[WN] Manga no Netori Saoyaku ni Tensei Shite Majime ni Ikiyou to Shita noni, Naze ka Ecchina Kyonyuu Hiroin ga Guigui Semete kuru ndakedo? Chapter 8 Bahasa Indonesia

Chapter 8 – Perasaan Jujurku [Sudut Pandang Himari Shiratori]

Salah satu teman sekelasku adalah seorang anak laki-laki bernama Akio Goda.

Dia mewarnai rambutnya menjadi merah terang dan memiliki tubuh yang tinggi serta berotot. Itu saja sudah cukup untuk memberinya kesan menakutkan, tapi dia begitu kuat sehingga sulit dipercaya bahwa dia adalah seorang siswa SMA, membuat semua orang takut padanya.

Bukan hanya penampilannya yang membuatnya menakutkan. Rumor yang lebih buruk memperkuat imej anak laki-laki bernama Akio Goda.

Rumornya mengatakan bahwa dia sendirian menghancurkan sekelompok berandalan di sekolah lain. Rumor lain mengatakan bahwa dia pergi ke kota pada malam hari dan melahap wanita. Rumor lainnya lagi mengatakan bahwa dia terlibat dalam kegiatan kriminal dengan organisasi bawah tanah. Rumor-rumor yang tidak bisa dipastikan kebenarannya itu telah membentuk imej seorang pria bernama Akio Goda.

“Jika rumor itu benar, aku yakin bahwa sekarang aku pasti sudah…”

Tubuhku yang indah ini pasti sudah dinodai. Aku yakin aku tidak akan bisa melawan saat ditahan oleh lengannya yang kuat.

Pada malam hari, kenangan itu kembali membanjiri. Ketika aku berbaring di tempat tidur, adegan dari waktu itu muncul kembali dengan lebih jelas.

Bahkan di depan tubuh telanjangku, Goda-kun tidak terlihat gugup sama sekali. Tapi, dia jelas terangsang, dan aku terkejut dengan seberapa besar kenikmatan yang aku rasakan saat dilihat sebagai seorang wanita.

“Meskipun ‘barang’ miliknya membesar, Goda-kun tetap rasional.”

Setidaknya dia bukan hewan buas seperti yang digosipkan semua orang. Meskipun dia begitu terangsang hingga itunya hampir menembus celana tebalnya… dia masih memiliki kelembutan untuk menyemangatiku.

“Dia benar-benar berbeda dari Junpei-kun.”

Junpei Nozaka-kun. Dia adalah teman masa kecilku.

Dia adalah anak laki-laki yang telah bersamaku sejak kecil. Dia sudah bersamaku sejak TK hingga saat ini, dan dia adalah anak laki-laki yang paling sering berinteraksi denganku.

Jika orang bertanya kesanku tentang Junpei-kun, aku sering mengatakan bahwa dia seperti adik laki-laki yang tidak ada hubungan darah.

Itulah sebabnya aku sangat terkejut ketika Junpei-kun menyatakan cintanya padaku tepat setelah kami masuk SMA.

Pada saat yang sama, aku yakin.

Secara samar-samar aku berpikir bahwa aku akan pacaran dengan seseorang suatu hari nanti. Jika Junpei-kun adalah yang pertama, aku pikir itu akan baik-baik saja. Aku cukup mengenalnya untuk percaya bahwa dia bukanlah orang jahat, karena kami telah menghabiskan begitu banyak waktu bersama, hampir seperti saudara.

“Meskipun aku berpikir bahwa dia adalah yang paling baik dari semua anak laki-laki… aku tidak pernah menyangka Junpei-kun akan mengatakan sesuatu seperti itu padaku.”

Di sekitarku, ada orang yang sudah mendapatkan pengalaman pertamanya, dan aku agak optimis, berpikir aku memiliki pacar.

Namun, ketika aku akan mendapatkan pengalaman pertamaku dengan Junpei-kun, dia mengatakan bahwa dia tidak suka gadis berdada besar, dan pikiranku pun menjadi kosong.

