[LN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Volume 1 Chapter 11 Bahasa Indonesia

Pesta Perpisahan Kemah 1 Hari

11. Pesta Perpisahan Kemah 1 Hari


Di awal bulan Desember, perkumpulan tempatku, Touko-senpai, Karen dan Kamokura berada, “Harmoni”, akan mengadakan “pesta perpisahan mahasiswa tahun ketiga.”

Ini karena mereka, yang sudah berada di tahun ketiga, perlu memusatkan upaya mereka dengan sungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan segera setelah Tahun Baru berakhir.

Inilah alasannya diadakan pesta perpisahan di awal Desember.

Dan meskipun perkumpulan kami sekarang telah menjadi perkumpulan segala acara, karena awalnya ini adalah perkumpulan yang berfokus pada kegiatan berkemah dan outdoor, pesta perpisahan adalah satu-satunya acara yang mengikuti tradisi dan ditetapkan sebagai acara berkemah di luar ruangan.

Tetap saja, bahkan acara berkemah ini telah kehilangan semangat aslinya dalam beberapa tahun terakhir, menjadi perjalanan kemah 1 hari di mana kami dapat kembali sebelum hari berakhir. Dengan kata lain, kami mengadakan barbeque dan kemudian menyudahinya.

“Ini adalah kesempatan terakhirmu untuk meningkatkan popularitas di kalangan perempuan.”

Touko-senpai menatapku lekat-lekat saat mengatakan itu. Aku mengangguk dalam diam.

“Sejauh ini, reputasi Isshiki-kun di kalangan perempuan cukup tinggi. Terutama mereka berempat yang kamu temui tempo hari.”

“Empat orang yang aku temui di tempat makan kue sepuasnya itu, kan?”

Sebelumnya aku pernah menjalankan suatu rencana untuk menyusup ke pertemuan khusus perempuan yang sebagian besar terdiri dari perempuan dari perkumpulan kami. Untuk melakukan itu, aku berpura-pura bertemu mereka secara kebetulan agar mereka mengizinkanku bergabung dan kemudian mulai meningkatkan pendapat para gadis tentangku.

Ngomong-ngomong, orang yang memikirkan rencana itu dan mengatur panggung agar semuanya berjalan lancar tidak lain adalah Touko-senpai.

Saat itulah aku mulai berinteraksi dengan empat perempuan paling berpengaruh di perkumpulan kami: Mina-san mahasiswi tahun kedua dan Ayaka-san mahasiswi tahun pertama Fakultas Ekonomi; Manami-san, mahasiswi tahun kedua Fakultas Sastra; dan Yuri-san, mahasiswi tahun pertama Fakultas Bisnis.

“Ya. Mereka adalah tokoh sentral dalam perkumpulan dan memiliki pengaruh besar terhadap perempuan lain. Disukai oleh mereka akan menjadi keuntungan besar bagimu. Meski begitu, aku ingin kamu menarik perhatian perempuan-perempuan lain juga.”

“Itulah sebabnya aku mencalonkan diri sebagai juru masak di kemah perpisahan nanti.”

Aku juga memikirkan soal perkataan Touko-senpai mengenai ‘menarik perhatian perempuan lain.’

Hasilnya, aku mendapatkan ide ini.

Telah diputuskan bahwa setiap laki-laki yang suka memasak akan menyajikan 1 hidangan selama perkemahan. Aku adalah salah satu dari laki-laki itu.

Di jaman sekarang ini, tidak jarang kita melihat “laki-laki memasak”, dan aku tidak tahu akan seberapa menariknya hal itu bagi perempuan, tapi satu-satunya hal yang tampaknya dapat aku lakukan lebih baik daripada orang lain adalah pemrograman dan memasak, jadi mau bagaimana lagi.

Selain itu, karena aku sering berkemah bersama keluargaku ketika aku masih kecil, aku memiliki semua pengetahuan dasar tentang berkemah dan barbekyu.

“Oh, benar. Kalau tidak salah, kamu cukup pandai dalam memasak. Apakah kamu sudah memutuskan apa yang akan kamu masak nanti?”

“Ya, karena barbekyu sangat biasa, jadi aku kepikiran untuk membuat ayam panggang menggunakan dutch oven.”

Itu adalah masakan khas ayahku. Makanan luar biasa yang melibatkan penggunaan satu ayam utuh secara keseluruhan. Dengan merendam daging terlebih dahulu dalam asap cair, yang digunakan untuk hal-hal seperti pengasapan, kalian dapat mengeluarkan rasa yang sangat lezat dari seluruh daging. Terakhir, jika kalian mengisi ayamnya dengan, katakanlah kastanye atau lobak Jepang, bersama dengan wortel, kentang, dan brokoli, kalian bisa menyajikan hidangan yang sangat mewah.

