banyak anak laki-laki yang membenci Kamokura. Aku kemudian lanjut berbicara.

“Terlebih lagi, tidak ada yang bisa dilakukan Kamokura-senpai. Lagipula, dialah yang berselingkuh. Dicampakkan adalah konsekuensi yang jelas. Di sisi lain, Touko-senpai akan dengan jelas dan terbuka menyatakan akhir dari hubungan mereka, jadi Kamokura-senpai tidak akan berhak untuk mengeluh tentang apa, di mana dan dengan siapa Touko-senpai melakukan apa yang dia inginkan. Kamokura-senpai tidak akan punya cara untuk menghentikan Touko-senpai.”

Ishida menyeka air matanya karena tertawa sebelum berbicara.

“Itu luar biasa! Aku benar-benar ingin melihat adegan itu sendiri! Di mana kalian akan melakukan itu?”

Namun, pada saat itu, aku menyadari bahwa aku terlalu terbawa suasana.

“Maksudku, Touko-senpai tidak benar-benar mengatakan bahwa dia akan melakukan itu. Itu semua adalah permisalan, dengan anggapan ‘jika dia berselingkuh’. Segera setelah dia mengatakan itu, dia menyangkal ide itu dengan mengatakan bahwa itu bukan berarti dia akan melakukannya.”

“Apaaa? Jadi itu semua permisalan? Padahal kupikir aku akan bisa melihat wajah Kamokura-senpai yang teramat sangat menyedihkan.”

Ishida tampak kecewa. Namun, dia segera mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Tapi, tahukah kamu? Jika dia menyebutkan itu, bukankah itu berarti Touko-senpai juga sedang mempertimbangkan kemungkinan itu?”

Aku dikuasai oleh tekanan dari Ishida saat dia berbicara.

“Eh, uuhh, mungkin begitu…”

“Iya, kan? Lakukanlah yang terbaik kalau begitu! Pikirkan baik-baik, dia Touko-senpai yang itu, sob. Gadis yang sama yang berada di luar jangkauan kita dan telah kita kagumi sejak SMA!”

“M-Melakukan yang terbaik dalam hal apa?”

“Jelas dalam pembalasan dendammu bersama dengan Touko-senpai terhadap dua tukang selingkuh itu. Akan ada banyak kesempatan bagimu untuk bersama dengan Touko-senpai mulai sekarang, Yuu. Kalian berada di posisi yang sama, memiliki tujuan yang sama, dan bahkan memiliki musuh yang sama. Tidak ada kondisi yang lebih baik bagi dua orang untuk tumbuh lebih dekat satu sama lain selain itu, kan?”

“Hmmm.”

Aku tenggelam dalam pikiranku. Sejujurnya, apa yang Ishida katakan memang benar. Jumlah kesempatan bagiku untuk berinteraksi dengan Touko-senpai akan meningkat. Tetap saja, sesuatu tentang itu tidak cocok denganku.

“Selain itu, jika kamu lebih dekat dengan Touko-senpai, bukankah kamu akan bisa melupakan perselingkuhan Karen-chan lebih cepat? Seperti pepatah, cara terbaik untuk melupakan cinta lama adalah dengan menemukan cinta baru.”

Apa yang dia katakan sebagian besar memang benar. Memang, bahkan ketika kami memastikan Karen berselingkuh, salah satu alasan utama kenapa aku tidak jatuh dalam depresi adalah karena Touko-senpai. Justru karena dia bersamaku, aku bisa melihat langsung kenyataan ‘kekasihku dan senpaiku berselingkuh satu sama lain’.

“Pokoknya, kamu mendapat kesempatan luar biasa untuk mendekati wanita cantik kelas atas ini. Yang tersisa hanyalah bertindak proaktif dan berharap yang terbaik! Itu juga akan menjadi serangan balasan terhadap Kamokura-senpai.”

Aku menatap Ishida. Orang ini bertindak seolah-olah dia sedang menjahiliku padahal sebenarnya, dia mengkhawatirkanku dengan sungguh-sungguh. Aku tidak bisa apa-apa selain berterima kasih padanya karena itu.

Belum lagi, seperti yang Ishida katakan, jika aku bisa pacaran dengan Touko-senpai, itu akan menjadi pembalasan yang luar biasa terhadap Kamokura. Aku bahkan mungkin bisa melihat wajah tangis Kamokura yang menyedihkan.

Namun, apakah itu benar-benar akan berjalan lancar?

◇ ◇ ◇


Begitu malam tiba, aku mengirim pesan ke Karen.

Tujuannya adalah untuk memastikan situasi. Jika semalam Karen menginap di tempat Kamokura, ada kemungkinan mereka berdua masih bersama. Ketika aku memikirkan hal itu, aku menganggap lebih baik tidak meneleponnya malam ini.

Ditambah malam terakhir itu, Karen sendiri menyuruhku untuk tidak meneleponnya di malam hari di hari itu, jadi aku beralasan bahwa aku memikirkannya dan itulah kenapa aku mengiriminya pesan.

> (Yuu) Karen, apakah kamu sudah bangun?

> (Karen) Karen sudah bangun.

> (Yuu) Kemarin kamu bertemu dengan teman sedaerahmu, kan? Apakah itu menyenangkan?

> (Karen) Ya, itu menyenangkan! Tapi karena kami tetap terjaga karena mengobrol sampai pagi, Karen tidur seharian hari ini di rumahnya.

Begitu, ya. Dengan mengatakan itu, itu akan menjadi alasan kenapa dia tidak menjawab bahkan jika aku meneleponnya di siang hari. Kemungkinan besar, Karen bersama dengan Kamokura sampai lewat tengah hari.

> (Yuu) Begitukah? Baguslah. Lalu, apakah kamu ingin pergi ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu bersamaku di akhir pekan depan?

Nah, bagaimana dia akan menjawab yang itu?

Jika perasaannya mulai condong ke Kamokura, maka dia seharusnya tidak ingin waktunya diambil olehku.

> (Karen) Hmm~, Karen belum yakin.

Jadi memang begitu ya. Seperti yang kubayangkan, dia mulai kehilangan rasa cintanya padaku.

> (Yuu) Aku akan berbicara denganmu lagi nanti.

> (Karen) Ah, tunggu sebentar!

> (Yuu) Ada apa?

> (Karen) Karen berpikir untuk jalan-jalan dengan teman.

Jalan-jalan dengan teman? Siapa yang dia bicarakan?

> (Yuu) Teman yang mana?

> (Karen) Teman sekampung halaman. Salah satu teman masa SMP Karen.

Ini mencurigakan. Aku mulai merasa bahwa setiap kali Karen akan bertemu dengan Kamokura, dia cenderung mengatakan ‘teman kampung halaman’.

> (Karen) Tidak apa-apa, kan? Bukankah Yuu-kun juga pernah bilang sebelumnya tentang ingin pergi memancing dengan Ishida-kun!? Karen juga ingin jalan-jalan dan bersenang-senang dengan teman kampung halamannya sesekali!

Keagresifan sebelum aku sempat mengatakan apa pun ini. Apakah ini berarti orang lain itu adalah Kamokura seperti yang aku kira?

> (Yuu) Bukannya aku bilang kamu tidak boleh sih. Tidak apa-apa kalau kamu mau pergi jalan-jalan.

> (Karen) [Stiker OK]

> (Yuu) Kapan rencananya kamu akan pergi?

> (Karen) Masih belum diputuskan secara jelas sih. Tapi mungkin selama liburan November akan lebih baik?

> (Yuu) Begitu, ya. Tolong beri tahu aku ketika kamu sudah memutuskannya.

> (Karen) Oke.

Percakapan pesanku dengan Karen berakhir disitu. Aku pun segera menelepon Touko-senpai.

“Halo?”

“Ini aku. Aku baru saja bertukar pesan dengan Karen.”

“Mungkinkah dia kebetulan menyebutkan untuk ‘pergi jalan-jalan’?”

“Touko-senpai, apakah kamu mendengar hal yang sama dari Kamokura-senpai?”

“Dia tidak sepenuhnya pasti tentang hal itu, tapi dia bilang padaku di telepon beberapa saat yang lalu bahwa dia mungkin akan melakukan perjalanan dengan orang-orang dari klub masa SMP-nya.”

