Chapter 71: Sudah Kuduga Kalau Heroine Favoritku Adalah Yang Terbaik
“Aku ingin bekerja.”
Aku sedang berada di rumah, menonton TV di sofa ruang tamu, ketika sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benakku sembari aku menggumamkannya dengan keras.
“Kerja paruh waktu?”
Adik perempuanku, Rie, yang sedang menonton TV di sofa di sampingku, bertanya padaku dengan penasaran.
TLN: Nama adiknya yang bener itu Rie, bukan Rinke. Jadi, untuk kedepannya, namanya bakal diganti jadi Rie.
“Ah ya, kerja paruh waktu.”
“Kenapa kakak tiba-tiba ingin bekerja?”
“Aku tidak melakukan kegiatan klub, jadi aku punya banyak waktu luang sepulang sekolah. Aku berpikiran bahwa aku mungkin sebaiknya mencari uang dengan bekerja paruh waktu.”
Aku dulu bekerja paruh waktu sebelum aku datang ke dunia ini.
Sudah sekitar dua bulan sejak aku memasuki dunia manga rom-com “Aku tidak bisa memiliki komedi romantis yang normal karena teman masa kecilku Ojou-sama menghalangi.”
Dengan pergantian musim, seragamku telah berubah menjadi seragam musim panas sekarang.
Aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah terjadi dalam dua bulan terakhir ini.
Aku bertemu Sei Shimada, yang merupakan heroine favoritku di manga dan menembaknya begitu aku benar-benar bertemu dengannya. Setelah berapa kali bertemu, kami pun akhirnya pacaran.
Itu adalah situasi yang benar-benar tidak terpikirkan di duniaku sebelumnya.
Aku begitu senang hingga aku jadi sedikit takut bahwa ini semua hanyalah mimpi dan aku akan… terbangun suatu hari nanti.
Yah, kesampingkan itu, sebelum aku datang ke dunia ini, aku bekerja paruh waktu.
Alasan kenapa aku bekerja paruh waktu adalah, karena aku ingin mendapatkan uang untuk membeli pernak-pernik dan hal-hal lainnya tentang Sei-chan. Tentu saja itu untuk mendukungnya.
Tapi sekarang, setelah aku memasuki dunia manga dan bahkan berhasil pacaran dengan Sei-chan, aku bisa memberikan sesembahanku padanya secara langsung.
Aku ingin tahu apakah ada yang namanya pengeluaran bahagia atau tidak.
Tapi sekarang, aku tidak punya pekerjaan paruh waktu, aku tidak punya uang sama sekali.
Ada banyak acara yang akan datang di musim panas, jadi aku ingin menyimpan uang sebelum itu.
“Uang akan menjadi suatu keharusan jika aku ingin melanjutkan hubunganku dengan Sei-chan, kan?”
“Ahh, untuk Sei-chan toh.”
Adikku, Rie, sudah bertemu Sei-chan dan tahu bahwa kami adalah sepasang kekasih.
Aku sendiri agak malu menyebut diriku kekasihnya.
“Ya. Kerja paruh waktu seperti apa yang harus aku lakukan, ya?”
“Mungkin pelayan atau pramuniaga?”
Aku bekerja seperti itu di kehidupanku sebelumnya juga.
“Kurasa aku akan pergi ke tempat terdekat yang mencari pekerja kafe paruh waktu.”
“Kupikir itu bagus juga.”
“Kurasa aku bisa belajar memasak ringan di kafe, lalu aku juga bisa menyajikannya untuk Rie.”
“Mmm, aku menantikannya.”
Rie tersenyum dengan sudut mulutnya sedikit terangkat.
Hnng, adikku sangat imut.
Mau tak mau aku mengulurkan tangan dan mengusap kepalanya.
“J-Jangan mengusapku.”
“Aku pasti akan membuat makanan yang enak, tunggu dan lihat saja!”
Kami menghabiskan sisa hari di rumah dengan percakapan sepele seperti itu.
◈◈◈
Keesokan harinya, saat jam makan siang di sekolah.
Kami berlima menyatukan meja dan makan di kelas seperti biasa.
