Chapter 55 – Suasana Setelah Hari-X
Yuu Isshiki, mahasiswa tahun pertama Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Johto.
Dia diselingkuhi oleh pacarnya, Karen Mitsumoto.
Selingkuhannya adalah Kamokura Tetsuya, senpai Yuu di SMA, universitas serta anggota dari perkumpulan yang sama dengannya.
Namun, Kamokura memiliki pacar yang cantik, Touko Sakurajima, yang dikenal sebagai ‘Miss Bayangan Universitas Johto’.
Touko juga merupakan senpai yang dikagumi Yuu Isshiki sejak SMA.
Ketika Yuu mengetahui perselingkuhannya, dia menjadi putus asa dan meminta Touko untuk berselingkuh dengannya.
Tapi, Touko menyuruh Yuu untuk membalas dengan cara yang lebih efektif.
Caranya adalah dengan mencampakkan mereka ketika mereka sangat tergila-gila, dan kemudian menghabiskan malam dengan orang lain.
Yuu dan Touko merancang berbagai strategi dan memutuskan bahwa Malam Natal akan menjadi Hari-X untuk membalas pasangan tukang selingkuh itu.
Dan kemudian Hari-X pun tiba.
Saat pemilihan pasangan terbaik, Touko dan Yuu menyatakan akan putus dengan pacar mereka.
Dan dia mengungkapkan perselingkuhan Kamokura dan Karen.
Merasa kesal, Karen mencaci maki dan meninggalkan tempat itu.
Di sisi lain, Kamokura, yang mendengar pernyataan Touko untuk menghabiskan malam itu bersama Yuu Isshiki, berusaha mati-matian untuk menahannya, tapi dia tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan pada pertanyaan terakhir Touko.
Touko dan Yuu pergi ke hotel tepi teluk bersama.
Yuu dan Touko memasuki kamar hotel.
Yuu secara resmi meminta Touko untuk menjadi pacarnya.
Dan Touko pun menyetujuinya.
Namun, saat tanggal berganti, Touko memberitahunya bahwa dia akan pulang karena ayahnya datang menjemput.
Selagi Yuu tercengang…
“Aku tidak pernah berhubungan badan dengan siapa pun seumur hidupku.”
“Aku tidak akan melakukan itu sampai aku menikah.”
Setelah mengatakan itu, dia kemudian pergi.
Bagaimanakah kelanjutan nasib Yuu Isshiki?
“…Kubilang, berhentilah memberikan narasi aneh begitu tentangku!”
Aku menggerutu kesal pada Ishida, yang menyenandungkan musik latar dari “drama BanKer” terkenal.
“Tidak, kau tidak bisa menyalahkanku karena mengatakan itu kali ini, Yuu. Karena semuanya sudah berjalan sesuai rencana sampai sejauh itu, kan?”
Ishida mengeluarkan suara ‘slurp~slurp~’ saat menyesap kopinya.
Tempat ini adalah restoran keluarga di sepanjang Rute 14 yang kami sering datangi.
Setelah Hari-X, aku menghabiskan malam sendirian di hotel dan pulang tanpa menunggu waktu checkout jam 10 pagi.
Lalu, Ishida mengirimiku pesan “Bagaimana tadi malam?” dengan sangat penasaran.
Itulah sebabnya aku sedang makan siang di sini bersama Ishida.
“Setelah perjuangan yang panjang, kamu akhirnya dapat bermalam di hotel bersama Touko-senpai. Dan Touko-senpai juga setuju untuk pacaran denganmu, Yuu. Tapi kemudian dia berkata kalau dia tidak akan berhubungan s*ks sampai dia menikah dan kau hanya membiarkannya pulang begitu saja? Bahkan anak SMA perjaka pun akan lebih agresif daripada kau.”
Ishida menatapku melalui cangkir kopinya sambil mengatakan itu.
