[WN] Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Chapter 77 Bahasa Indonesia

Perjalanan Ski! Di Bus dalam Perjalanan (Bagian 1)

Chapter 77 – Perjalanan Ski! Di Bus dalam Perjalanan (Bagian 1)


“HEI, HEI, HEI~??”

Di dalam bus, suara nyanyian seorang gadis bergema.

Lagu tersebut merupakan lagu cinta dari sebuah grup idol wanita.

Gadis itu sedang memegang mikrofon karaoke tipe praktis, jadi tidak banyak gema atau efek lainnya di sana.

Namun, gadis yang bernyanyi itu pastinya sudah cukup terbiasa ber-karaoke.

Suaranya jernih dan cukup bagus.

Meskipun suaranya keras, nyanyiannya tidak mengganggu.

Dia juga menggunakan vibrato, shuffling, fall, dan nada panjang dengan indah.

Masalahnya adalah, suara-suara di sekitarnya.

“Lagiiiii!”

“Hu-hu-hu-hu-hu!”

“Honokaaa-chan~!!!!”

Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa itu adalah suara barbar, dan suara beberapa siswa laki-laki tersebut datang dari belakang tempat dudukku.

Terus terang, itu tidak lain hanyalah kebisingan.

Gadis yang bernyanyi… Tidak, bukankah itu deskripsi yang cukup bagus?

Honoka Sakurajima, seorang cewek cabe putih cantik berambut panjang, yang dicat pirang platinum yang memukau, membuat tanda V horizontal sambil mengedipkan matanya dan berpose dengan tubuh berputar tepat setelah dia selesai bernyanyi.

“Terbaiiiiiik!”

“Imutnyaa~!”

“L-O-V-E, love, love, love, Honoka!”

“Menikahlah denganku!”

“Lagi! Lagi!”

Mendengar teriakan-teriakan ini di belakangku, aku melihat ke bawah pada kurang lebih lima kue yang tersisa di dalam kotak.

“Um… Apakah itu tidak enak?”

Gadis yang duduk di sebelahku, yang menanyakan itu dengan cemas sambil menatap wajahku (dia juga gadis yang cantik), adalah adik perempuan Ishida, Meika.

“Bukan begitu. Ini enak kok, sangat enak.”

Aku tersenyum dan menjawabnya, tapi kenyataannya mulutku penuh dengan rasa tepung.

Mungkin bukan karena kuenya kurang lama dipanggang, melainkan kuenya dipanggang tidak merata dan ada banyak debu tepung yang tertinggal di atasnya.

Sayangnya, aku tidak membawa minuman apapun di dalam bus.

Oleh karena itu, aku tidak bisa menghilangkan rasa tepung yang menempel di tenggorokanku.

“Yuu-san, jika rasanya tidak enak, kamu tidak perlu memaksakan diri memakannya…”

Melihat ekspresi sedih di wajah Meika-chan saat dia mengatakan itu, mana mungkin aku bisa berkata, “Kalau begitu aku tidak akan memakannya.”

Aku yakin dia membuat kue ini untukku dengan sekuat tenaga, dengan tangan yang tidak terbiasa membuat kue.

“Tidak, ini benar-benar enak, kok. Jangan khawatir. Aku akan menghabiskan semuanya.”

Kataku dan memaksa lima kue yang tersisa masuk ke dalam mulutku.

Ketika aku sampai di rest area, akulah yang akan menjadi orang pertama yang membeli minuman. Pikirku begitu.

“Isshiki-san~!”

Orang yang memeluk leherku, seolah-olah dia sedang menciumku, adalah Honoka, yang telah bernyanyi beberapa saat yang lalu.

Dia melemparkan tubuhnya yang luar biasa ke atas Meika-chan.

“En-chan, kamu berat!”

Mulut Meika-chan berkedut.

“Maaf, maaf. Tapi kamu sudah lewat tiga menit dari waktu shift-mu. Karena itulah, aku hanya mau bilang kalau aku sudah tidak bisa menunggu lagi.”

Tampaknya Meika-chan dan Honoka telah memutuskan untuk “bergiliran duduk di sebelahku selama satu jam.”