“Kedengarannya enak. Selain itu, sebagai nilai tambah, alangkah baiknya jika kamu bisa menyiapkan makanan penutup juga. Perempuan suka makanan penutup, dan barbekyu cenderung menjadi hidangan yang berat.”

“Bagaimana kalau yogurt yang dicampur dengan buah kalengan? Membuatnya tidak repot, dan rasanya juga menyegarkan.”

“Kurasa boleh juga.”

Touko-senpai sepertinya puas dengan jawabanku.

“Apakah ada hal lain lagi yang harus aku perhatikan?”

Sejujurnya aku tidak bisa memahami perasaan seorang perempuan. Karena sering kali ketika aku berpikir bahwa sesuatu itu adalah yang terbaik dan bertindak berdasarkan itu, ternyata itu malah memiliki efek sebaliknya. Itulah kenapa yang bisa aku lakukan di sini hanyalah mempertimbangkan pendapat Touko-senpai.

Meskipun aku tidak bisa menyangkal betapa menyedihkannya aku, yang selalu bergantung pada Touko-senpai sih…

“Pertama, kamu harus berbicara dengan berbagai gadis yang berbeda, memperlakukan mereka semua dengan sama dan berbicara secukupnya dengan masing-masing dari mereka. Berbicara terlalu banyak dengan satu orang gadis saja sama sekali tidak baik. Kedua, kamu harus selalu santai saat melakukan percakapan dan menjaganya tetap lancar, jangan pernah terlalu keras kepala tentang apapun. Terutama, fokuslah untuk membantu gadis-gadis yang memiliki masalah atau kekhawatiran apa pun. Jika kamu melakukan itu, kamu akan dapat melakukan percakapan alami dengan mereka.”

Aku mengerti. Itu adalah ‘memperlakukan semua gadis dengan sama’ seperti yang dia sebutkan sebelumnya juga.

“Selain semua hal itu, kamu bisa bersikap seperti biasa. Apakah ada laki-laki yang kamu tidak suka atau benci, Isshiki-kun?”

Nama yang muncul pertama kali di benakku adalah “Tetsuya Kamokura,” tapi aku tidak akan menyebutkan namanya untuk saat ini.

“Rasanya, tidak ada sih.”

“Kalau begitu tak masalah. Bersenang-senanglah bermain dengan laki-laki lain seperti biasa. Perempuan menyukai ‘laki-laki yang berkelompok dan akur.’”

Kalau cuma bersikap biasa, seharusnya tidak akan ada masalah.

“Selain itu, untuk sekali ini, jangan terlalu mementingkan Karen-san, oke? Berfokuslah untuk meningkatkan nilai plus dari perempuan lain sebanyak mungkin.”

“Baiklah.”

“Tentu saja, akan gawat kalau dia benar-benar sampai marah. Cukup buat dia sedikit cemburu saja.”

◆◆◆


Dan, tibalah Sabtu kedua di bulan Desember. Kami berpartisipasi dalam acara “Pesta Perpisahan, Kemah 1 Hari” perkumpulan.

Lokasinya adalah tempat autocamp di area Gunung Fuji di Prefektur Shizuoka. Itu adalah area yang luas dengan pemandangan yang indah. Tampaknya setiap tahun, perkumpulan kami menggunakan tempat berkemah ini atau pergi berkemah di alam liar di Izu.

Sebagai salah satu yang bertanggung jawab untuk memasak, aku membawa mobil minivan di rumahku. Aku juga menjemput Ishida karena searah.

Sayangnya, Touko-senpai naik mobil Kamokura. Mengingat saat ini, Touko-senpai masih merupakan ‘pacar Kamokura’ di mata semua orang, jadi mau bagaimana lagi. Kamokura juga membawa mobil keluarganya, terutama untuk hari ini, BMW Sedan.

Orang-orang yang datang dengan kereta akan berkumpul di Stasiun Shinjuku. Kami kemudian akan bertemu dengan mereka di sana dan naik ke dalam berbagai mobil yang kami bawa.

Karena berangkat pagi-pagi sekali, kami bisa sampai di tempat tujuan pada pukul 10:30.

“Okee~! Kalau begitu, mereka yang bertugas memasak, mulailah membuat persiapan kalian sesegera mungkin. Hal pertama yang perlu kalian lakukan adalah menyalakan api untuk diri sendiri!”