Seolah-olah untuk mengkonfirmasi pernyataannya, “barang” miliknya tidak bereaksi sama sekali.

Fakta itu seolah-olah menolak daya tarikku sebagai seorang wanita dan melukai harga diriku secara serius. Junpei-kun selalu melihat tubuhku dengan mata penuh nafsu, dan aku ingin bertanya padanya apa maksudnya.

“Sekarang, setelah aku sudah tenang, aku bisa mengerti, tapi…”

Setelah melakukan sedikit riset, tampaknya beberapa anak laki-laki menjadi gugup dan tidak bisa ereksi saat pengalaman pertama mereka.

Jika dia memberitahuku, aku tidak akan marah. Namun, Junpei-kun tampaknya panik pada saat itu dan mengatakan sesuatu yang tidak tulus padaku.

“Bahkan, sekarang setelah aku sudah tahu pun, itu masih menyakitkan.”

Menekan dadaku, sensasi lembut menyapa sentuhanku. Aku pikir tubuhku sudah tumbuh dengan baik.

Tubuhku menarik perhatian pria dan dikagumi oleh wanita. Aku bangga dengan bentuk tubuhku, dan aku sadar bahwa aku cantik.

Justru karena aku sadar bahwa aku cantik, aku berusaha untuk menjadi murid teladan.

Dengan begitu, aku tidak perlu khawatir tentang kecemburuan yang tidak perlu dan menghindari disakiti. Melindungi diriku dengan giat karena aku cantik, tapi ketika aku terluka, aku berakhir dengan lebih banyak luka daripada yang diperlukan.

“Aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika Goda-kun adalah pacarku?”

Aku tahu ini adalah delusi yang buruk. Jelas salah untuk memikirkan pria lain ketika aku sudah punya pacar.

Meski begitu, aku tidak bisa menahannya. Aku pikir dia adalah orang yang kasar, tapi meskipun aku menyerahkan tubuhku padanya, dia dengan lembut menegurku.

“Goda-kun, saat wajahmu memerah seperti itu… kamu terlihat sangat imut ♪”

Aku terbiasa dipanggil “imut”, tapi ketika Goda-kun yang mengatakan itu padaku, rasanya baru dan segar. Aku bisa merasakan hatiku memanas.

Goda-kun membuatku penasaran karena dia sangat berbeda dari kesanku tentang dia. Karena aku telah menunjukkan sisi rentanku, aku ingin dia menunjukkan hal yang sama padaku.

Aku ingin tahu lebih banyak tentang Goda-kun. Ini adalah perasaan yang tidak bisa aku hentikan, perasaan yang meluap yang tidak bisa aku lawan.

“Mungkin sudah waktunya…”

Karena semua orang menganggap Goda-kun adalah orang yang paling berbahaya di sekolah, tidak ada yang berani meminta informasi kontaknya.

Tapi, itu tidak masalah untukku. Itu karena aku tidak bisa melawan perasaanku.

“Tapi, ada Himuro-san, jadi aku harus bertindak cepat.”

Aku bisa tahu dari cara Himuro-san melihat Goda-kun. Aku yakin tidak ada yang tidak menyadari artinya. Jika ada pun, orang itu pasti sangat tidak peka.

“Aku… Aku harus putus dengan Junpei-kun.”

Aku ingin menghargai perasaan ini, yang telah muncul untuk pertama kalinya. Aku yakin Junpei-kun akan mengerti. Bagaimanapun juga, dia adalah teman masa kecilku.

Aku pun masturbasi di tempat tidur, sambil mencoba menyusun perasaanku. Setelah melampiaskan hasratku dan memikirkannya dengan kepala yang lebih tenang, perasaanku masih tidak berubah.

“Halo, Junpei-kun? Bisakah kita bicara sebentar?”

Aku tidak bisa lagi berbohong soal perasaanku. Itulah kenapa aku menelepon Junpei-kun.

◇ ◇ ◇