Meika-chan dengan enggan bangkit dari kursinya dan duduk di kursi kosong di seberang lorong.

“Hei, hei, Isshiki-san. Seberapa bagus penampilanku?”

Honoka menanyakan ini dengan senyum percaya diri sambil mencubit kecil leherku.

“Luar biasa. Apakah ini tak masalah?”

Dengan jawaban yang sesuai, aku melepaskan ikatan tangan Honoka dari leherku.

“Apa~? Padahal, aku sudah bersusah payah menolak ajakan pria lain untuk ‘mendekat’ ke mereka dan duduk di sebelah Isshiki-san!”

Honoka langsung membuat wajah tidak senang.

Pria normal akan berpikir ekspresi semacam itu di wajah gadis ini adalah “imut”.

Tapi aku tahu betapa berhati hitamnya dia.

“Aku tidak pernah memintamu melakukan itu, kan?”

Kemudian semua anak laki-laki di kursi belakang berteriak bersamaan.

“Honoka-chan! Tinggalkan pria berhati dingin itu dan datanglah kemari!”

“Ya, ayo bermain game bersama kami!”

“Isshiki, kau sudah mendapatkan Touko dan sekarang mau Honoka-chan!”

“Jangan memonopoli kakak beradik cantik itu! Berikan aku setidaknya salah satu dari mereka, Honoka-chan, kemarilah!”

“Bukan hanya dua. Jika Meika dihitung, Isshiki memiliki tiga gadis cantik untuk dirinya sendiri! Ini tidak adil! Kami menuntut pembagian ulang!”

Aku berkata balik ke para senpai itu.

“Aku tidak memonopoli siapa pun! Dan kalian punya masalah dengan berbicara soal perempuan seperti itu!”

Kemudian banyak suara kesal datang dari belakangku.

“Sialan, hanya Isshiki yang mendapatkan yang terbaik!”

“Isshiki, meledaklah sana!”

“Aku akan menguburmu di salju!”

Aku bisa mendengar mereka bergumam setelah itu.

Aku tertawa.

Dengan suara-suara itu sebagai suara latar, Honoka pun meletakkan tangannya di pundakku lagi.

Menekan!

Payudaranya, yang sangat besar hingga sulit dipercaya bahwa dia berusia tujuh belas tahun, menempel di lengan kiriku.

Rasanya cukup elastis.

Lalu, dia berbisik seolah-olah dia meletakkan dagunya di bahuku.

“Tapi yah, seperti yang diharapkan, Isshiki-san, kupikir kau mulai ‘menyesal’, kan?”

Hembusan nafasnya itu jatuh di pipiku.

Tapi aku menggeser diriku menjauh darinya.

“Tidak. Bagiku, tidak masalah dengan siapa kamu populer atau siapa yang membuatmu merasa nyaman.”

“Nn, astaga! Dasar dingin!”

Honoka, yang posisinya menjadi tidak wajar karena aku menggeser tubuhnya, berdiri dan duduk kembali di kursi lagi.

“Kurasa aku bukan tandingan kakakku…”

Dia bergumam sedih.

Aku agak terlalu kasar padanya, ya?

Ketika aku melihat Honoka seperti itu, bahkan aku pun mulai merasa bersalah.

“Itulah sebabnya aku bilang padamu untuk tidak mengatakan itu. Kamu sudah cukup menarik apa adanya. Faktanya, dalam waktu kurang dari satu jam, kamu sudah sangat menarik bagi banyak anak laki-laki di perkumpulan ini.”

“Aku tidak butuh kata-kata penghibur yang payah itu!”

Honoka berkata dengan cemberut.

Ini gawat, orang ini adalah tipe yang ketika suasana hatinya menuju depresi, dia menjadi depresi hingga merepotkan.

Perasaan kompleksnya terhadap kakaknya, Touko, sangat besar.

“Itu bukanlah pujian palsu. Aku juga mengakui bahwa kamu cantik. Tapi aku sedang pacaran dengan kakakmu, Touko-san. Aku tidak boleh masuk ke suasana yang aneh denganmu, adiknya, kan?”

