Chapter 8: Mencoba Berbicara dengan Adikku Meski Dia Ketakutan
“Um, itulah sebabnya aku berpikir untuk menonton anime-nya juga. Aku sudah membaca manga-nya, tapi aku belum pernah menonton anime-nya. Jadi jika Yuna tidak keberatan, bolehkah aku menontonnya bersamamu?”
“Eh? Uh, ya, tentu saja, tidak apa-apa.”
“Terima kasih. Kalau begitu mari kita tonton dari bagian terakhir yang Yuna tonton, oke? Nih, aku akan mengembalikan remote-nya padamu.”
Aku mengatakan itu dan menyerahkan remote TV ke Yuna. Dia mengambil remote itu dariku dengan takut-takut.
“Y-Ya. Baiklah… Aku akan memulainya dari bagian terakhir yang aku tonton.”
“Ya, silakan.”
Setelah itu, Yuna menekan tombol play di remote dan anime “Ksatria Ilahi” mulai diputar di TV lagi.
(…Tapi rasanya agak aneh bisa menonton “Ksatria Ilahi” bahkan di dunia tempatku bereinkarnasi.)
Aku berpikir itu aneh, tapi… Kurasa aku tidak perlu khawatir tentang hal-hal kecil seperti itu. Aku seharusnya senang karena aku mendapatkan topik yang bisa kubicarakan dengan Yuna.
“…Wow, itu luar biasa! Kualitas animasinya sangat indah! Wah, anime telah berkembang pesat akhir-akhir ini, ya!”
“Y-Ya, animasinya… sangat indah… dan ceritanya juga sangat menarik…!”
Saat aku mengungkapkan kesanku dengan mata berbinar, Yuna mengangguk setuju pada kata-kataku.
“Ngomong-ngomong, Yuna, siapa karakter favoritmu di ‘Ksatria Ilahi’?”
“Eh? U-Ummm… Kurasa… aku paling suka dengan karakter utamanya… Dia baik dan perhatian pada teman-temannya, dan dia sangat keren saat melawan iblis…”
“Oh, begitu ya. Kalau aku paling menyukai guru karakter utama, lelaki tua yang keren itu.”
“Ah! I-Iya! Aku juga sangat menyukai gurunya! Adegan di mana dia melindungi karakter utama dengan sekuat tenaga di akhir… Itu sungguh menakjubkan hingga aku menangis!”
“Haha, iya. Adegan itu sungguh mengharukan. Oh, ngomong-ngomong soal adegan itu…”
Saat aku mengangkat berbagai topik tentang “Ksatria Ilahi”, Yuna menanggapi dengan ekspresi bahagia, dengan penuh semangat mengikuti percakapan.
(Ya, sudah kuduga, cara tercepat untuk menjadi lebih dekat adalah dengan berbagi minat yang sama.)
Jadi, setelah itu, kami melanjutkan menonton anime sambil bersemangat membicarakan tentang “Ksatria Ilahi”.
◇◇◇◇
Sekitar satu jam telah berlalu sejak aku mulai menonton anime bersama Yuna.
――Kruuk, kruuk…
“Ah… ugh…”
Saat itu, suara keroncongan lucu terdengar dari perut Yuna. Yuna menutupi perutnya dengan kedua tangan, terlihat malu.
“Ah, ini sudah jam 18:30, ya. Bagaimana kalau kita segera makan?”
“Y-Ya…”
“Baiklah, hari ini kamu ingin makan apa, Yuna? Apa ada yang ingin kamu makan?”
“Eh…? A-Aku, um… tidak apa hanya dengan mie cup seperti biasa…?”
“…Eh?”
(…S-Seperti biasa…?)
Aku tidak mengerti maksud kata-kata Yuna, dan aku refleks mengeluarkan suara terkejut. Meski begitu, aku segera menenangkan diri dan mulai berbicara dengan Yuna.
“U-Um… Yuna, kamu biasanya makan apa saat makan malam?”
“Eh? B-Biasanya aku makan mie cup atau bento dari minimarket…?”
“Hah…? HAH!? Apakah kamu selalu makan malam seperti itu setiap hari?”
“I-Iya… Karena Ibu selalu bekerja… dan saat Onii-chan pulang sekolah, Onii-chan selalu pergi ke suatu tempat, jadi aku selalu sendirian… Selain itu, Ibu menyuruhku untuk tidak menggunakan kompor saat aku sendirian…”
“Eh!? S-Seriusan…?”
Aku tercengang ketika mendengar kata-kata itu. Tapi, itu memang benar…
Ibu bekerja dari pagi dan pulang larut malam, sedangkan aku mengabaikan Yuna dan keluar malam sendirian sampai sekarang…
Jadi, satu-satunya makan malam yang bisa dibuat oleh Yuna, yang sendirian, adalah mie cup yang dapat dibuat dengan air panas dari ketel listrik, atau bento yang dibeli dari minimarket…
“…? A-Ada apa, Onii-chan…?”
