15. Epilog: [Sisi Touko]
“Apakah pesta Natalnya menyenangkan, Touko?”
Tanya ayahku ketika aku naik ke dalam mobil dalam perjalanan pulang dari Hotel Bay Tokyo International.
“Eh? Apa yang membuatmu berpikir begitu, Ayah?”
“Ayah bisa tahu hanya dengan melihatmu. Maksud Ayah, kamu tersenyum sendiri sebahagia itu adalah sesuatu yang jarang terlihat, Touko.”
Apakah aku terlihat begitu ceria saat keluar? Itu membuatku merasa agak malu.
“Ya. Banyak hal terjadi, tapi pada akhirnya, ada sesuatu yang sangat membahagiakan…”
Teringat akan wajah Isshiki-kun saat kami berada di kamar hotel sebelumnya, sekali lagi ada tawa lembut dalam ucapanku.
“Ayah turut senang untukmu. Beberapa bulan terakhir ini, sepertinya kamu terus memikirkan sesuatu, Touko. Tapi sekarang, rasanya seolah-olah kamu akhirnya berhasil melewatinya.”
“Begitukah…?”
Aku melihat lurus ke depan.
Aku menyaksikan masing-masing lampu jalan oranye di Rute Pesisir Pantai beralih dari di depan kami menjadi di belakang.
Pemandangan itu mengingatkanku pada lentera putar.
Semua peristiwa yang terjadi selama 2 bulan terakhir ini terlintas kembali di benakku.
Momen ketika aku melihat panggilan pertama Isshiki-kun di ponselku.
Momen ketika aku mengetahui dengan pasti bahwa Tetsuya berselingkuh.
Momen ketika kami berdua bersumpah untuk membalas dendam pada pacar kami yang berselingkuh.
Hari-hari yang kami berdua habiskan saat bekerja sama melakukannya.
Kencan yang aku miliki dengannya saat kami pergi ke Minamibousou.
Dan terakhir, sepanjang malam ini.
Dia telah mengatakan padaku bahwa aku adalah alasan kenapa dia bisa sampai sejauh ini.
Namun, hal yang sama berlaku untukku.
Justru karena aku bersama Isshiki-kun-lah, makanya aku bisa menghadapi kenyataan tentang bagaimana Tetsuya yang sebenarnya dan alasanku bisa menerima perasaanku sendiri.
Jika dia tidak ada di sana bersamaku… Aku mungkin akan memaksakan diri dengan menelan semua emosiku dan berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja sembari tetap melanjutkan hubunganku dengannya. Meski pun aku tahu bahwa aku akan menyesalinya nanti.
Aku melihat smartphone yang aku pegang di tanganku.
Aku membuka folder yang berisi foto-foto saat kami pergi ke Minamibousou.
…Itulah sebabnya Touko-senpai yang biasanya adalah yang paling imut. Touko-senpai yang mengekspresikan emosinya dengan jujur seperti itulah yang menurutku sangat mempesona…
Kamu tidak tahu betapa bahagianya kata-kata itu buatku. Seberapa besar kekuatan yang kata-kata itu berikan padaku.
Melihat foto-foto ini membuat kenanganku akan saat itu muncul kembali dan membuatku merasa hangat.
…
Isshiki-kun, terima kasih. Dan juga, aku minta maaf.
Aku dapat dengan jelas mengetahui di dalam hatiku betapa pentingnya kamu bagiku.
Kamu memiliki sesuatu dalam dirimu yang tidak dimiliki pria lain, dan kamu memberiku sesuatu yang tidak akan pernah diberikan oleh pria lain padaku.
Aku percaya bahwa tanpa aku sadari, aku akhirnya tertarik padamu juga.
Namun, aku merasa bahwa jika aku memberikan segalanya padamu malam ini, itu artinya aku akan berbohong atas semua yang telah aku lakukan sampai sekarang dan mengkhianati diriku yang telah membuatmu jatuh cinta.
Aku tidak ingin ini menjadi alasan di balik malam pertama kami berdua.
Jika suatu saat kami dapat saling berhadapan secara wajar, maka pada saat itu…
…
“…Ayah mungkin benar.”
Aku berbisik sambil menatap lampu jalan yang lewat dalam lamunan.
Benar. Dan sekarang, mulai saat ini, kami akan menulis halaman baru dalam kisah kami.