“Sudah kuduga. Karen juga mengatakan sesuatu yang mirip dengan itu. Bahwa mereka belum memutuskan tanggal pastinya, tapi mungkin itu selama liburan November.”

“Tetsuya tidak memberitahuku sampai sebanyak itu. Yang dia katakan kurang lebih hanya ‘Aku mungkin akan pergi’.”

Maka itu pasti artinya bahwa Karen benar-benar menyukai perselingkuhan ini lebih daripada Kamokura.

Aku tidak lagi menganggap Karen sebagai pacarku, tapi itu bukan berarti kenyataan ini tidak membuat suasana hatiku menjadi buruk.

Aku memutuskan untuk mengatakan itu pada Touko-senpai.

“Dari cara dia berbicara, itu membuatku berpikir bahwa Karen-lah orang yang paling menikmati perselingkuhan mereka berdua ini.”

Sepertinya Touko-senpai memiliki kesan yang sama.

“Aku juga merasa begitu.”

“Ketika aku mengajaknya untuk bertemu minggu depan, dia menjawab bahwa dia belum yakin.”

“Itu buruk untuk kita.”

Kata-kata Touko-senpai berhenti sejenak. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Untuk saat ini, mari kita bertemu besok. Aku ingin kita memikirkan rencana kita selanjutnya. Tempatnya di kedai kopi yang sama dengan tempat kita pertama kali bertemu. Apakah itu tak masalah untukmu?”

“Baiklah. Waktu yang sama seperti terakhir kali juga.”

Setelah mengatakan itu, kami mengakhiri panggilan.

Touko-senpai akhirnya menerima bahwa Tetsuya Kamokura dan Karen Mitsumoto berselingkuh. Kami sekarang akhirnya akan pindah ke bagian balas dendam, strategi ‘membuat pihak lain menderita trauma yang begitu besar sehingga mereka merasa lebih baik mati.’

Dendam dan penghinaan karena dianggap bodoh selama ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan. Kami akan memberi mereka pelajaran yang akan tetap terukir di hati mereka selama sisa hidup mereka!

◇ ◇ ◇


Keesokan harinya, Senin jam 5 sore. Di suatu kedai kopi di stasiun yang jauh dari kampus kami. Tempat dimana aku pertama kali berbicara tentang situasi ini kepada Touko-senpai. Aku tiba 15 menit sebelum waktu yang ditentukan. Lima menit sebelum waktu yang ditentukan, Touko-senpai juga muncul.

“Kelihatannya kamu datang lebih awal seperti biasanya.”

Melihatku, Touko-senpai berbicara sambil duduk di kursinya.

Aku menjawabnya.

“Itu karena aku tidak bisa membiarkan diriku membuatmu menunggu, Touko-senpai.”

Yang dijawab Touko-senpai dengan senyum tegang.

“Kamu tidak perlu khawatir tentang hal-hal semacam itu.”

Aku sedikit lega. Itu adalah Touko-senpai yang sama seperti biasanya.

Aku ingat Touko-senpai yang menangis seolah melampiaskan semua emosinya yang terpendam pada Sabtu malam itu.

Itu adalah pertama kalinya aku melihat sisi lemahnya.

Karena itu, aku mendapatkan sensasi bahwa di dalam diriku, persepsiku tentang dia telah berubah.

Aku takut jika Touko-senpai merasa bahwa sesuatu tentangku juga telah berubah untuknya, maka kami tidak akan dapat bertemu dan berbicara seperti yang biasa kami lakukan sebelumnya.

“Lanjut ke rencana…”

Setelah memesan teh lemon, Touko-senpai memulai percakapan.

“Sekarang setelah kita memastikan bahwa Tetsuya dan Karen-san memang berselingkuh, aku tidak punya niat untuk terus pacaran dengan Tetsuya lama-lama.”

“Ya, hal yang sama berlaku untukku juga.”

Aku tidak mungkin terus pacaran dengan Karen seperti biasa sambil berpura-pura tidak menyadari tindakannya.

“Dan itu membawa kita ke rencana pertama yang kita bicarakan, rencana membuat mereka merasa sangat menyesal sehingga mereka merasa ingin mati.”

Aku dengan gugup menunggu kata-kata Touko-senpai selanjutnya.

“Tanggalnya adalah di Malam Natal.”

“Eh?”

Aku tidak sengaja mengeluarkan suara kaget.

Bukankah Malam Natal terlalu cepat? Ini sudah memasuki sepertiga terakhir bulan Oktober, jadi kami hanya punya waktu sekitar dua bulan.

Meskipun harus kuakui bahwa memang benar perpisahan yang menyakitkan di Malam Suci yang biasanya dihabiskan bersama oleh sepasang kekasih akan memberi mereka dampak yang lebih besar.

“Kenapa? Apakah ada masalah?”

Touko-senpai menatapku dengan tatapan ingin tahu.

“Tidak, itu bukan masalah. Hanya saja, spesifiknya, bagaimana kita akan melakukannya?”

“Ya…” 

Dia mengatur kembali posisi duduknya dan sedikit membungkuk ke depan.

“Pertama adalah membuat pihak lain jatuh cinta. Jauh lebih cinta daripada sekarang, begitu besar sehingga mereka tidak bisa hidup tanpaku.”

“Lalu?”

“Kita akan memperkirakan waktu ketika mereka merasa paling terikat dan tidak mau meninggalkan kita, dan kita akan putus dengan mereka dengan cara yang paling pedas. Dan waktu terbaik untuk melakukannya adalah di Malam Natal. Kamu tahu bahwa perkumpulan kita akan mengadakan pesta, kan?”

“Ya. Kudengar bahwa mereka mengadakan pesta besar setiap tahun. Ini adalah acara besar di dalam universitas.”

“Kita akan mengungkap perselingkuhan mereka dan menyatakan akhir hubungan kita dengan mereka di pesta itu. Tetsuya adalah tipe pria yang peduli dengan imej, dan dari apa yang kulihat dari Karen-san, dia adalah seseorang yang peduli dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak ada penghinaan yang lebih besar untuk mereka berdua selain itu, kan?”

Begitu, ya. Dia benar, bagi Kamokura, yang selalu perlu untuk berada di posisi pertama agar merasa aman, dicampakkan di depan semua orang akan menjadi penghinaan yang tidak akan pernah dia lupakan. Sedangkan untuk Karen, aku juga menyadari bahwa dia memiliki keinginan yang kuat untuk diakui oleh orang-orang di sekitarnya sebagai gadis yang imut. Jika perselingkuhan dia dengan senpai pacarnya diketahui, imej dirinya yang jatuh ke dasar akan menjadi hal paling terakhir yang dikhawatirkannya.

“Aku mengerti maksud perkataan Touko-senpai. Tetap saja, ada dua poin yang membuatku khawatir.”

“Dan apa itu?”

“Yang pertama adalah ada risiko kita merusak pesta Natal dengan melakukan itu.”

Touko-senpai setuju.

“Aku juga memikirkan hal yang sama. Meski begitu, pesta ini memiliki tradisi menggelar dua acara, yaitu ‘voting pasangan terbaik’ dan ‘pengungkapan rahasia.’ Meskipun umumnya hanya hal-hal seperti berita menarik dan waktu yang mereka gunakan untuk mengungkapkan perasaan tak terbalas mereka, ada suatu waktu ketika suatu pasangan menggunakannya sebagai momen untuk menyatakan akhir hubungan mereka.”

“Jadi acara-acara seperti itu diadakan ya. Aku memang tahu tentang ‘voting pasangan terbaik’, tapi aku tidak tahu tentang ‘pengungkapan rahasia.’”

“Namun, tampaknya pasangan yang menyatakan berakhirnya hubungan mereka membuat beberapa persiapan sebelum membuat pengumuman. Sekarang, aku merasa bahwa terbongkarnya perselingkuhan mereka dan berakhirnya hubungan mereka akan membuat Tetsuya dan Karen-san kebingungan. Entah apa yang akan dilakukan Tetsuya saat itu. Itulah sebabnya, kita juga harus mengambil beberapa tindakan untuk itu.”