Aku memasang perapian tripod, meletakkan arang di atasnya dan menyalakannya dengan bantuan pemantik api.

Karena aku telah pergi berkemah bersa,a keluargaku sejak aku masih kecil, proses ini sudah menjadi kebiasaanku.

Gadis universitas lain yang berada di sebelahku datang.

“Waah, Isshiki-kun, kamu sudah terbiasa dengan ini, ya?”

“Yah, begitulah. Aku sering pergi berkemah bersama keluargaku.”

“Entah kenapa, api di tempat kami tidak menyala sama sekali, lho.”

“Begitukah? Mau aku coba lihat?”

“Ah, itu akan sangat membantu!”

Aku pun mengikuti gadis itu dan menuju ke tempat perapian yang dia dan teman-temannya jaga.

Aku langsung mengetahui apa sumber masalahnya. Pertama-tama, arang yang mereka bawa adalah Binchoutan. Binchoutan adalah arang bermutu tinggi yang, meskipun dapat terbakar terus menerus dalam waktu yang lama, memiliki sisi negatif yaitu sulit untuk dibakar. Dan, terlepas dari itu, arang itu sendiri terlalu besar.

Di sisi lain, korek apinya adalah korek api yang berbentuk seperti cokelat yang dijual di toko serba seratus yen.

Tidak heran jika mereka kesulitan menyalakannya.

“Dari mana kamu mendapatkan arang ini?”

“Ini adalah arang yang kami miliki di rumahku. Ini arang sisa dari liburan keluargaku sebelumnya.”

“Arang ini adalah produk bermutu tinggi yang disebut arang binchotan. Arang ini dapat menyala untuk waktu yang lama, tapi sebagai gantinya sulit untuk dinyalakan.”

“Begitu, ya? Aku tidak tahu. Kupikir semuanya akan baik-baik saja selama itu arang.”

“Aku akan membagikan beberapa arang yang aku bawa. Setelah itu, kalian bisa menaruh binchotan ini di atasnya.”

Aku membawa beberapa arang, yang sudah dihancurkan kecil-kecil, dan korek api dari tempatku. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyalakan api.

Setelah arang terbakar sampai batas tertentu, aku meletakkan binchotan yang mereka bawa di atasnya dalam posisi yang memungkinkan udara mengalir dengan baik. Tak lama kemudian, binchoutan juga mulai menyala merah terang.

“Sudah beres. Setelah ini, kalian cukup awasi saja apinya, dan silakan kurangi atau tambahkan arangnya sesuai kebutuhan.”

“Makasih, Isshiki-kun! Kami terselamatkan!”

“Jika kalian membutuhkan bantuan lain, jangan ragu untuk memanggilku.”

Setelah berkata begitu, aku meninggalkan tempat.

Kemudian, dari tempat yang agak jauh, Touko-senpai dan Kazumi-san yang berdiri bersebelahan, sedang menatapku.

Kazumi-san memberiku acungan jempol cepat. Kurasa maksudnya adalah “good job.”

Aku tersenyum kecil sambil mengucapkan terima kasih dengan tatapanku.

Ketika aku kembali ke perapianku, api arang sudah menyala dengan baik.

Aku meletakkan bawang bombay, wortel, dan kentang ke dalam dutch oven, setelah itu aku menaruh ayam utuh yang sudah disiapkan sebelumnya di atasnya. Aku menaburkan permukaannya dengan merica bubuk dan garam Himalaya, lalu membasahinya dengan minyak zaitun, dan menutup oven-nya.

Aku pun menggantung oven di atas perapian tripod dengan menggunakan rantai. Kemudian aku juga menaruh beberapa arang di atas tutup dutch oven. Melakukan itu akan perlahan memanaskan oven secara merata dari atas dan bawah. Yang tersisa hanyalah melihat keadaan api sesekali.

Ishida kemudian mendekat ke arahku.

“Kamu sudah selesai?”

“Ya, yang tersisa hanyalah menunggunya sampai matang sekarang.”

Kemudian, gadis yang sebelumnya, datang ke arah kami bersama gadis lain.

“Maaf, ada hal lain yang ingin kami minta bantuanmu. Apakah tidak apa-apa?”

“Tidak apa-apa. Apa itu?”

“Dia bilang bahwa dia tidak tahu intensitas api yang dibutuhkan untuk memasak daging.”

Kemudian, gadis yang datang bersamanya, membuka mulutnya.