“Ngomong sih memang mudah. Kau bisa mengatakan hal seperti itu karena kau tidak ada di sana. Jika Touko-senpai sudah menyatakan kalau dia tidak akan berhubungan s*ks sampai dia menikah, aku yakin kau pasti tidak bisa berbuat apa-apa juga!”
Terlebih lagi, jika aku melakukannya dengan paksa, bahkan hubunganku dengan Touko-senpai mungkin akan rusak.
Bagaimanapun juga, aku masih dalam ‘pacar masa percobaan’.
Ishida menghela nafas dan meletakkan kembali cangkir kopinya di atas meja.
“Memang sih. Bahkan Komakura-senpai yang sudah veteran pun tidak bisa melakukannya. Tidak mungkin Yuu, yang seorang ‘lepas perjaka tahun pertama’, bisa mengatasinya.”
TLN: Maksud ‘lepas perjaka tahun pertama’ disini maksudnya belum sampai satu tahun sejak hilangnya keperjakaan Yuu.
Aku tidak menjawabnya.
Jika dipikir-pikir lagi memang benar.
Bahkan Kamokura Tetsuya yang super tampan dan pandai bersosialisasi pun tidak bisa menghadapinya dan malah dimanipulasi.
Mana mungkin aku bisa melakukannya.
Kata-kata Ishida terus berlanjut.
“Tapi, saat kupikir-pikir, aku jadi merasa kasihan pada Komakura-senpai. Dia dicampakkan oleh gadis yang dia coba dekati sejak SMA tanpa pernah berbuat apa-apa padanya. Selain itu, dia juga berpikir kalau dia dirampas oleh adik tingkatnya…”
Aku juga sempat berpikir seperti itu sedikit.
Jika Kamokura tidak berselingkuh dengan Karen, yang merupakan pacarku, aku pasti akan merasa kasihan padanya.
Ishida bersandar di kursinya dan menatap langit-langit.
“Jika pacarku menolak dan berkata dia tidak akan berhubungan s*ks denganku sampai kami menikah, aku mungkin juga akan berselingkuh dengan seorang gadis imut yang menggodaku.”
“Apa yang terjadi dengan Kamokura-senpai setelah itu?”
Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, karena aku dan Touko-senpai langsung meninggalkan pesta setelah menyatakan putus.
Ishida seharusnya tahu apa yang terjadi setelah itu.
“Dia benar-benar sangat tertekan. Tapi, Nakazaki-san membawanya keluar dan menenangkannya. Sepertinya dia setengah menangis. Aku belum pernah melihat Kamokura-senpai seperti itu sebelumnya.”
Aku merasakan sakit yang menyengat di dadaku.
Namun, aku juga tidak melakukan apa pun pada Touko-senpai, jadi aku tidak perlu merasa bersalah tentang hal itu.
“Jadi, Yuu, apa kau tak masalah?”
Ishida berhenti bersandar di kursi dan menanyakan itu padaku.
“Apanya?”
“Sebab, kau tidak akan bisa melakukan apapun dengan Touko-senpai sampai kalian menikah, kan? Kau berada di posisi Komakura sekarang. Aku bertanya-tanya apakah kau akan bisa menjaga pandanganmu dari wanita lain.”
Aku menatap Ishida, merasa jengkel.
“Kau ngomong apa sih? Sudah jelas kalau aku tidak akan pernah berselingkuh!”
“Apa kau yakin? Memangnya berapa tahun lagi sampai kalian menikah? Tiga setengah tahun sampai kau lulus dari perguruan tinggi. Ditambah dua tahun jika kau melanjutkan ke pascasarjana. Selain itu, kau tidak akan bisa langsung menikah setelah mendapat pekerjaan. Meskipun hubungan kalian berdua terus berlanjut, mungkin akan memakan waktu sampai tujuh tahun sebelum kalian menikah. Apakah kalian akan terus melakukan ‘pacaran sehat’ sampai saat itu?”