“Bagiku, aku ingin masuk ke dalam ‘suasana aneh’ itu dan mencuri Isshiki-san dari kakakku!”

“Jangan katakan itu keras-keras! Kita lagi di dalam bus, orang lain nanti bisa dengar.”

“Tehehe~”

Honoka menjulurkan lidahnya.

Dia tampaknya sudah merasa baikan.

Melihat Honoka seperti itu dan Meika-chan menatap kami dari sisi lain lorong, aku diingatkan sekali lagi tentang kejadian yang mengarah ke kemah ski ini.

Pada akhir Februari, kami berpartisipasi dalam kemah ski perkumpulan.

Tapi ada satu masalah di sini.

Masalahnya adalah “jumlah orang yang ingin berpartisipasi dalam kemah menurun hingga di bawah jumlah minimum reservasi.”

Sebagian dari ini adalah salahku.

Di pesta Natal, aku dan Touko-san membalas dengan kekuatan penuh, dengan menghadapkan Kamokura dan Karen, pasangan kami masing-masing, pada “bukti perselingkuhan mereka.”

Akibatnya, Karen dan Kamokura tidak lagi berada di perkumpulan

Empat anak laki-laki yang memuja Karen seperti idola dan lebih dari sepuluh gadis dari universitas wanita yang merupakan penggemar Kamokura meninggalkan perkumpulan.

Jadi tiba-tiba diputuskanlah untuk mencari beberapa orang lagi untuk memenuhi jumlah minimum reservasi.

Mendengar hal ini, kami beralih ke adik perempuan Touko, Honoka, dan adik perempuan Ishida, Meika.

Mereka berdua adalah siswi kelas dua SMA dan menganggap ini hanya masa liburan setelah ujian.

Jadi, para gadis itu memutuskan untuk bergabung dengan kemah ski ini.

Namun, ini sangat canggung untukku.

Alasannya, sekitar sebulan yang lalu, kedua gadis ini telah menyatakan pencalonan diri mereka sebagai pacarku.

Aku masih bisa mengerti kalau untuk Meika-chan.

Dia adalah adik dari sahabatku Ishida, dan kami sudah saling kenal sejak SMP.

Dan aku pernah mendengar dari Ishida bahwa “Meika naksir padamu, Yuu.”

Namun, aku terkejut ketika Honoka mengatakan bahwa dia tertarik untuk menjadi pacarku.

Lagi pula, dia mendekatiku untuk ‘membuatku dan Touko putus, serta menjodohkanku dengan Meika.’

Itulah sebabnya kesan awalku soal Honoka sangat buruk.

Dia datang untuk mengancamku dengan perangkap godaan juga.

Apa lagi yang bisa lebih buruk dari itu?

Aku menatap Honoka lagi, setengah geli, mengingat apa yang terjadi beberapa minggu lalu.

Honoka sedang memainkan ponselnya.

Tapi dia pasti menyadari tatapanku.

Karena dia pun menatapku dan tersenyum.

Aku tidak sengaja mendapat hantaman dari ekspresi itu.

Memang benar bahwa dia adalah gadis yang luar biasa cantik di mata normal.

Aku pun melihat ke luar jendela untuk mengalihkan pikiranku dari hal itu.


Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [WN]

Kanojo ga Senpai ni NTR-reta no de, Senpai no Kanojo wo NTR-masu Bahasa Indonesia [WN]

My Girlfriend Cheated on Me With a Senior, so I’m Cheating on Her With His Girlfriend, Pacarku Selingkuh dengan Seniorku, maka Aku pun Berselingkuh dengan Cewek Seniorku
Score 9.5
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2020 Native Language: Jepang
Yuu Isshiki, seorang mahasiswa baru, mengetahui bahwa pacarnya, Karen, berselingkuh dengan seniornya, Kamokura. Dia sangat terkejut dan hancur sehingga dia meminta pada pacar Kamokura dan gadis tercantik di kampus, Touko: "Tolong, selingkuhlah denganku!" Sebuah komedi romantis mendebarkan yang dimulai dengan hubungan kaki tangan!      

Comment

Options

not work with dark mode
Reset