“Yuuichi, aku membuatkanmu bekal lagi hari ini. Hari ini, aku merekomendasikan Hamburger. Ini seukuran gigitan, tapi tentu saja ini buatan sendiri.”
“Ehh, benarkah? Itu luar biasa.”
“Ini dia, Ah~n.”
“Yah, aku selalu bilang begini, tapi ini sangat memalukan, lho.”
“Aku bekerja keras sepanjang pagi hanya untuk membuatkan ini demimu. Setidaknya berikan aku hadiah kecil karena melakukan itu.”
“Uuu, baiklah. Ahhh… Lezatnya.”
“Fufu, baguslah.”
Yang duduk di depanku, orang yang dikendalikan oleh seorang perempuan adalah protagonis dari dunia manga “Ojojama”.
Dan orang yang memberikan tekanan kuat untuk membuatnya berkata “Ahh” adalah heroine tipe Ojou-sama, Kaori Tojoin.
Seperti biasa, Tojoin-san sangat proaktif terhadapnya.
“Shigemoto-kun, aku juga sudah memasak sedikit, maukah kamu memakannya? Aku membuat telur dashimaki.”
“Oh, apakah kamu yakin?”
“Eh… U-Uh… ya..”
“F-Fujise, kamu tidak perlu melakukan ini jika kamu malu.”
“A-Aku akan melakukannya! Aku tidak bisa membiarkan Tojoin-san mengalahkanku! Katakan ahh~.”
“A-Ahhhh… Ini juga enak?!”
Heroine lainnya, Shiho Fujise, duduk di sebelah Yuuichi.
Baik dia dan Tojoin-san memiliki persaingan memperebutkan Yuuichi dan bersaing demi cintanya dengan skenario “Ahh-“.
“O-Oh benarkah?! Syukurlah…”
“Jadi, Fujise bisa memasak juga, ya?”
“U-Un… Hehe, aku sudah berlatih akhir-akhir ini.”
Fujise tersenyum sangat bahagia ketika dia diberitahu bahwa masakannya enak.
Dia awalnya adalah tipe heroine yang tidak mampu membuat sesuatu yang bisa dimakan.
Tapi, kami meminjam rumah Tojoin-san untuk berlatih sebentar, dan dia tumbuh hingga bisa memasak sebaik orang kebanyakan.
“Shiho, kamu sudah tumbuh.”
“Sei-ch-…Shimada, kamu terlihat seperti orang tua yang mengawasi anaknya.”
Dan gadis di sebelahku yang mengawasi sahabatnya Fujise, adalah pacarku, Sei Shimada.
Karena Sei-chan adalah orang yang bekerja paling keras untuk mencoba dan memperbaiki keterampilan memasak Fujise yang buruk, dia pasti senang melihat Fujise akhirnya bisa memasak sesuatu untuk Yuuichi.
Tapi, tadi itu agak berbahaya sih, karena satu-satunya saat aku diizinkan memanggilnya ‘Sei-chan‘ adalah ketika kami hanya berduaan.
“Kudengar dari Shiho kemarin, bahwa dia akan membuat bento sendiri hari ini.”
“Ahh, bagus sekali. Padahal hanya beberapa saat yang lalu ketika kita mengawasinya membuat materi gelap.”
“Kamu melakukannya dengan baik, ya.”
“Kamu benar-benar menatapku dengan tatapan bangga layaknya orang tua… Ngomong-ngomong, kamu membuat bento itu sendiri, kan?”
“Ahh, ya, aku kurang lebih membuatnya setiap hari.”
Aku melihat kotak makan siang Sei-chan dan melihat ada beberapa lauk pauk di dalamnya.
Sei-chan cukup mahir hingga bisa mengajari Fujise cara memasak yang benar. Jadi, aku sangat tertarik dengan masakannya.
“Apakah kamu mau…?”
“Ya, aku mau.”
“Fufu, kamu sungguh jujur. Yah, kurasa aku bisa menerimanya.”
Aku dan Sei-chan belum memberi tahu semua orang bahwa kami pacaran.
Itulah sebabnya Sei-chan menggunakan cara memutar untuk menawariku makanannya, hanya untuk memastikan tidak ada yang tahu kalau kami pacaran.