“Mengambil beberapa tindakan?”

“Kita akan meningkatkan sekutu kita di dalam perkumpulan.”

Touko-senpai mengatakannya seolah itu adalah hal yang paling wajar.

“Isshiki-kun, kamu akrab dengan Ishida-kun, kan? Aku juga memiliki teman yang bisa aku percaya. Aku bermaksud agar kita memulai dengan meminta mereka berdua bergabung ke pihak kita.”

“Siapa orang yang kamu bicarakan itu?”

“Dia adalah seorang gadis yang tidak kamu kenal. Dia Kanou Kazumi, dari Fakultas Ekonomi. Dia bersekolah di SMP yang sama denganku dan rumah kami berdekatan, jadi kami berteman baik sejak saat itu. Dia tidak bersekolah di SMA Kaihimmakuhari, melainkan ke sekolah swasta. Kurasa bisa dikatakan kami kembali bersama sekarang di universitas.”

“Kalau begitu, kita akan menggunakan keduanya sebagai pembantu dalam menciptakan opini publik di dalam perkumpulan, kan? Tapi apakah itu cukup untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik?”

Aku masih ragu tentang hal itu. Memang benar bahwa mahasiswa baru dan mahasiswa tahun kedua laki-laki yang merupakan kouhai Kamokura membencinya secara diam-diam. Meskipun begitu, tidak dapat disangkal bahwa ada banyak gadis yang menjadi penggemar Kamokura dan dia memiliki pengaruh yang kuat di dalam perkumpulan.

Ketika menyangkut soal Karen, dia tampaknya agak terkucilkan dari gadis-gadis lain, tapi aku bertanya-tanya apakah itu memang benar.

“Tentang itu, aku berpikir untuk mendiskusikannya bersama Kazumi dan Ishida-kun. Ngomong-ngomong, apa kekhawatiranmu yang kedua?”

“Kita akan menjalankan rencana kita pada Malam Natal, kan? Aku khawatir apakah aku bisa membuat Karen jatuh cinta padaku sampai-sampai dia tidak ingin meninggalkanku saat itu.”

Lagi pula, saat ini, aku bisa bilang bahwa perasaan Karen padaku hampir menghilang.

“Maksudmu, kamu tidak memiliki kepercayaan diri untuk membuat Karen-san jatuh cinta padamu dalam dua bulan?”

“Maksudku, seperti yang kukatakan padamu melalui telepon, aku percaya bahwa perasaan Karen condong ke arah Kamokura-senpai saat ini.”

“Lembek seperti biasa, ya.”

Touko-senpai mengatakan itu dengan sedikit kekecewaan.

“Bukankah justru karena sekarang? Tiga bulan setelah dimulainya suatu hubungan adalah saat yang menentukan, saat itulah hubungan antara keduanya terbakar lebih terang dari sebelumnya atau mendingin dan secara alami rusak dengan sendirinya.”

“Apakah benar begitu?”

“Setidaknya sejauh yang aku tahu begitu. Sebulan, tiga bulan, setengah tahun, satu tahun, tiga tahun, dan seterusnya; itulah saat-saat ketika kedua kekasih cenderung berpikir untuk berpisah.”

Aku terperangah. Pikiran untuk putus ternyata cukup sering terjadi, ya.

“Pasangan yang putus setelah sebulan sebagian besar adalah mereka yang jadian karena iseng tapi memutuskan bahwa itu berbeda dari yang mereka harapkan. Itu sebabnya ada banyak dari mereka yang tidak menganggap itu sebagai pengalaman pacaran.”

Iseng, ya? Meski begitu, bukankah ‘tidak dianggap sebagai pengalaman pacaran’ agak terlalu berlebihan?

“Tiga bulan adalah saat ketika mereka yang memiliki kecocokan yang bagus akan mulai melihat bagian baik dari satu sama lain dan perasaan cinta mereka semakin dalam. Di sisi lain, bagi mereka yang tidak memiliki kecocokan yang baik, mereka mulai terlalu sensitif akan sisi buruk pasangannya dan mulai merasa tidak cocok dengannya, sehingga membuat perasaan mereka hilang.”

Mendengarnya seperti itu, apa yang dia katakan mungkin benar.

“Isshiki-kun dan Karen-san berada dalam periode 3 bulan ini, kan? Apa pendapatmu tentang Karen-san sampai sekarang? Sebelum kamu mengetahui tentang insiden ini.”

Maksudnya sebelum aku mengetahui bahwa Karen dan Kamokura berselingkuh?

“Hmm, benar juga. Kupikir aku jadi cukup tergila-gila dengan Karen. Bagaimanapun, dia adalah pacar pertamaku. Memang benar bahwa aku mungkin merasa pacaran dengannya berbeda dari apa yang aku kira, tapi itu tidak membuatku merasa tidak nyaman.”

Aku sekali lagi teringat hari-hari menyenangkan yang aku habiskan bersama Karen. Aku merasakan sakit yang berdenyut menyerang hatiku.

“Aku mengerti, ‘yang pertama’ memang spesial, kan…?”

Kata-kata sedih, yang terdengar dari Touko-senpai, menusuk dadaku dengan rasa sakit yang tajam.

Sensasi rasa sakit ini berkali-kali lipat lebih besar daripada yang kurasakan saat memikirkan Karen.

…Sudah kuduga, Touko-senpai masih memikirkan Kamokura…

Pada saat itu, seolah-olah semua oksigen di paru-paruku telah hilang, aku merasakan sesak napas.

“Tapi, dari fakta bahwa kamu, betapapun kecilnya, agak gelisah tentang itu, kupikir Karen-san mungkin lebih merasakannya. Jika kamu tidak bisa membuatnya jatuh cinta padamu sekarang, apakah kamu pikir kamu akan bisa melakukannya nanti?”

Bagian terakhir dari kalimatnya adalah komentar yang tajam.

Seperti yang dia katakan. Masalah ini bukanlah masalah yang bisa dipecahkan oleh waktu.

Tidak, malahan, semakin banyak waktu yang berlalu maka semakin dirugikannya aku. Namun…

“Aku mengerti maksudmu, Touko-senpai. Memang benar, menunda-nunda tidak akan membuat masalah ini berubah menjadi lebih baik dengan sendirinya.”

Touko-senpai mengangguk dalam diam.

“Meskipun begitu, tidak peduli bagaimana aku melihatnya, memulihkan perasaan pacarku yang hilang bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah dilakukan.”

“Kamu benar, itu mungkin tidak mudah. Namun, mengingat situasi saat ini, kupikir itu masih sangat mungkin.”

Karena ekspresi bingung di wajahku, Touko-senpai menjelaskannya padaku. 

“Karen-san masih merahasiakan perselingkuhannya dengan Tetsuya darimu, kan? Singkatnya, itu berarti Karen-san sendiri masih menganggap Isshiki-kun sebagai pacar aslinya sekarang.”

Hmm, kedengarannya cukup akurat, mungkin.

“Mungkin memang perasaannya sangat ke arah Tetsuya. Namun, kurasa Tetsuya belum begitu menyukai Karen.”

Aku melihat lagi ke Touko-senpai. Ini tidak seperti kata-kata yang terlalu percaya diri. Dari penampilannya saja, Karen bukanlah tandingan Touko-senpai. Terlepas dari seberapa banyak Karen mengenakan topeng gadis imutnya.

“Aku bisa tahu dari sikap normal Tetsuya, tapi kamu juga bisa tahu dari acara perjalanan kali ini. Karen-san berbicara padamu dengan asumsi bahwa perjalanan itu sudah pasti akan terjadi. Namun, Tetsuya hanya mengatakannya pada level ‘Aku mungkin akan pergi.’ Itu berarti, tergantung pada tindakanku, rencana perjalanan itu mungkin berhasil atau tidak.”

Aku mengangguk. Tentu saja, jika Touko-senpai memberi tahu Kamokura untuk tidak ikut jalan-jalan, rencana perjalanan kemungkinan besar akan gagal.

“Menurutmu apa yang akan dipikirkan seorang wanita jika pria yang akan pergi bersamanya dalam perjalanan yang sangat dinanti-nantikannya tiba-tiba membatalkannya pada menit terakhir? Aku akan mengendalikan hal itu.”