Tujuh tahun… Ketika dia mengatakan itu, aku merasa sedikit terguncang.
Kalau dipikir-pikir lagi, itu waktu yang cukup lama.
Saat aku tetap diam, Ishida semakin menekanku.
“Kita baru berusia 19 tahun. Mulai sekarang, awal usia dua puluhan akan menjadi usia ketika keinginan kita terhadap lawan jenis akan berada di titik tertinggi, iya kan? Selama periode itu, kau harus ‘puasa’ dalam waktu yang lama sambil disediakan ‘tubuh luar biasa Touko-senpai’ di sampingmu. Selain itu, meskipun kau terus bertahan selama itu, kau tidak tahu apakah kau benar-benar dapat menikahi Tonko-senpai, kan?”
“Mau bagaimana lagi. Jika tidak, aku tidak akan bisa pacaran dengan Touko-senpai. Selain itu, tidak mungkin aku akan mengkhianatinya seperti yang dilakukan Kamokura. Dia telah menyemangatiku selama ini, dan karena itulah aku bisa sampai di titik ini.”
Tapi, aku merasa kalau kata-kataku kurang meyakinkan dibandingkan dengan nada bicara Ishida.
Ishida menyandarkan tubuhnya di kursi lagi.
“Jika itu aku, aku jelas tidak mau. Aku lebih memilih bisa berhubungan s*ks dengan gadis biasa seminggu sekali daripada harus kembali jadi perjaka selama bertahun-tahun dan bahkan tidak tahu apakah aku nanti bisa bersama dengan Touko-senpai atau tidak.”
Aku tidak membantah kata-kata Ishida dan menyeruput kopiku dalam diam.
“Ngomong-ngomong, bagaimana kau akan berhubungan dengan Touko-senpai mulai sekarang? Bertukar surat? Bertukar buku harian? Ataukah kalian akan pergi ke kampus bareng?”
Ishida berkata dengan meledek.
Aku melotot padanya.
“Aku tidak memikirkannya sekarang.”
“Apakah kalian tidak akan bertemu saat liburan musim dingin ini?”
Sekarang adalah liburan musim dingin mulai dari hari ini sampai awal tahun baru, 7 Januari.
“Sebenarnya, aku barusan mendapat pesan darinya soal rencana liburan musim dingin.” kataku dengan suara lemah.
“Nah, terus?”
“Sepertinya tidak mungkin kami bisa bertemu selama liburan musim dingin. Touko-senpai akan pergi ke Hawaii bersama keluarganya dari akhir tahun hingga awal tahun baru.”
…Sampai jumpa di kampus nanti. Yu. u. ku. n!…
Suara saat dia mengatakan itu semalam terngiang kembali.
“Huh? Itukah yang terjadi saat kalian baru mulai pacaran? Masa depanmu tampak suram.”
Bahkan Ishida pun terdengar kecewa.
“Kudengar kalau keluarga Touko-senpai memiliki tradisi menghabiskan Tahun Baru di Hawaii bersama keluarganya setiap tahun.”
“Keluarga Touko-senpai pasti kaya, ya.”
“Begitulah, kedua orang tuanya adalah dokter. Rumahnya juga bagus.”
Seolah ingin menghilangkan suasana yang agak suram, Ishida berkata dengan suara cerah.
“Yah, apa boleh buat. Ayo kita main bareng lagi Tahun Baru ini! Tahun lalu, sebelum ujian, kita hatsumode bareng, kan? Ayo pergi lagi tahun ini!”
TLN: Hatsumōde (初詣) adalah kunjungan pertama ke kuil Buddha atau kuil Shinto pada awal tahun baru di Jepang.
“Kurasa ini pertama kalinya bagi dua orang pria untuk pergi hatsumode bareng dua tahun berturut-turut?”
Aku tersenyum pahit, tapi berterima kasih pada Ishida atas perhatiannya.
Yah, mungkin sesuatu seperti ini memang lebih cocok untuk kami.