“Aku berpikir untuk memasak sepotong daging yang relatif besar, tapi meskipun bagian luarnya sudah gosong, bagian dalamnya tidak matang sama sekali…”

“Begitukah? Sebagai permulaan, aku akan pergi memeriksanya. Di mana kamu memasaknya?”

“Di sana.”

Aku berbalik untuk melihat dan mengetahui bahwa jaraknya bahkan tidak sampai 10 meter dari perapianku.

Ketika aku pergi ke sana, aku melihat bahwa permukaan dagingnya memang menghitam dan hangus, tapi ketika aku memotongnya, aku mendapati kalau bagian dalamnya hampir tidak matang. Mengingat ini adalah daging sapi, menurutku tidak masalah jika sedikit mentah, tapi jika dagingnya dingin, rasanya akan jadi tidak enak.

“Apakah kamu punya daging lain?”

Ketika aku menanyakan itu, gadis itu mengeluarkan sebongkah daging dari kotak pendingin.

“Ah, ketika kamu mau memanggang daging, kamu harus mengeluarkannya dari kotak pendingin dan membiarkannya mencapai suhu ruang terlebih dahulu.”

Kemudian, aku melihat ke meja barbekyu. Arang yang terkumpul di tengah berderak dengan kuat.

“Selain itu, api ini terlalu kuat. Kamu perlu nyala api yang bisa membuatmu meletakkan tangan sekitar 5 sentimeter di atas panggangan dan dapat menahannya di sana selama sekitar 5 detik.”

Kemudian para gadis itu menunjukkan ekspresi bingung.

“Kami tidak tahu harus seberapa panas.”

“Karena aku hanya tinggal menunggu masakanku matang, jadi aku akan melakukannya untuk kalian.”

Segera setelah aku selesai berbicara, aku melepas jaring panggangan dari tempat barbekyu mereka dan menyebarkan arang yang ditumpuk di tengah secara merata ke seluruh area.

Aku mengeluarkan beberapa arang yang masih bagus dan membuat satu area tanpa arang di ujung meja barbekyu.

Aku mengoleskan atas jaring dengan minyak zaitun, memasangnya kembali di atas meja barbekyu, lalu meletakkan potongan daging sebelumnya ke tepi meja barbekyu yang tidak ada arangnya.

“Saat daging sudah hangat sampai batas tertentu, kalian bisa meletakkannya di atas arang dan mulai memasak. Seperti yang aku bilang sebelumnya, kalian dapat mengatur panasnya. Jika panasnya terlalu rendah, kalian bisa menambahkan lebih banyak arang, atau mengumpulkan semua arangnya di tengah-tengah dan memasak daging di atasnya.”

Saat aku membicarakan itu, tanpa aku sadari, para gadis lain telah berkumpul di sekitar kami.

Semuanya mendengarkan dengan penuh perhatian penjelasanku tentang cara menyiapkan barbekyu.

“Terima kasih, itu sangat membantu!”

“Kamu benar-benar pandai dalam hal ini.”

“Bisakah kamu memeriksa tempat kami juga?”

“Aku ingin mendengar ulang dari awal.”

“Kami kan masak rebusan, kalau gitu harus seberapa panas?”

“Kamu masak apa, Isshiki-kun? Eh, memanggang ayam utuh dalam dutch oven? Wow, itu benar-benar hebat.”

“Kayaknya enak, aku ingin coba masakanmu, Isshiki-kun!”

Oh, entah kenapa, aku tampaknya menarik perhatian para gadis!

Aku bisa merasakan otot-otot di wajahku membentuk senyuman.

Tapi, aku tidak boleh ceroboh di sini, kan?

Akhirnya, ketika aku memberi tahu pada gadis, yang berkata ingin mencoba masakanku, bahwa aku akan memanggilnya ketika masakanku sudah siap, banyak gadis lain berkata kalau mereka ingin mencobanya juga.

Kemudian Karen datang, menerobos kerumunan gadis-gadis yang sedang berkumpul di sekitarku.

Dia terus memelukku dari belakang.

Nee~, masakan Yuu-kun belum selesai, ya? Karen sudah lapar, nih!”

Cewek ini, dia berusaha menunjukkan pada kerumunan gadis-gadis ini kalau dia adalah pacarku.

Padahal, beberapa saat lalu, dia berkeliaran dan asyik mengobrol dengan laki-laki lain yang sedang memasak.

Sungguh wanita yang licik, astaga.

Saat ayam panggangnya sudah matang, aku menurunkan dutch oven dari perapian.