Touko-senpai mengatakannya dengan acuh tak acuh.

Dia sangat luar biasa. Bukan hanya luar biasa, tapi itu bahkan sedikit menakutkan.

“Ada juga satu hal lain yang kupikirkan tentang Karen-san.”

Touko-senpai mengangkat jari telunjuknya. Itu semacam memberi kesan bahwa itu adalah rahasia.

“Apa itu? Apa hal lain itu?”

“Tahukah kamu, kalau Perempuan, adalah makhluk sosial. Terutama yang bertipe seperti dia.”

“Makhluk sosial? Apa maksudmu?”

Manusia adalah makhluk yang hidup bermasyarakat sejak awal, jadi apa sebenarnya hubungan itu dengan Karen yang jatuh cinta padaku?

“Jika kamu tidak memahaminya, Isshiki-kun, maka ada satu hal yang benar-benar kamu salah pahami.”

“Benar-benar salah pahami, katamu?”

Aku merasa bingung dengan kata-katanya, jadi aku bertanya lebih lanjut.

“Ya. Bahkan mungkin semua pria yang menganggap diri mereka tidak populer memiliki kesalahpahaman yang sama.”

Aku sama sekali tidak tahu apa yang Touko-senpai coba katakan.

“Menurutmu apa kualitas yang membuat seorang pria menjadi populer?”

Melihat ekspresi kebingunganku, Touko-senpai menanyakan pertanyaan itu padaku.

“Yah, sesuatu seperti tampan, atletis, atau tinggi. Jika kita berbicara tentang kualitas dalam diri, maka pintar, lembut, atau baik hati, sesuatu seperti itu?”

“Itulah kualitas ‘laki-laki populer’ menurut pria, kan?”

“Apakah pendapat wanita berbeda?”

“Aku tidak akan bilang bahwa kualitas yang kamu sebutkan itu salah, tapi kamu masih melewatkan intinya. Bukankah ada unsur yang jauh lebih penting?”

“Unsur yang lebih penting?”

“Kita ambil dengan yang kamu katakan soal, tampan, atletis, tinggi, pintar, lembut, baik hati. Jika itu adalah kualitas yang diperlukan, bukankah aneh bagaimana para komedian yang tidak terlalu keren itu dapat menikahi penyiar TV yang cantik dan berbakat?”

“Tapi bukankah itu karena komedian punya banyak uang? Mereka juga tampaknya pandai berbicara.”

“Bukankah ada banyak selebriti yang, tanpa begitu terkenal, telah menikah dengan aktris pengisi suara terkenal?”

“Ya, kamu benar.”

“Itu merupakan salah satu unsur yang aku sebutkan dan termasuk apa yang baru saja kamu katakan tentang ‘pandai berkata-kata.’”

“Seperti merayu gadis dengan mudah, hal-hal semacam itu?”

“Tidak. Baik dalam mendengarkan, mampu memahami dan mengerti niat orang lain, dan dari sana dengan terampil menciptakan suasana yang tepat.”

Pandai mendengarkan, menangkap maksud dari apa yang coba dikatakan orang lain, dan menciptakan suasana.

Berpikir samar-samar, aku merasa bahwa aku mengerti apa yang dia katakan.

“Kamu tidak akan disukai oleh gadis-gadis jika kamu hanya pandai berbicara. Seseorang yang pertama kali mampu mendengarkan dengan baik dan mampu bersimpati dengan perasaan mereka, itulah tipe orang yang disukai dalam banyak kasus.”

“Jadi maksudmu aku harus mendengarkan dengan seksama ketika Karen berbicara?”

Aku selalu berpikir bahwa aku sudah mendengarkan Karen dengan penuh perhatian.

Lagi pula, Karen adalah tipe orang yang terus-menerus memaksakan pendapatnya sendiri secara sepihak.

“Bukan begitu. Aku yakin kamu adalah tipe orang yang mendengarkan dia dengan penuh perhatian. Ini karena aku mendapatkan perasaan itu bahkan ketika kamu berbicara denganku.”

“Kalau begitu, ekspresi verbalku? Atau apakah itu soal menciptakan suasana?”

“Benar, menciptakan suasana. Tapi maksudku bukan seperti bagaimana pasangan menciptakan suasana romantis atau semacamnya.”

Sekali lagi, aku tidak bisa memahami apa yang Touko-senpai coba katakan padaku. Aku seperti sedang mencoba memecahkan teka-teki.

“Lalu, suasana seperti apa yang sedang kita bicarakan?”

“Suasana kelompok. Dengan kata lain, meningkatkan popularitasmu di kalangan perempuan.”

… Huh…?

Aku tercengang.

Meningkatkan popularitasku di kalangan perempuan?

Bukankah itu pada dasarnya sama dengan menyuruhku pergi dan menjadi buaya darat?

Jika aku bisa melakukan hal seperti itu, aku tidak akan mengalami rasa sakit ini sejak awal.

Apakah Touko-senpai berpikir itu mudah dilakukan karena pacarnya adalah seseorang seperti Kamokura, yang bisa membuat semua gadis berteriak kegirangan?

“Kupikir itu adalah sesuatu dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Maksudku, aku sudah cukup kesulitan membuat Karen seorang jatuh cinta padaku, apalagi melakukan hal yang sama pada semua gadis. Itu mustahil untukku. Sebaliknya, aku merasa kita salah menempatkan prioritasnya.”

Namun, Touko-senpai menutup matanya dan menggelengkan kepalanya.

“Tolong jangan salah paham. Aku tidak bilang, ‘membuat semua gadis jatuh cinta padamu.’ Itu tidak mungkin karena setiap orang memiliki seleranya masing-masing. Namun, yang aku maksud dengan itu hanyalah meningkatkan pendapat para gadis tentangmu.”

Melihat bahwa itu pun masih tidak bisa membuatku paham, Touko-senpai memberiku penjelasan lebih lanjut.

“Tahukah kamu, ketika seorang gadis berkata, ‘Aku ingin orang itu sebagai pacarku’ atau ‘alangkah bagusnya jika aku punya pacar seperti orang itu’, maksud dua perkataan itu adalah hal yang sepenuhnya berbeda. ‘Aku ingin dia sebagai pacarku’ menunjukkan bahwa, terlepas dari kondisi apa pun yang ada, individu tertentu itu adalah target cintanya. ‘Alangkah bagusnya jika dia adalah pacarku’ mempertimbangkan kondisi dan hal-hal lain dan itu tidak lebih dari pengamatan umum. Itu bukan berarti bahwa dia ingin membuat orang itu menjadi pacarnya. Jadi, apa yang akan kamu tuju adalah tipe ‘Alangkah bagusnya jika dia adalah pacarku.’ Meski tidak sepenuhnya, seharusnya tak masalah kalau kamu hanya mencapai ini hingga titik tertentu.”

“Hahh, aku mengerti maksudmu. Tapi apakah Karen akan benar-benar menyukaiku lebih dari sekarang jika aku meningkatkan popularitasku di kalangan perempuan?”

“Menurutku metode ini efektif. Setidaknya terhadap Karen-san.”

Hmm, terus terang, masih ada beberapa poin tentang apa yang Touko-senpai katakan yang tidak bisa aku mengerti, membuatku sulit untuk menerimanya sepenuhnya…

Meski begitu, pasti ada sesuatu tentang Karen yang tidak aku lihat, tapi Touko-senpai bisa melihatnya.

“Tetap saja, bagaimana caraku melakukannya?”

“Aku akan memberitahumu lebih detail tentang itu nanti. Jangan khawatir, jika kamu mengikuti apa yang aku katakan, kamu akan memiliki kesempatan yang cukup bagus untuk berhasil. Sisanya hanyalah masalah tekad dan semangatmu.”

Setelah berbicara seperti itu, Touko-senpai dengan tenang meminum teh lemonnya. Dia kemudian meletakkan cangkir itu kembali di atas meja.

“Ada sesuatu yang jauh lebih penting dari itu: akhirnya memutuskan pada hari kita akan memberikan pukulan KO kepada kedua tukang selingkuh itu!”

