
Chapter 1
(2/4)
Aku mencari minimarket dengan mengandalkan peta di ponsel. Karena ini tempat yang sama sekali tidak kukenal, aku sedikit kesulitan memahami arah.
“Selanjutnya, melewati taman…?”
Aku melihat lagi ponselku karena petunjuk arah yang tidak kumengerti. Sepertinya ini jalan pintas.
Sepertinya akan lebih mudah jika aku menggunakan jalan lain.
“…Yah, tapi akan lebih baik kalau aku bisa pulang cepat.”
Ya, yang akan dimulai setelah ini adalah peperangan. Semakin banyak waktu yang kupunya untuk melakukan persiapan semakin baik.
Mengikuti petunjuk di ponsel, aku pun memasuki taman. Karena masih pagi, tidak ada orang sama sekali di sini. Aku melewati sudut berumput dan memasuki area bermain.
Lalu, akhirnya aku mendengar suara bisikan seseorang. Ini pertama kalinya aku melihat orang lain sejak datang ke dunia ini. Aku merasa sedikit lega.
Tapi, dia datang ke taman sepagi ini ya. Saat aku keluar rumah, waktu masih menunjukkan tepat pukul 6.
Saat aku melihat ke arah suara itu, ada seorang gadis duduk di ayunan, sedang membaca sesuatu dengan serius. Ukuran apa yang dibacanya kira-kira sebesar buku catatan.
Tapi, yang paling menarik perhatianku adalah rambut peraknya yang indah dan mata biru jernihnya.
(Itu Ayame Hananoi…)
Dia memiliki kecantikan yang bisa dibilang hanya muncul sekali dalam seribu tahun. Dan dia mengenakan seragam SMA yang akan kumasuki mulai hari ini. Tidak salah lagi. Dia adalah Ayame Hananoi, salah satu heroine dari “SekaAi.”
Jujur saja, aku tidak menyangka akan bertemu dengannya secepat ini.
…Yah, sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku, dan kurasa tidak ada yang akan terjadi.
Sekarang pukul 6:10 pagi. Upacara penerimaan dimulai pukul 9, jadi ini masih terlalu pagi. Dari skenario game, aku tahu bahwa kereta yang dinaiki Ayame melewati stasiun terdekat dari rumah Nishikikouji, tapi jarak dari sini ke sekolah hanya sekitar 10 menit dengan kereta. Bahkan jika dia ingin pergi lebih awal pun, seharusnya dia cukup berangkat setelah pukul 8.
Lalu, untuk apa dia datang ke taman dan apa yang dia baca?
Aku menulusuri ingataknku, tapi tidak ada adegan seperti ini di dalam game. Jadi mungkin ini tidak ada hubungannya dengan alur cerita. Tapi, untuk Ayame yang biasanya terlihat dewasa dan tenang, dia tampak tidak biasa, seperti sedang gugup.
Meskipun aku penasaran, aku tidak bisa menyapanya. Aku melewati taman sambil melirik sosok Ayame.
Lagipula, jika aku sekarang berinteraksi dengan karakter utama, ada kemungkinan death flag akan muncul. Terutama kontak dengan heroine, itu terlalu berbahaya.
Aku membeli bento di minimarket dan mulai menelusuri jalan pulang. Meskipun sungguh disayangkan tidak bisa mengobrol dengan heroine “SekaAi”, yah, aku rasa aku harus bersyukur bisa melihat wajah cantiknya.
Kecantikannya dalam dunia nyata beberapa kali lipat dari yang kubayangkan.
“Hm? Apa itu?”
Saat aku sedang mengingat hal itu, aku melihat ada benda jatuh ketika melewati samping ayunan. Saat aku mendekat dan mengambilnya, ternyata itu kartas catatan yang sepertinya dibaca Ayame tadi.
“Hmm, ‘Pada hari ini, ketika nafas musim semi terasa, kita menjadi siswa-siswi SMA. Hari ini, untuk kita…’ Ini, pidato perwakilan siswa baru, kan?”
Tentu masuk akal jika Ayame, yang memiliki nilai akademik yang tinggi, menjadi perwakilan siswa baru. Tapi, jika begitu, seharusnya ada cerita tentang ini dalam game aslinya, tapi rasanya itu tidak ada.
Pada dasarnya, pertemuan antara protagonis dan Ayame terjadi karena mereka berdua terpilih sebagai anggota OSIS.
Cerita dimulai dengan monolog protagonis yang biasa, “Mulai hari ini, aku juga seorang siswa SMA ya”, jadi seharusnya tidak aneh jika ada cerita tentang pidato Ayame.
“Apa yang harus kulakukan dengan ini? Sepertinya dia akan cukup kesulitan jika ini tidak ada…”
Jika yang tertulis di buku catatan ini adalah pidato perwakilan siswa baru, aku bisa memahami keadaan Ayame. Dia pasti gugup dan berlatih berkali-kali di taman ini. Jika dia menyadari catatannya hilang tepat sebelum tampil… Membayangkannya saja sudah menakutkan.
“Haruskah aku mengembalikan ini…?”
Jika aku mengembalikan ini, Ayame pasti akan sangat terbantu. Tapi, itu juga berarti aku akan berinteraksi dengan heroine. Aku tidak tahu apa yang bisa terjadi jika aku meremehkan karena hanya kali ini saja. Itu bisa saja menjadi sesuatu seperti butterfly effect… atau semacamnya.
Tapi… tapi, saat aku menatap buku catatan yang memiliki bekas yang ditulis ulang berkali-kali itu, aku tidak bisa mengabaikannya. Pinggirannya juga kusut, dia pasti sudah banyak berlatih selama liburan musim semi.
Aku tidak ingin, jika karena kehilangan buku catatan ini pidatonya menjadi tidak memuaskan. Itu bukan hanya karena aku menyukainya sebagai heroine, tapi sebagai seorang pribadi, aku tidak bisa mengabaikannya.
Bahkan jika sesuatu terjadi dan aku akhirnya mati. Penyebab awalnya pasti dimulai di sini. Saat aku bersinggungan dengan dunia “SekaAi” ini.
Apakah aku akan menyesal?
Aku menanyakan hal itu pada diriku sendiri berulang kali.
“Katanya lebih baik menyesal melakukan sesuatu daripada menyesal tidak melakukannya…”
Aku tidak tahu jawabannya. Mungkin aku tidak akan tahu sampai saat itu tiba.
Aku tidak cukup baik untuk bisa mengatakan dengan pasti bahwa aku tidak akan menyesal. Tapi, bagaimanapun juga, sekarang aku tidak ingin dia gagal karena aku.
“Haruskah aku mengembalikan ini…”
Aku teringat senyum heroine yang paling kukagumi saat dia berbalik. Apa yang akan dia lakukan? Aku yakin dia akan mengembalikan ini tanpa ragu seperti aku.
Aku pulang ke rumah sambil memegang buku catatan, bersiap-siap dengan tergesa-gesa.
“Haah, setelah memakai seragam, aku jadi semakin mirip Kaede Nishikikouji…”
Aku menghela nafas di depan cermin, tapi karena aku tidak punya keahlian menata rambut seperti Nishikikouji, maka aku hanya merapikan rambut kusutku.
Lalu, aku pun bergegas keluar rumah.