Sambil tetap membiarkan beberapa arang di atas tutupnya.

Dengan cara ini, sisa panas akan dengan lembut mengsirkulasi sari ayam di dalamnya.

Sementara itu, aku memasukkan air dan saus minestrone ke dalam panci baru, lalu menambahkan kubis dan bacon yang sudah dipotong-potong ke dalamnya. Lalu tunggu sampai mendidih dan sup sudah siap dihidangkan.

Terakhir, aku memotong roti baguette menjadi irisan setebal 2 cm.

“Oke, ayam panggang utuh dan sup minestrone-nya sudah siap!”

Tampaknya, meskipun telah memilih hidangan yang membutuhkan banyak persiapan, aku termasuk orang yang selesai paling awal.

Berkat pengumuman (?) yang aku buat sebelumnya, banyak gadis berkumpul di sekitarku.

Di setiap piring kertas diisi dengan potongan ayam panggang, sayuran panggang, dan saus yang terbuat dari sisa sari yang dicampur dengan jahe, kecap, dan madu. Dan sup minestrone-nya dihidangkan ke dalam mangkuk kertas terpisah.

“Jangan ragu untuk mengambil semua roti yang kalian inginkan.”

Aku berbicara kepada mereka. Kerumunan gadis telah terbentuk di sekelilingku.

“Lezatnya!”

“Ya, ini bahkan lebih enak daripada masakan di restoran!”

“Rasanya meresap dengan baik melalui daging dan sayuran.”

“Apakah di dalamnya ada kastanye? Rasanya menyegarkan dan enak!”

“Hari ini dingin, jadi sup minestrone ini sangat pas dan cocok untuk menghangatkan tubuh!”

Yeeey! Penilaian mereka sangat tinggi!

Saat itulah Kazumi-san dan gadis-gadis yang bersamanya selama pertemuan khusus perempuan, Mina-san, Ayaka-san, Manami-san, dan Yuri-san, datang. Di belakang mereka ada Touko-senpai juga.

“Kami mau mencoba masakanmu juga, Isshiki-kun.”

“Tentu saja. Aku sudah menyisihkan beberapa untuk Kazumi-san dan yang lainnya juga.”

Setelah mengatakan itu, aku menyerahkan makanannya pada mereka satu per satu.

Saat aku menyerahkannya ke Touko-senpai, dia tersenyum manis dan mengangguk padaku.

Kurasa itu artinya ‘Kerja bagus!’

Kazumi-san mencoba makanannya segigit dan mengerang.

“Enak, ini sangat enak. Aku tidak menyangka aku bisa memakan makanan kelas satu di tempat seperti ini.”

Mina-san lalu menimpali.

“Ini benar-benar enak, lho! Isshiki-kun, apakah kamu sudah biasa memasak?”

“Tidak juga, cuma sesekali kok. Karena kedua orang tuaku bekerja, jadi mau tidak mau aku harus belajar memasak.”

“Tapi, jika kamu bisa memasak sampai begini, itu hebat lho. Kamu akan menjadi pasangan sempurna untuk diajak menikah.”

Kazumi-san kemudian berbicara dengan suara keras.

“Itu benar! Isshiki-kun, bagaimana kalau kamu jadi istriku saja?”

“Bukankah itu kebalik?”

Semua orang di sekitarku tertawa.

Kemungkinan besar, Kazumi-san sudah memikirkan kalimat itu sejak awal dan sedang menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya.

Sekalipun aku tahu itu, aku masih merasa agak bahagia.

Touko-senpai tidak mengatakan apa-apa, tapi wajahnya terlihat puas.

Di samping itu, Karen sedang memelototiku dan Kazumi-san, tampak tidak setuju. Itu jelas kalau dia merasa sangat tidak senang.

Lalu, ponselku tiba-tiba bergetar.

Ketika aku memeriksanya, aku terkejut karena itu adalah pesan dari Touko-senpai.

Padahal jaraknya dariku tidak lebih dari lima meter.

Masih menyimpan keraguan di hati, aku membuka pesan itu.

> (Touko) Tolong izinkan aku naik mobilmu dalam perjalanan pulang!

> (Yuu) Aku sih tak masalah, tapi bukankah itu nanti tidak wajar?

> (Yuu) Kamu datang ke sini naik mobil Kamokura-senpai, kan?

> (Touko) Jangan khawatir. Aku yakin Kazumi akan dapat mengatasinya dengan baik.

> (Touko) Tetsuya sangat agresif hari ini. Itulah sebabnya aku tidak ingin pulang naik mobil Tetsuya!