Dengan cahaya yang lebih terang di matanya daripada yang pernah kulihat sebelumnya, Touko-senpai menatapku saat dia berbicara.

“Tidak peduli seberapa banyak kita merencanakan sesuatu, kecuali kita memiliki tanggal yang pasti untuk menjalankan rencana itu, kita tidak akan dapat mewujudkannya. Itulah sebabnya kita akan menetapkan Malam Natal sebagai hari-H kita. Kamu tak masalah, kan?”

Persis seperti yang dikatakan Touko-senpai. Tidak ada yang akan terjadi jika ini terus-menerus ditunda berulang-ulang. Kami harus mempersiapkan diri dan menghadapinya secara langsung. Karena yang kami lakukan di sini adalah dengan tujuan itu.

“Baiklah. Mari kita lakukan! Kita masih punya waktu 2 bulan untuk itu!”

“Itu baru semangat!”

Touko-senpai pun tersenyum kalem setelah itu.

Untuk saat ini, aku dan Touko-senpai meninggalkan kedai kopi dan memasuki restoran keluarga yang berada di sepanjang jalan raya nasional. Pembicaraan kami sangat panjang, jadi kami pikir mungkin akan lebih baik pindah ke tempat lain untuk saat ini. Itu juga karena kami lapar, sih. Touko-senpai memesan pasta sementara aku memesan satu set hamburger. 

Omong-omong, Touko-senpai tidak mengizinkanku membayar pesanannya sepeser pun. Meskipun aku sudah bilang padanya untuk membiarkanku yang membayar setidaknya pada saat aku yang mengajaknya, dia hanya bilang untuk tidak perlu khawatir tentang itu karena kami berdua adalah pelajar dan membayar pesanan kami masing-masing. Karena Karen selalu membiarkanku membayar seperti itu adalah hal yang paling wajar, aku merasa sedikit aneh tentang ini.

“Nah, Touko-senpai, tentang metode agar aku dapat membuat Karen jatuh cinta padaku di hari-H, bisakah aku memintamu untuk memberitahuku ‘strategi’ yang kamu pikirkan?”

Touko-senpai mengatur ulang posisi duduknya beberapa kali sebelum mulai menjelaskan.

“Aku sudah menyebutkan 2 strategi sebelumnya. Salah satunya adalah merusak rencana perjalanan mereka. Dalam hal ini, kamu tidak perlu melakukan apa pun. Seandainya Karen-san memberitahumu bahwa dia ingin melakukan perjalanan bersama temannya, yang perlu kamu lakukan hanyalah membiarkannya pergi dan berkata ‘bersenang-senanglah.’”

“Itu strategi di mana kamu akan dengan cekatan memanipulasi Kamokura dan membuatnya membatalkan perjalanan di menit-menit terakhir, kan, Touko-senpai?”

“Ya. Tetsuya seharusnya tidak seingin itu berkencan dengan Karen-san hingga harus mengambil risiko membuatku marah. Tapi kurasa dibatalkannya perjalanan yang sangat Karen-san nantikan pada menit-menit terakhir akan membuatnya sangat kesal. Itu bahkan mungkin dapat mengubah cara dia memandang Tetsuya. Jika pada saat itu dia sadar pada bagaimana kamu yang selalu memperlakukannya dengan kelembutan dan kehangatan, Karen-san pasti akan mengingat siapa yang seharusnya menjadi nomor satu untuknya, kan?”

Aku bertanya-tanya apakah semuanya akan berjalan selancar itu… Keraguan kecil itu terlintas di pikiranku, tapi aku juga memiliki sensasi penasaran karena mendengar Touko-senpai mengatakannya seakan-akan itu akan persis terjadi tanpa hambatan. 

“Dan strategi lainnya?”

“Itu yang aku sebutkan sebelumnya. Meningkatkan popularitasmu di kalangan perempuan.”

“Itulah yang aku tidak benar-benar mengerti. Tolong bisakah kamu menjelaskannya dengan sedikit lebih spesifik?”

“Pertama dan terpenting adalah tidak melakukan apa pun yang akan membuat para gadis tidak menyukaimu.”

“Bukankah aku sudah berusaha agar tidak dibenci semua orang?”

“Benarkah? Meski aku yakin bahwa laki-laki cenderung kurang perhatian.”

“Dalam hal apa maksudmu itu?”

“Misalnya, tentang penampilan seseorang, rambut acak-acakan, bulu hidung terlihat, ada kotoran mata, janggut tidak terawat, dan pakaian yang berantakan. Semua itu tidak akan terlihat di perempuan kebanyakan.”

Aku mencoba menjelajahi ingatanku. Aku merasa bahwa jumlah perempuan yang memiliki salah satu ciri tersebut memang rendah.

“Pernahkah kamu berpikir berapa banyak waktu yang dihabiskan perempuan setiap harinya untuk merawat tubuh dan penampilan mereka sendiri? Jawabannya adalah lebih dari satu atau dua jam.”

Jadi begitu ya?

Memang benar bahwa ketika aku melakukan perjalanan dengan perempuan, aku sering melihat mereka membetulkan atau merapikan rambut dan wajah mereka.

“Itulah sebabnya menjaga penampilan tetap prima dan rapi adalah hal minimum yang perlu kamu lakukan. Namun kamu tidak harus mengenakan pakaian bermerek atau memiliki gaya rambut modern yang keren. Anak laki-laki populer selalu menjaga penampilan mereka agar tetap rapi.”

Setelah dia mengatakan itu, Touko-senpai menambahkan,

“Dalam hal itu, kamu sudah lulus, Isshiki-kun.”

“Terima kasih banyak. Apa saja selain itu?”

“Dalam hal sikap, ucapan, dan tindakan, aku membaca di beberapa buku bahwa perempuan membenci tubuh mereka disentuh. Kepala mereka diusap oleh pria yang tidak dekat dengan mereka atau bukan seseorang yang mereka sukai adalah hal yang membuat tidak nyaman. Dari situ kita dapat menyimpulkan bahwa menjaga jarak dan tidak melakukan apa pun selain berbicara dengan mereka sejauh ini adalah pilihan terbaik.”

Ooh! Kasarnya! Tapi yah, aku juga bertanya-tanya orang bodoh macam apa yang mengusap kepala perempuan atau melakukan kabedon padanya.

“Ada banyak laki-laki yang tidak tahu kapan mereka cukup mendengarkan masalah seorang gadis. Dan ada banyak laki-laki yang mungkin salah paham ketika seorang gadis menceritakan masalahnya pada mereka, mengira dia mengandalkan mereka, dan pada akhirnya melakukan segalanya untuk memberikan nasihat kepadanya. Perempuan tidak benar-benar mengharapkan pemikiran logis atau solusi untuk masalah mereka. Mereka hanya ingin seseorang mau mendengarkan mereka. Jika pada saat itu kamu memberi tahu dia ‘kamu harus melakukan itu’ atau ‘jika kamu melakukan ini,’ maka semua yang akan terlintas di benak gadis itu adalah ‘hah? Bukan itu yang aku mau.’ Dan sesuatu seperti mengkritiknya sama sekali tidak boleh dilakukan.”

Um, apakah hanya perasaanku atau Touko-senpai hari ini memang sangat menakutkan?

“Itulah sebabnya, mulai sekarang, setiap kali kamu berbicara dengan seorang perempuan, kamu harus menahan dirimu untuk hanya mendengarkan mereka sebanyak mungkin. Memberikannya jawaban sesekali seperti ‘Kamu benar, aku juga mengalami hal yang sama’ sudah lebih dari cukup.”

Syukurlah. Berbicara dengan gadis-gadis yang tidak aku kenal bukanlah salah satu kelebihanku. Aku selalu khawatir tentang apa yang harus aku bicarakan dan tidak dapat menemukan kata-kata dalam kepanikanku.

“Ah, namun, mungkin alangkah baiknya bila pria-lah yang menjadi orang yang mengucapkan kata-kata pertama dan mencairkan suasana dengan beberapa topik untuk dibicarakan. Kurasa itu akan menyeramkan jika kamu hanya tetap berada di dekat mereka dalam hening. Mereka akan mulai berpikir kalau kamu memiliki suatu motif tersembunyi.”

