Chapter 36: Hari Setelah Kami Jadian
Keesokan harinya, setelah kami berkencan di taman hiburan.
Setelah pengakuan cintaku yang sukses, kami meninggalkan taman secara biasa.
Tidak… Kurasa itu tidak biasa, ya.
Aku dan Sei-chan pulang, bergandengan tangan!
Ya ampun, aku benar-benar gugup.
Kupikir aku lebih gugup berpegangan tangan dengannya daripada ketika aku benar-benar memeluknya.
Ketika kami berpelukan, itu sebagian besar merupakan hal yang tiba-tiba, tapi ketika kami berpegangan tangan, kami berdua menyadarinya dan sedikit gelisah. Itu bukan hal mendadak seperti pelukan.
Sentuhan tangan kecil dan lembut Sei-chan masih tak terlupakan bahkan setelah satu hari berlalu.
Atau lebih tepatnya, aku mungkin tidak akan pernah melupakan semua yang telah terjadi kemarin.
Aku terkejut melihat betapa imutnya dia berpakaian ketika aku pertama kali bertemu dengannya.
Dan kami berdua juga menikmati wahana bersama. Tidak, jangan ingatkan aku pada rumah hantu, diriku.
Kurasa aku benar-benar pacaran dengan Sei-chan, ya.
Sudut mulutku berkedut.
“Onii-chan, kenapa kamu senyum-senyum saat sarapan?”
“Hm? Ah? Aku hanya mengenang peristiwa masa lalu.”
“Begitu ya…”
Tepat di depanku adalah adik perempuanku, Rinke, yang sedang sarapan bersamaku.
“Sekali lagi, terima kasih untuk sarapannya, enak seperti biasa.”
“Mmm…”
Ketika aku mengatakan itu, Rinke berhenti makan sejenak, tapi dia merespons dengan sesuai dan mulai makan lagi.
Tapi apakah hanya perasaanku saja, atau telinganya memang menjadi sedikit merah sekarang?
“Aku juga membuat bento. Itu sisa makan malam kemarin.”
“Makasih, kalau tadi malam berarti daging dan kentang. Aku senang, aku sangat menyukainya.”
“Ya …”
Ya, aku tahu itu bukan hanya perasaanku, sekarang pipimu juga merah.
Rinke berusaha menyembunyikannya, tapi usahanya sangat imut sehingga membuat pipiku rileks.
Setelah kami selesai makan, aku dan Rinke kembali ke kamar kami masing-masing untuk bersiap-siap ke sekolah.
Hari ini adalah hari Senin, jadi ini adalah hari sekolah biasa bagi kami.
Omong-omong, kemarin aku berbicara dengan Sei-chan tentang apa yang harus kami katakan pada semua orang dan-
“J-Jangan beritahu siapa pun di sekolah kalau kita pacaran.”
Begitu katanya.
Aku pikir ini adalah masalah pelajar, tapi menurutku ada banyak pasangan yang mengumumkan kalau mereka pacaran dan ada juga beberapa pasangan yang menyembunyikan kalau mereka sedang pacaran.
Mungkin masing-masing dari kami punya alasan tersendiri dan sebagainya, tapi alasan kenapa Sei ingin menyembunyikannya adalah…
“A-Aku akan sangat malu jika orang-orang mengetahuinya.”
Dan itu saja.
Ketika dia mengatakan itu padaku, dia terlihat sangat imut lagi sehingga aku pikir jantungku akan meledak karena keimutan.
Jika aku sudah pacaran dengan Sei-chan, aku mungkin benar-benar akan mati suatu hari nanti, seperti di manga, dengan laporan kalau hatiku meledak dalam kebahagiaan.
Mari kita coba untuk tidak begitu, oke…… Apanya?
Memikirkan hal ini, aku mengganti seragamku dan keluar kamar.
“Ayo berangkat, Onii-chan.”
“Oke, ayo.”