…Jadi, dengan kata lain, Kamokura berusaha membawa Touko-senpai dengan paksa ke suatu tempat hari ini…

Seketika, api kemarahan, yang tidak bisa dijelaskan, langsung berkobar di dalam diriku. Aku tidak akan pernah membiarkan dia melakukan itu!

> (Yuu) Aku mengerti. Silakan naik mobilku saat pulang nanti. Apakah aku juga perlu memanggilmu, Touko-senpai?

Jika perlu, aku siap untuk membawa Touko-senpai kembali bersamaku, bahkan jika itu berarti aku harus membeberkan semua hal yang telah kami rahasiakan!

> (Touko) Kamu tidak perlu melakukan itu. Karena aku akan meminta Kazumi untuk berbicara denganmu atas namaku.

Aku merasa tidak nyaman, tapi tidak ada gunanya memperdebatkan itu.

Selain itu, jika aku dan Touko-senpai memainkan ponsel dalam waktu yang lama di tempat di mana semua orang berada, seseorang mungkin akan curiga.

> (Yuu) Baiklah. Sampai nanti.

Aku mengirimkan balasan dan menyimpan smartphone-ku.

…Brengsek kau, Kamokura!…

Namun, faktanya tetap di mata publik, Kamokura adalah pacar Touko-senpai sedangkan aku adalah orang luar.

Aku merasa jengkel karena kami tidak dapat mengambil tindakan apa pun secara terbuka saat ini.

…Meskipun begitu, jika situasi menuntut, aku akan melindungi Touko-senpai apa pun yang terjadi…

Aku bersumpah pada diriku sendiri.

◆◆◆


Campuran yogurt dan buah kalengan, yang disajikan sebagai makanan penutup setelah ayam panggang dan sup minestrone, juga diterima dengan baik.

Berkat itu, aku bisa berbicara dengan semua gadis di perkumpulan tanpa terkecuali.

Meskipun menjengkelkan karena Karen terkadang mengoceh kalau dia adalah pacarku.

Setelah acara barbekyu, kami menghabiskan waktu dengan bermain frisbee dan voli dengan santai. Hanya kami para pria yang bermain frisbee, tapi kami masih bersenang-senang. Itu sampai satu orang datang dan mengganggu kami.

“Karen juga mau main~!”

Cara kami awalnya bermain adalah bahwa satu orang melemparkan frisbee ke udara, dan kemudian enam orang lainnya mengejarnya dan menangkapnya dengan satu tangan. Jelas, bagi Karen, yang seorang perempuan, tidak ada peluang untuk menang. Kami kemudian memberi Karen kemudahan, tapi mengingat dia bahkan tidak bisa menangkap frisbee sejak awal, itu menjadi sia-sia.

Sejujurnya, kesenanganku terganggu karena Karen ikut bermain.

“Bagaimana kalau kita bermain bola voli saja agar gadis-gadis lain bisa bermain dengan kita juga?”

Aku yang mengusulkan itu. Aku pun memanggil gadis-gadis yang mengawasi kami dari dekat. Anak laki-laki dan perempuan berbaur bersama, kami memainkan hal-hal sederhana seperti ‘berapa kali kami bisa memukul bola tanpa menyentuh tanah’ sembari bersenang-senang.

Tak lama setelah itu, waktunya untuk pulang. Meskipun aku masih mengkhawatirkan Touko-senpai, aku mulai merapikan peralatan barbekyu, dan saat aku melakukan itu, Kazumi-san datang ditemani Touko-senpai.

“Isshiki-kun, mobilmu minivan kan?”

Kazumi-san menanyakan itu padaku dengan suara yang sangat keras.

“Ya, benar. Memangnya kenapa?”

“Apakah kursi belakangnya bisa dilipat?”

“Tentu saja.”

Saat itulah Kazumi-san meninggikan suaranya. Cukup keras sehingga semua orang di sekitarnya bisa mendengarnya saat dia berbicara.

“Kalau begitu, bolehkah aku dan Touko naik mobilmu? Soalnya, punggung Touko tampaknya sedang sakit. Dia mengatakan bahwa duduk pun terasa menyakitkan.”

Begitu, jadi begitu rencananya. Kami bertiga, aku, Touko-senpai, dan Kazumi-san, tinggal saling berdekatan.

Dan ketika punggungmu sakit, akan lebih baik untuk meringankannya dengan berbaring dan tiduran.

Berkendara berjam-jam di dalam mobil Kamokura sambil duduk akan menjadi siksaan yang berat.