Wanita memang rumit, ya.

“Selain itu, ketika kamu bersama sekelompok perempuan, kamu harus selalu bersikap tidak memihak. Ini karena wanita sangat peka bahkan terhadap perbedaan sekecil apa pun dalam perlakuan yang mereka terima. Meskipun perempuan yang menerima perlakuan khusus mungkin merasa senang tentang hal itu, perempuan lain pasti tidak akan merasa senang. Pada akhirnya, perempuan yang mendapat perlakuan khusus akan terganggu oleh tatapan orang lain tersebut dan akhirnya pergi.”

Setelah itu, Touko-senpai melanjutkan memberitahuku betapa pentingnya ‘suasana kelompok’ bagi perempuan.

“Jadi, Touko-senpai, apakah hanya dengan meningkatkan pandangan tentangku di kalangan perempuan sudah cukup untuk membuat perasaan Karen padaku datang kembali?”

Touko-senpai mengangguk.

“Dari apa yang aku lihat, Karen-san adalah tipe orang yang mendambakan perhatian semua orang atau yang membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk merasa diri mereka bernilai. Untuk perempuan seperti itu, memperlakukan mereka dengan baik saja tidaklah cukup. Mereka adalah tipe orang yang setiap kali mereka diberi sesuatu, mereka mengharapkan sesuatu yang lebih besar di waktu berikutnya dan siklus itu tidak pernah berakhir. Mereka selalu meningkatkan standar untuk ‘kepastian cinta’ mereka.”

Aku sangat menyadari hal itu. Malahan, apa yang Touko-senpai katakan tepat sasaran. 

Pada awalnya, Karen memulai dengan hanya meminta hal-hal kecil dariku, tapi akhirnya, hal-hal kecil itu menjadi norma, dan dia kemudian mulai menuntut lebih banyak hal yang berbeda. Kemudian, ketika aku tidak dapat memenuhi tuntutannya, suasana hatinya akan tetap memburuk untuk waktu yang lama, dan kadang-kadang, dia bahkan marah tanpa sebab.

“Perempuan seperti itu juga rentan selingkuh. Mereka merasa bahwa satu pria saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka dan karenanya mencari yang lain. Mereka kemudian bahkan membenarkan perselingkuhan mereka dengan mengatakan bahwa pacar mereka tidak cukup memahami mereka, bahwa pacar mereka tidak peduli dengan perasaan mereka, bahwa pacar mereka tidak memberi mereka cukup cinta.”

Bukankah sebaiknya kamu melupakan jurusan ilmu komputer dan beralih menjadi psikolog atau ilmuwan, Touko-senpai?

“Orang-orang seperti itu, yang menginginkan perhatian terus-menerus atau membutuhkan pengakuan orang lain sangat memperhatikan pandangan orang-orang di sekitar mereka. Itulah sebabnya, jika perempuan di sekitarnya mengatakan bahwa Isshiki-kun adalah pria yang hebat, maka dia tidak akan mau melepaskanmu sebagai pacarnya. Justru sisi Karen-san itulah yang mungkin membuatnya selingkuh dengan Tetsuya, yang populer di kalangan perempuan di perkumpulan kita dan menjadi pusat perhatian.”

Oooh, itu penjelasan yang cukup meyakinkan!

Tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya diam di sana mendengarkan Touko-senpai.

“Itulah sebabnya, terlepas dari seberapa baik kamu memperlakukannya, bagi Karen-san, itu adalah ‘hal yang jelas’ yang harus kamu lakukan, artinya perasaannya padamu tidak akan kembali. Lebih baik kita meningkatkan penilaian gadis-gadis lain tentangmu, sehingga membuat Karen-san berpikir bahwa dia tidak ingin melepaskanmu dan dia ingin memilikimu untuk dirinya sendiri.”

Aku sangat terkesan dengan kemampuan pengamatan dan persepsi Touko-senpai. Terutama bagian tentang tuntutan Karen terhadapku yang meningkat, seolah-olah dia pernah melihat itu terjadi di depan matanya sendiri.

“Yang kamu butuhkan hanyalah menarik perhatian lebih banyak perempuan daripada pria, maka kamu akan siap.”

“Apa yang harus aku lakukan untuk mencapai itu?”

Touko-senpai memasang ekspresi yang sulit dijelaskan pada pertanyaanku.

Itu adalah tatapan nakal yang masih menunjukkan bahwa dia akan meminta bantuan. 

“Konseling gratis berakhir di sini. Mulai sekarang, aku ingin semacam hadiah untuk diriku sendiri.”

“Hadiah? Maksudmu uang?”

“Aku tidak butuh uang. Ada sesuatu yang lebih penting dari itu bagiku…”

“Sesuatu yang penting untuk Touko-senpai?”

Apa itu? Aku tidak punya bayangan sedikit pun.

“Yah, bagiku… ******.”

Touko-senpai menurunkan suaranya tiba-tiba.

“Eh? Maaf, apa kamu bilang?”

“Kubilang… ******.”

Dalam kejadian yang tidak biasa itu, Touko-senpai mengalami kesulitan mengekspresikan dirinya karena dia tampak gelisah.

“Maaf, aku tidak bisa mendengarmu dengan baik. Bisakah aku memintamu untuk mengulanginya dengan suara yang lebih keras?”

“Ngh! Argh!” 

Dengan wajah merah, Touko-senpai berteriak seolah marah.

“Aku ingin kamu mengajariku bagaimana caranya menjadi ‘gadis imut’!”

“…”

Untuk sesaat, aku terkejut, tidak dapat berkata-kata.

Wajah Touko-senpai memerah. Bahkan telinganya merah.

“Aku sudah pernah bilang sebelumnya, kan? Bahwa aku ingin menjadi imut. Itulah sebabnya aku ingin kamu memberi tahuku bagaimana caranya menjadi ‘gadis imut’ di mata laki-laki!”

Dia terus gelisah sepanjang dia berbicara.

…Begitu saja, kamu sudah ‘imut’, Touko-senpai…

Aku merasa itu lucu. Touko-senpai yang tenang, cerdas, dan cantik sempurna meminta bantuan dalam hal ini.

“Pff.”

Aku tidak bisa menahan tawaku sepenuhnya.

“A-Apa? Kenapa kamu tertawa?”

Dengan wajahnya yang masih merah, Touko-senpai menatapku dengan panik.



“Aah, maaf. Aku hanya tidak bisa mempercayainya.”

“Apa maksudmu kamu tidak percaya!? Sudah kubilang sebelumnya; bagi wanita, hal-hal semacam itu…”

“Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tidak berniat menyangkal apa yang kamu katakan, Touko-senpai.”

Setelah aku mengatakan itu, untuk saat ini, Touko-senpai tampaknya menarik kembali kata-kata yang akan dia lontarkan. 

Meskipun begitu, dia masih mengerucutkan bibirnya karena tidak senang. Dengan wajah yang masih merona merah.

“Tapi apa kamu yakin tak masalah denganku? Dengan gambaran ‘gadis imut’ yang mungkin dimiliki oleh orang sepertiku?”

Permintaan itu juga aneh. Si cantik sempurna, Touko-senpai, meminta bantuanku yang biasa-biasa saja ini soal ‘bagaimana caranya menjadi gadis imut.’ Bukankah dia meminta bantuan pada orang yang salah?

“Aku tidak meminta bantuanmu karena itu kamu. Itu karena aku tidak bisa meminta bantuan orang lain untuk hal ini.”

Mungkin masih merasa agak malu, dia melirik ke arahku sambil menundukkan kepalanya.

“Aku mengerti. Jika kamu tak masalah denganku, izinkan aku untuk berpikir dan membuat ringkasan tentang apa yang aku yakini sebagai ‘gadis imut’ di lain waktu.”

“Laporannya harus paling sedikit 5 halaman dan tidak lebih dari 10 halaman. Poin utama harus diringkas dalam kesimpulan! Jika aku menganggap bahwa nilainya kurang dari C, kamu harus menulis ulang laporannya!”

Mencoba menyembunyikan rasa malunya, dia membuat lelucon itu sebelum membuang muka ke samping dengan cemberut. Dan sekarang pun wajahnya tetap merah.