Aku dan Rinke, kami berdua akan mengendarai sepedaku ke sekolah hari ini.
Aku dan Rinke turun dari lantai dua ke lantai satu, mengganti sepatu kami di pintu masuk, dan tepat sebelum kami keluar pintu.
“Apakah kamu sudah membawa bentonya?”
“Ya, sudah. Makasih.”
“Mmm… J-Jadi Onii-chan, bagaimana kencanmu kemarin?”
“Huh? Ah… Ya, itu menyenangkan.”
“Begitu ya, jadi, apakah kamu, yah, pacaran?”
Rinke mengatakan ini… menatapku dengan ekspresi khawatir di wajahnya.
Tampaknya Rinke khawatir aku akan dicampakkan pada kencan itu.
Yah, akan sedikit canggung bagi seorang adik kalau kakaknya ditolak, kan.
Hmm, Sei-chan menyuruhku untuk tidak memberi tahu orang lain, tapi tidak apa-apa untuk setidaknya memberi tahu adikku tentang hal itu, kan?
Rinke sebenarnya bukan tipe orang yang akan bercerita dengan orang lain.
“Ya, kami memiliki hubungan yang kuat sekarang, jangan khawatir.”
“B-Baguslah.”
Eh…Kenapa dia tiba-tiba menjadi lebih sedih?
Apa? Mungkinkah, Rinke, kamu ingin aku ditolak?
Apakah dia benar-benar memiliki watak yang buruk di serial ini?
Sebagai Onii-chan, mau tak mau aku merasa sedikit terkejut dengan ilham ini.
“Baguslah, Onii-chan sudah menembaknya, kan?”
“A-Ah, apakah aku pernah memberitahu Rinke soal itu?”
“Kemarin, setelah kakak pergi kencan, aku bertanya pada Shigemoto-san.”
“Ah, Yuuichi.”
Oh benar, Yuuichi masih di rumah kemarin setelah aku pergi.
Tapi dia pergi kemarin tanpa mengalahkan Kecoa-kun meskipun aku sudah menyuruhnya.
Tadi malam, suasana hatiku benar-benar baik, tapi tiba-tiba aku melihat Kecoa-kun asyik di kamarku, dan kemudian aku merasa buruk…
Aku mengalahkannya kali ini, tapi aku sangat takut saat itu.
“Apakah pacarmu imut?”
“Hm? Ya, tentu saja. Dia sangat imut.”
Jika ada yang bilang kalau Sei-chan tidak imut, aku akan menghajar mereka.
“Siapa yang lebih imut? Aku atau dia?”
“Eh?”
Pertanyaan Rinke muncul tiba-tiba jadi aku menjawabnya dengan nada bingung.
Saat aku menoleh untuk melihat Rinke, pipinya bahkan lebih merah daripada saat dia sarapan denganku.
“T-Tidak, bukan apa-apa. Ayo Onii-chan. Ayo berangkat.”
Rinke menjadi malu dan berlari keluar pintu, meninggalkanku.
Aku tidak tahu kenapa Rinke tiba-tiba menanyakan itu padaku.
Maksudku, aku tidak melihat ada gunanya dia keluar duluan dari pintu depan, karena kami akan pergi bareng naik sepeda.
Aku berjalan keluar dari pintu depan dan pergi ke tempat sepedaku, dan melihat Rinke sudah duduk di belakang sepeda.
“S-Sudah, berpura-puralah aku tidak menanyakan pertanyaan itu padamu sebelumnya. Ayo berangkat, Onii-chan.”
“Haha… Mengerti.”
“A-Apa yang kamu tertawakan?”
“Tidak, aku hanya berpikir kalau Rinke itu imut.”
“Onii-chan Bodoh.”
Saat aku duduk di sepedaku, Rinke menampar punggungku seolah menyembunyikan rasa malunya dari situasi ini.
Aku menerima tamparannya dengan tenang dan mulai mengayuh sepeda.