“Baiklah. Aku akan bersiap-siap dulu sebelum berangkat, jadi kalian berdua, silakan masuk ke dalam mobil sementara itu.”

Aku juga menjawabnya dengan suara keras.

Segera setelah itu, ekspresi Kamokura berubah, dan dia bergegas ke lokasi kami.

“Hei! Kenapa kau memutuskannya sendiri? Touko akan ikut denganku dalam perjalanan pulang sama seperti saat dia datang ke sini bersamaku.”

Aku memelototi Kamokura. Mana mungkin aku membiarkan dia selalu melakukan semaunya.

“Touko-senpai bilang kalau punggungnya sakit. Duduk di kursi malah akan membuat sakit punggungnya semakin parah. Selain itu, di minivan-ku, kursi belakang bisa dilipat rata sepenuhnya, sehingga dia dapat pulang ke rumah dengan berbaring. Dengan begitu, beban di punggungnya akan berkurang.”

“Dia juga akan baik-baik saja di mobilku jika kursi penumpangnya diturunkan ke belakang, tahu?”

“Bukankah justru karena dia yakin bahwa itu akan menyakitinya sehingga Kazumi-san mengatakan bahwa mobilku adalah pilihan yang lebih baik, kan?”

“Kau pikir dirimu dokter atau semacamnya, hah? Berhentilah berbicara seperti kau tahu segalanya soal pacar orang lain!”

“Tidak bisakah kau melihat bahwa bahkan dia sendiri bilang bahwa mobilmu akan terasa terlalu tidak nyaman?”

Semua orang mulai berkumpul di sekitar kami, bertanya-tanya tentang apa yang sedang diributkan. Kazumi-san mengambil beberapa langkah ke arah kami dari antara kerumunan itu.

“Kamokura-san, Touko bilang punggungnya sangat sakit. Dia bilang kalau dia tidak tahan untuk pulang dengan duduk di mobil selama berjam-jam. Itulah sebabnya aku meminta tolong pada Isshiki-kun.”

Namun, Kamokura juga tidak mundur.

“Tidak perlu khawatir. Aku pacarnya Touko. Aku akan pastikan untuk mengurusnya. Jika dia sangat kesakitan, kami bisa beristirahat dalam perjalanan pulang. Oleh karena itu, akulah yang sebaiknya mengantarnya pulang.”

Si brengsek ini, dia sudah bilang kalau punggungnya sakit, tapi cowok ini masih berusaha membawanya ke tempat lain?

“Touko bilang kalau orang tuanya ingin dia pulang hari ini. Dan sepertinya dia ada urusan lain besok. Jika kamu akan beristirahat di suatu tempat dulu, kamu malah tidak memikirkan situasi Touko!”

“Kalau begitu, meskipun kami istirahat sebentar, tidak masalah asalkan kami sudah kembali ke rumahnya besok pagi!”

Mata Kazumi-san menjadi lebih tajam dan tegang.

“Kau, kau benar-benar orang yang egois, ya? Lalu apa yang akan kau lakukan jika Touko ingin ke kamar kecil di tengah jalan? Touko bilang bahwa berjalan pun menyakitkan baginya saat ini! Kau mau bilang kalau kau, yang seorang pria, akan meminjamkan bahumu dan berjalan bersamanya ke dalam kamar mandi wanita? Selain harus membuat Touko pulang sambil berbaring, aku juga harus ikut pulang bersamanya!”

Kamokura sepertinya ingin membalasnya, tapi sepertinya dia tidak bisa menemukan argumen untuk melakukannya.

Mungkin merasakan bahwa masalah sedang terjadi, ketua perkumpulan kami, Nakazaki-san, datang. Nakazaki-san adalah teman Kamokura yang telah bersamanya sejak masa-masa mereka di ekskul sepak bola SMA kami, dan karena itu, dialah satu-satunya orang yang dapat berbicara dengan Kamokura pada saat-saat seperti ini.

“Hei, Kamokura. Touko-san bilang punggungnya sakit, kan? Tidakkah menurutmu mobil Isshiki-kun, tempat dia bisa berbaring dan bersantai dalam perjalanan pulang, adalah pilihan terbaik?”

“Tapi tetap saja…”

“Aku tahu kamu mungkin mengkhawatirkan dia sebagai pacarnya, tapi Kazumi-san bilang bahwa dia akan ikut bersamanya. Tidak ada masalah kalau begitu, kan?”

Meski begitu, Kamokura memelototi kami selama beberapa saat. Pada akhirnya, Nakazaki-san mengatakan ini padanya.

“Jika kamu sangat mengkhawatirkannya, Kamokura, kamu bisa mengikuti mobil Isshiki dengan mobilmu sendiri, kan? Jika ada sesuatu yang terjadi, kamu juga dapat menghubungi ponselnya.”

“Baiklah, Nakazaki. Bukan berarti aku khawatir soal itu.”

Sebagai hadiah perpisahannya, Kamokura memelototiku untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan tempat.

◆◆◆


“Begitu. Jadi seperti itu ya…”

Orang yang mengatakan itu saat kami semua berada di dalam mobil dan dalam perjalanan pulang adalah Ishida.

Pada akhirnya, diputuskan bahwa aku dan Ishida, bersama dengan Touko-senpai dan Kazumi-san, akan pulang naik mobilku.

“Astaga, aku sama sekali tidak mengira kalau Kamokura-san adalah orang yang keras kepala seperti itu.”

Kazumi-san berkata dengan nada jengkel namun mengejek.

“Tetsuya adalah tipe orang yang jarang sekali mundur setelah dia memutuskan dan mengatakan bahwa dia akan melakukannya. Dia akan mencoba memaksakan pendapatnya sendiri pada orang lain sampai akhir.”

“Aku juga tidak punya niat untuk mundur kali ini.” kataku, tidak dapat menyembunyikan kemarahan di dalam diriku.

“Aku tahu, itulah sebabnya aku juga ikut campur. Isshiki-kun juga tidak biasanya terang-terangan melawan seperti itu.”

Kazumi-san menjelaskan sambil tertawa.

Aku tidak bermaksud untuk menunjukkan emosiku dengan begitu jelas, tapi apakah memang terlihat seperti itu bagi orang-orang sekitar? Kedengarannya, itu bisa menjadi penghalang bagi rencana kami ke depannya.

Terakhir, Touko-senpai menundukkan kepalanya sedikit.

“Tetap saja, kalian benar-benar menyelamatkanku. Tetsuya luar biasa agresif hari ini. Sejujurnya itu membuatku takut. Berkat kalian, Kazumi dan Isshiki-kun, aku berhasil lolos dari kesulitan itu.”

Kazumi-san dengan ringan mengusap kepala Touko-senpai sembari menghiburnya.

“Ini tidak masalah! Serahkan semuanya padaku! Aku tidak akan pernah membiarkanmu menjadi mangsa pria tukang selingkuh itu, Touko!”

Setelah itu, Touko-senpai dengan perlahan mendekatkan wajahnya padaku, yang sedang memegang setir di kursi pengemudi.

“Terima kasih banyak, Isshiki-kun. Aku senang saat kamu melindungiku tadi.”

Dia membisikkan kata-kata itu ke telingaku.

Apakah hanya perasaanku saja, ataukah aku memang merasakan adanya kehangatan halus di dalam kata-katanya?



Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [LN]

My Girlfriend Cheated on Me With a Senior, so I’m Cheating on Her With His Girlfriend, Pacarku Selingkuh dengan Seniorku, maka Aku pun Berselingkuh dengan Cewek Seniorku
Score 9.9
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2021 Native Language: Jepang
“Touko-senpai! Tolong berselingkuh denganku!" “Tenang, Isshiki-kun… aku tidak akan puas sebelum kita membuat mereka berdua yang menyelingkuhi kita merasakan neraka itu sendiri!” Yuu Isshiki terkejut mengetahui pacarnya berselingkuh, jadi dia memutuskan untuk berselingkuh dengan pacar dari pria yang mencuri ceweknya, Touko Sakurajima, yang kebetulan juga adalah senpai yang dia kagumi. Sebagai bagian dari rencana mereka, Touko mengusulkan untuk 'membalas' mereka sebesar mungkin, jadi dia mulai membuat Yuu menjadi pria yang menarik dan populer di kalangan perempuan!? Pilihan pakaian, topik pembicaraan, dll... Yuu mendapati dirinya berada di tengah peningkatan gila-gilaan dalam reputasinya di kalangan perempuan; namun, perasaannya pada Touko terus tumbuh. Saat rencana mereka terus berkembang, hubungan antara mereka berdua tiba-tiba menjadi intim… 'Pembalasan' apa yang akan dilakukan oleh mereka yang diselingkuhi pada Malam Natal?! Apa kesimpulan yang menunggu mereka berdua!? Tirai komedi romantis balas dendam pun dinaikkan!

Comment

Options

not work with dark mode
Reset