“Kalau begitu, aku akan memberimu makan siangku juga. Tapi, punyaku dibuat oleh Rie.”
“Yah, aku menantikannya karena aku belum pernah memakan masakan Rie sebelumnya. Bolehkah aku minta omelet itu?”
“Tentu saja.”
Sei-chan mengambil telur dadar dari kotak makan siangku.
“Yang mana yang kamu mau, Hisamura?”
“Kurasa aku mau yang telur gulung itu.”
“Baiklah, nih ambillah.”
Saat aku mengulurkan tangan untuk mengambilnya, aku ragu-ragu.
Kuu… Aku ingin dia “Ahh~” padaku seperti yang mereka lakukan pada Yuuichi.
Aku akan sangat senang jika Sei-chan melakukannya untukku, tapi sepertinya tidak mungkin melakukan itu di sini.
Jika dia melakukan itu, semua orang akan langsung tahu bahwa Sei-chan dan aku sedang pacaran.
Jika itu terjadi, tatapan cemburu yang seharusnya ditujukan pada Yuuichi akan langsung ditujukan padaku.
Sejujurnya, aku bisa dengan senang hati menerima tatapan mereka, tapi aku tidak bisa membiarkan mereka mengetahuinya sama sekali. Itu hanya karena Sei-chan ingin merahasiakan fakta bahwa kami pacaran.
“Hm? Ada apa?”
Karena aku tiba-tiba membeku, Sei-chan bertanya padaku dengan penasaran.
“Tidak, bukan apa-apa, kalau begitu aku akan makan ini.”
Aku menggerakkan tanganku yang membeku, yang berhenti di tengah-tengah, dan mengambil telur dadar yang dibuat Sei-chan.
Aku dan Sei-chan memakan telur dadar kami hampir bersamaan
“MMM! Lezatnya! Seperti yang diharapkan dari Shimada.”
“Telur gulungmu juga enak.”
“Aku akan memberitahu Rie kalau Shimada bilang masakannya enak.”
“Ya, tolong, katakanlah padanya.”
Setelah itu, kami lanjut memakan makanan kami.
“Omong-omong. Hisamura, kenapa kamu membeku sebelumnya?”
“Hmm? Maksudmu saat aku mengulurkan tangan untuk mengambil omelet tadi.”
“Ya, kamu tiba-tiba memasang ekspresi yang campur aduk.”
Seperti yang diharapkan darimu, Sei-chan, kamu bisa melihat ke dalam diriku dalam waktu secepat itu.
Yuuichi dan yang lainnya sudah tidak ada lagi dan tidak ada yang memberikan perhatian khusus pada kami saat ini.
Aku bergerak sedikit lebih dekat ke arah Sei-chan dan berbicara dengan volume yang hanya bisa didengar olehnya.
“Sebenarnya, aku ingin Sei-chan melakukan sesuatu seperti yang dilakukan mereka pada Yuuichi.”
“Eh…?!”
Kata-kataku disambut dengan reaksi instan dari Sei-chan dengan pipinya yang merona merah.
Sei-chan melihat sekeliling dan kemudian berbicara dengan volume suara yang sama denganku.
“I-Itu bukan sesuatu yang bisa kita lakukan di sini.”
“Begitulah, jadi aku menyerah dan mengambil telur dadar seperti biasa.”
“B-Begitukah… Y-Yah, baguslah.”
Sei-chan melihat sekeliling lagi untuk memastikan tidak ada yang melihat dan mengatakannya dengan volume suara yang lebih kecil lagi.
“Aku akan melakukannya untukmu saat kita berduaan.”
Saat dia mengatakan itu, jantungku berhenti berdetak sesaat.
Kuu, kupikir aku akan mati…! Itu gawat banget!
Itu sungguh imut dan manis, tapi mau tidak mau aku jadi berpikir bahwa dia mencoba menyiksaku dengan mengatakan sesuatu yang belum biasa aku dengar seperti itu.
“Kalau gitu, janji ya, Sei-chan.”
“Y-Ya.. Tentu.”
Sei-chan memerah padam dan langsung membuang muka setelah itu.
Haah, pacarku, Sei-chan, terlalu imut!