Sikapmu ini sangat imut, Touko-senpai.

◇ ◇ ◇


Keesokan harinya, aku menelepon Karen jam 8 malam lewat sedikit seperti yang selalu kulakukan.

Ini karena, berdasarkan pola yang mereka miliki sampai sekarang, kupikir dia tidak akan bertemu dengan Kamokura hari ini. 

Namun, Karen tidak menjawab teleponnya. Tiga jam setelah itu, aku menelepon Karen lagi.

“…Halo.”

Berbeda dengan semangatnya yang biasa, dia berbicara dengan suara rendah tidak senang.

“Karen? Ini aku, Yuu.”

“Karen sudah tahu itu dari saat panggilan ini masuk dan melihat layarnya.”

“Iya juga, ya.”

“Dan? Yuu-kun ada perlu apa?”

Itu adalah cara bicara yang kasar. Dia dalam suasana hati yang sangat buruk.

“Ah, tidak, hanya saja aku meneleponmu sebelumnya dan kamu tidak menjawab. Aku bertanya-tanya apakah sesuatu telah terjadi.”

“…Tidak juga. Karen tadi sedang tidur di ranjang.”

“Begitu ya. Kamu tidur ‘di ranjang.’”

Sepertinya dia bertemu dengan Kamokura hari ini. Artinya ‘tidur di ranjang’ berbeda dariku.

“Cuma itu?”

“Eh, ya. Kamu ingat aku berjanji untuk menghubungimu setiap hari, kan?”

“…”

“Aku juga ingin mendengar suaramu, Karen.”

Mengendalikan perasaan marahku, entah bagaimana aku berhasil mengatakannya dengan nada yang ramah.

“Bukankah sudah cukup?”

“Eh?”

“Sudah cukup menelepon Karen setiap hari.”

“Tapi itu kan kamu sendiri yang bilang, Karen. Bahwa wajar bagiku sebagai pacar untuk meneleponmu setiap hari.”

“Itu dulu ketika Karen dan Yuu-kun baru mulai jadian. Sudah tiga bulan sejak saat itu. Karen berpikir mungkin tidak masalah untuk berhenti melakukan telepon harian.”

“Apakah itu berarti kamu tidak ingin berbicara denganku setiap hari?”

“Bukan begitu. Ditelepon setiap hari membuat Karen merasa seperti sedang diawasi. Seolah-olah kebebasan Karen dibatasi. Jika itu terjadi, Karen mungkin saja akan membenci Yuu-kun karena itu!”

Cewek ini, dari mana dia bisa mengatakan hal semacam itu padahal dia sendiri melakukan hal-hal yang pantas untuk diawasi?

“…Begitu ya…”

…Apakah waktumu bersama Kamokura sepenting itu bagimu? Begitu penting sehingga hanya berbicara denganku adalah hal yang membuang-buang waktu?…

Keheningan berlanjut untuk beberapa saat.

“Apa hanya itu?”

“Ah, ya.”

“Kepala Karen sakit, jadi Karen akan tidur sekarang.”

“Oh, ya. Selamat malam.”

Tidak lama setelah aku menjawab begitu, dia pun mengakhiri panggilan.

◇ ◇ ◇


Keesokan harinya, Rabu, kami berkumpul di sebuah kedai kopi yang jauh dari universitas.

Selain aku dan Touko-senpai, sahabatku, Youta Ishida, dan sahabat Touko-senpai, Kazumi Kanou-san, bersama dengan kami. Ini adalah pertama kalinya kami berempat berkumpul seperti ini, dan juga pertemuan pertama aku dan Ishida dengan Kazumi-san.

Rambut Kazumi dicat dengan warna coklat muda, dan dia memberikan imej wanita cantik pada umumnya.

“Itu gawat.”

Setelah aku membagikan isi percakapanku semalam dengan Karen, Touko-senpai meletakkan tinjunya di dagu dan memasang ekspresi serius.

“Aku juga berpikir begitu…”

Aku berbicara dengan suara murung.

Isi panggilan itu begitu buruk sehingga kamu bisa menganggap bahwa itu isi pangilan dari pasangan yang hampir putus.

“Itu sangat buruk karena kamu membuat Karen-san mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk tidak meneleponnya setiap hari. Ini karena dengan melakukan itu, dia sekarang menyadari fakta bahwa tingkat prioritas Isshiki-kun dalam dirinya telah jatuh.”

Mendengar itu, Kazumi-san memisahkan bibirnya dari sedotan es kopi yang dia minum.

“Seperti yang dikatakan Touko. Pada saat-saat seperti itulah wanita mulai merasa bahwa pria itu menyebalkan, dan mereka mulai bosan. Kalimat-kalimat seperti ‘Aku ketiduran,’ ‘kepalaku sakit,’ ‘Aku merasa mengantuk’ adalah kalimat-kalimat yang cukup umum ketika si pacar mulai mengorek hal-hal yang seorang gadis tidak ingin mereka ketahui.”

“Maaf. Ini semua karena aku mencoba menghubunginya berkali-kali…”

Aku menundukkan kepalaku dan Ishida pun berbicara membelaku.

“Tidak, kurasa apa boleh buat. Jika pacarmu tidak menjawab panggilan rutinmu, bukankah wajar jika seorang pacar bertanya, ‘apa yang sedang kamu lakukan?’”

“Ya. Mungkin tidak menanyakan apa pun pada saat itu malah akan lebih terasa tidak wajar.”

Touko-senpai setuju dengannya tentang hal itu. Meskipun begitu, tepat setelah itu dia memberiku peringatan berikutnya.

“Tetap saja, mulai sekarang, pastikan kamu tidak menghubungi Karen-san tepat di saat dia mungkin sedang bersama Tetsuya. Terlepas dari apakah mereka selingkuh atau tidak, dihubungi oleh pacar mereka ketika mereka bersama pria lain adalah salah satu hal yang paling menjengkelkan bagi wanita.”

“Baiklah.”

“Ingatlah bahwa tujuan kita adalah mencampakkan pasangan kita pada saat mereka sangat mencintai kita. Kamu harus melakukan yang terbaik untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membuat perasaannya terhadapmu semakin menjauh.”

Aku tidak punya kata-kata untuk menjawab itu. Namun, kalau dipikir baik-baik, bukankah memulihkan cinta pacarmu ketika dia akan putus denganmu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dicapai?

“Baiklah, mari kita kesampingkan itu untuk saat ini. Bukan itu topik utama pertemuan hari ini, kan? Ini untuk memutuskan rencana tindakan kita dalam menjatuhkan palu keadilan pada Kamo-Cabul dan si Jalang itu, kan?”

Mungkin mencoba meredakan suasana, Kazumi membuat lelucon kecil. Namun, satu-satunya yang menanggapi balik pada ‘Kamo-Cabul’ dan tertawa terbahak-bahak adalah Ishida. Touko-senpai kemudian berbicara dengan ekspresi tidak senang.

“Kamu benar. Nah, seperti yang aku katakan sebelum pertemuan ini, kami ingin kalian berdua menciptakan suasana di dalam grup yang membantu memudahkan mereka untuk membela kami. Lagi pula, apa yang kita bicarakan di sini adalah membuat skandal di salah satu acara perkumpulan, pesta Natal. Jika orang-orang yang hadir di sana tidak memihak kami, kerusakan pada Tetsuya dan Karen akan berkurang setengahnya.”

“Dari apa yang aku dengar sampai sekarang, tentu saja, Tetsuya itu sampah, tapi si Karen itu juga sama saja, kan? Seharusnya tidak banyak perempuan yang bersimpati dengan cewek itu mengingat keadaannya saat ini, bukankah begitu?”

Uwah, dia baru saja mengatakan hal-hal yang sulit dikatakan dengan entengnya! Kazumi-san adalah tipe orang yang blak-blakan.

Ishida menambahkan dengan nada yang sama.

“Jika kita berbicara tentang Karen-chan, ya, para perempuan tidak akan benar-benar berpihak padanya. Dan untuk Kamokura-senpai, sebagian besar mahasiswa baru dan mahasiswa tahun kedua laki-laki bahkan tidak akan berpikir untuk bersimpati padanya, kan? Egoisme dan perselingkuhan Kamokura-senpai sangat terkenal bahkan di antara sesama adik tingkatnya.”