Melihatku dalam kondisi begitu terkejut, adikku, Yuna, menatapku dengan ekspresi bingung.
Sepertinya bagi Yuna, makan mie cup atau bento dari minimarket untuk makan malam setiap hari sudah menjadi hal yang biasa, jadi dia sepertinya tidak mengerti kenapa aku begitu terkejut. Jadi, aku…
“…Maafkan aku, Yuna, atas semuanya selama ini.”
“…Eh? A-Apa maksud Onii-chan?”
“Maksudku, aku minta maaf karena meninggalkanmu sendirian selama ini… Aku benar-benar minta maaf karena menjadi kakak yang tidak berguna.”
“EH!? O-Onii-chan…?”
Aku mengatakan itu dan menundukkan kepalaku pada Yuna.
Yuna sepertinya cukup terkejut melihatku meminta maaf seperti itu. Yah, itu mungkin karena Kuzuma belum pernah menundukkan kepalanya pada adiknya sebelumnya.
“…U-Uum… K-Kenapa… Onii-chan minta maaf…?”
“…Itu karena aku sadar bahwa aku telah melakukan hal buruk selama ini. Dan meski kita bersaudara, mungkin aku juga sudah sangat membuatmu takut dengan kelakuanku…”
“U-Uum… Itu…”
Saat aku mengatakan itu, Yuna mengalihkan pandangannya dan tampak gemetar. Yah, Yuna memang tidak mengatakannya dengan lantang, tapi terlihat jelas dari sikapnya bahwa dia takut padaku.
“Itulah sebabnya… aku tahu kalau aku adalah kakak yang paling buruk, tapi… maukah kamu memberikanku kesempatan, sekali ini saja? Aku berjanji tidak akan mengabaikanmu lagi, dan tidak akan meninggalkanmu sendirian sepanjang waktu mulai sekarang. Jadi… kumohon…”
“O-Onii-chan…”
Aku mengatakan itu dan menundukkan kepalaku dalam-dalam lagi, memohon dengan sepenuh hati.
Yuna, yang tampak terkejut melihat sikapku, terdiam sejenak. Dan setelah hening beberapa saat, Yuna perlahan membuka mulutnya.
“…Y-Yah… Uum, k-kalau begitu… ayo kita makan, bersama…?”
“…Ya, terima kasih, Yuna. Baiklah, karena ini acara spesial, aku akan membuatkanmu makan malam favoritmu hari ini.”
“Eh… EEH!? O-Onii-chan… bisa masak?”
“Haha, tentu saja, kan? Kakak bisa melakukan apa saja, lho!”
“B-Benarkah…!? Sungguh luar biasa Onii-chan bisa melakukan apa saja…!”
Saat aku mengatakan itu sambil tertawa, Yuna menjawab dengan mata berbinar. Yah, bohong kalau aku bilang bisa melakukan apa saja, tapi sepertinya Yuna mempercayai kata-kataku.
(Haha, tapi kalau soal memasak, aku juga cukup mahir, sih!)
Di kehidupanku sebelumnya, aku hidup sendiri untuk waktu yang lama, jadi aku cukup sering mamasak. Aku juga suka memasak untuk keluarga dan teman-temanku, jadi aku punya banyak variasi masakan. Oleh karena itu, aku cukup mahir dalam memasak.
“Baiklah Yuna, kamu mau makan apa hari ini? Yah, itu tergantung bahan apa yang ada di lemari es, sih… tapi kalau aku bisa membuatnya, aku akan membuatkannya untukmu.”
“B-Benarkah!? K-Kalau begitu… karena aku selalu makan mie cup… kurasa aku jadi ingin makan hidangan nasi…”
“Begitu. Hidangan nasi ya? Baiklah. Biar aku lihat dulu apa yang ada di dalam kulkas…”
Setelah menerima permintaan dari Yuna, aku segera membuka kulkas. Di dalamnya aku menemukan telur, ham, dan daun bawang.
“Hmm, begitu. Ada nasi beku di dalam freezer juga… Baiklah, karena ini sudah malam, bagaimana kalau aku membuat nasi goreng? Bagaimana menurutmu, Yuna? Apa kamu tak apa dengan nasi goreng?”
“Huh!? Y-Ya! Aku… Aku sangat suka nasi goreng!”
“Haha, iya. Baguslah. Kalau begitu aku akan membuatkanmu nasi goreng spesialku segera, jadi tolong tunggu sebentar lagi, oke?”
“Y-Ya, aku mengerti!”
Saat aku mengatakan itu, Yuna menjawabku dengan suara paling enerjik di hari ini. Dan demi Yuna yang seperti itu, aku pun buru-buru membuat nasi goreng.