“Hei! Ishida!”

Aku menegur Ishida. Setidaknya bagi Touko-senpai, Kamokura adalah pacarnya. Tidak mungkin dia merasa senang mendengar semua hinaan yang ditujukan pada pacarnya.

Namun, orang yang menghentikanku tidak lain adalah Touko-senpai itu sendiri.

“Tidak apa-apa, Isshiki-kun. Lagian apa yang dikatakan Ishida-kun memang benar. Tidak ada hal baik yang datang dari menutup mata akan hal itu, dan itu adalah sesuatu yang sudah aku rasakan.”

Meskipun begitu, tatapan Touko-senpai yang menatapku saat dia berbicara masih diwarnai oleh kesedihan.

“Tetap saja, Tetsuya juga memiliki teman-temannya, dan tidak aneh jika beberapa orang mendukung Karen-san dengan mengatakan bahwa terlalu kejam bagi seorang gadis untuk dipermalukan seperti itu. Itulah sebabnya aku ingin rasa empati yang cukup kuat terhadap kami sehingga pendapat semacam itu tidak diungkapkan. Aku ingin meminta kalian berdua untuk menciptakan suasana seperti itu.”

“Aku tahu. Karena itulah kamu ingin aku bergabung di perkumpulanmu, kan? Untungnya, aku sudah bergaul dengan beberapa perempuan yang menjadi anggota perkumpulanmu, jadi kurasa aku seharusnya bisa menyesuaikan diri dengan cepat.”

“Aku juga tak masalah. Malahan, menurutku aku tidak perlu melakukan apa pun pada mahasiswa baru dan mahasiswa tahun kedua. Yang tersisa hanyalah apa yang harus dikatakan kepada para tahun ketiga. Tapi jika mereka tahu bahwa Touko-senpai dikhianati oleh Kamokura, maka seharusnya tidak akan ada masalah.”

“Kalau begitu aku serahkan pada kalian. Kami berdua tidak boleh terlibat secara terang-terangan dalam melakukan itu.”

Setelah itu, Touko-senpai berbalik menghadapku.

“Terakhir adalah kamu, Isshiki-kun. Meningkatkan popularitasmu di kalangan perempuan sangat penting. Pastikan kamu mengingatnya.”

Pertemuan berakhir dan kami pun berpisah menjadi dua kelompok dan pulang, Ishida dan aku di satu sisi, Touko-senpai dan Kazumi-san di sisi lain. 

Di dalam kereta dalam perjalanan pulang, Ishida berbicara padaku seolah-olah dia baru saja teringat sesuatu.

“Touko-senpai benar-benar hebat, kawan.”

“Ya.”

Aku menjawab dengan santai.

“Akan menjadi hal terbaik di dunia jika seseorang seperti itu adalah pacarmu, kan?”

“Ya.”

“Kenapa pula Kamokura-senpai berpikir untuk selingkuh padahal sudah memiliki pacar yang sempurna, cantik, memiliki fisik yang luar biasa dan kepribadian yang hebat?”

“Mana aku tahu!”

Aku sangat berterima kasih kepada Ishida karena telah membantuku seperti ini.

Meski begitu, aku tidak bisa menjawab dengan senang ketika membahas topik ini. Itu mengingatkan berbagai kenangan, dan aku pun mau tidak mau jatuh ke dalam suasana hati yang buruk.

Namun, aku juga memikirkan pertanyaan yang sama dengan yang diajukan Ishida.

Dari segi fisik saja, baik wajah maupun tubuh, Touko-senpai jelas berada di atas Karen. Inilah yang akan dijawab oleh 10 dari 10 orang, terlepas dari jenis kelaminnya. Ditambah lagi, Touko-senpai juga memiliki kepribadian yang anggun dan berkelas, belum lagi dia juga perhatian. Kalian bisa melihat itu dari bagaimana dia mencoba membela Kamokura bahkan setelah kami mengkonfirmasi bahwa dia telah berselingkuh. 

Alasan Kamokura, yang memiliki pacar yang begitu sempurna, berselingkuh dengan Karen adalah sebuah misteri besar.

Meskipun itu sejalan dengan apa yang Kamokura katakan beberapa hari yang lalu: bahwa pria adalah makhluk yang terus-menerus berusaha untuk mendapatkan banyak wanita, jadi, hanya karena mereka memiliki pacar yang cantik, itu tidak berarti mereka tidak akan menyentuh wanita lain.

“Yah, memang benar kalau Karen-chan juga imut. Aku bisa bilang kalau dia adalah salah satu dari 5 gadis paling imut di perkumpulan kita.”

Aku tidak mengatakan apa-apa. Memang benar bahwa selama aku pacaran dengan Karen, dia selalu populer di antara sebagian laki-laki.

“Sejujurnya, ketika kamu memberitahuku sebelum liburan musim panas bahwa kamu jadian dengan Karen-chan, aku sangat iri padamu.”

“Dengan bagaimana keadaan jadi seperti ini, aku harus bilang bahwa dalam kasusku, perasaanku akan menjadi kebalikannya.”

“Benar. Ini pasti posisi yang sulit untukmu, Yuu. Jadi, apakah kamu berhasil menjernihkan pikiranmu sedikit?”

“Ya. Aku berhasil mengatasinya sebagian besar berkat Touko-senpai. Rasanya seperti mataku akhirnya terbuka.”

“Begitu ya, syukurlah.”

Ishida terlihat lega saat mengatakan itu.

“Yah, sejujurnya aku sedikit khawatir jika kamu tidak bisa mengendalikan amarahmu dan melakukan kekerasan terhadap Kamokura dan Karen-chan.”

Aku membuat senyum pahit saat itu. Aku tidak ragu bahwa Ishida juga mengkhawatirkanku dalam aspek itu dan karena itulah dia bersedia melakukan begitu banyak percakapan denganku. Tetap saja, aku tidak melakukan itu sekali lagi mungkin berkat Touko-senpai.

“Makasih. Dan jangan khawatir. Aku sadar bahwa melakukan itu akan membuatku dibenci oleh Touko-senpai.”

“Aku lega melihatmu lebih tenang dari yang kubayangkan, Yuu. Semua itu berkat Touko-senpai kita yang luar biasa.”

Ishida menoleh ke arahku.

“Aku sudah mengatakan ini sebelumnya, tapi alangkah baiknya jika hubunganmu dengan Touko-senpai berjalan lancar. Aku mendukungmu. Pergi dan berikanlah Kamokura sampah-senpai itu pelajaran yang bagus!”



Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

My Girlfriend Cheated on Me With a Senior, so I’m Cheating on Her With His Girlfriend, Pacarku Selingkuh dengan Seniorku, maka Aku pun Berselingkuh dengan Cewek Seniorku
Score 9.9
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2021 Native Language: Jepang
“Touko-senpai! Tolong berselingkuh denganku!" “Tenang, Isshiki-kun… aku tidak akan puas sebelum kita membuat mereka berdua yang menyelingkuhi kita merasakan neraka itu sendiri!” Yuu Isshiki terkejut mengetahui pacarnya berselingkuh, jadi dia memutuskan untuk berselingkuh dengan pacar dari pria yang mencuri ceweknya, Touko Sakurajima, yang kebetulan juga adalah senpai yang dia kagumi. Sebagai bagian dari rencana mereka, Touko mengusulkan untuk 'membalas' mereka sebesar mungkin, jadi dia mulai membuat Yuu menjadi pria yang menarik dan populer di kalangan perempuan!? Pilihan pakaian, topik pembicaraan, dll... Yuu mendapati dirinya berada di tengah peningkatan gila-gilaan dalam reputasinya di kalangan perempuan; namun, perasaannya pada Touko terus tumbuh. Saat rencana mereka terus berkembang, hubungan antara mereka berdua tiba-tiba menjadi intim… 'Pembalasan' apa yang akan dilakukan oleh mereka yang diselingkuhi pada Malam Natal?! Apa kesimpulan yang menunggu mereka berdua!? Tirai komedi romantis balas dendam pun dinaikkan!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset