[WN] Aku Bereinkarnasi Sebagai Berandalan dari Game NTR, Tapi Aku Tidak Ingin Membuat Heroine Utama Tidak Bahagia, Jadi Aku Akan Menjalani Hidupku dengan Sungguh-Sungguh Chapter 17

Meminta Tolong Hiro dengan Sekuat Tenaga (Sudut Pandang Sae)

Chapter 17: Meminta Tolong Hiro dengan Sekuat Tenaga (Sudut Pandang Sae)


Sehari setelah aku bertemu dengan anak yang membawa tas punggung.

Saat ini adalah istirahat makan siang setelah kelas pagi. Jadi hari ini, aku sedang makan siang di kantin bersama teman masa kecilku, Hiro.

“Oh, iya. Hiro, apakah kamu ada waktu luang Sabtu besok?”

Hm? Ah, entahlah. Ya, mungkin ada, tapi apakah kamu memerlukan sesuatu dariku?”

Sambil makan kitsune udon, aku bertanya pada Hiro tentang rencananya untuk besok. Sepertinya Hiro tidak punya rencana apa pun besok.

“Ah, iya. Um, ada tempat yang ingin aku kunjungi Sabtu besok… Maukah kamu menemani—?”

Hmm, sekarang lagi dingin, jadi gak dulu!”

“Hei, tunggu! Dengarkan aku sampai selesai!”

Aku langsung marah pada Hiro, yang tidak mau mendengarkan perkataanku sampai selesai, dan Hiro tertawa terbahak-bahak saat melihat wajahku yang marah.

“Hahaha, hanya bercanda, kok. Haha, tidak peduli berapa lama waktu berlalu sejak kita masih kecil, menjahilimu itu selalu menyenangkan, Sae.”

Ugh, astaga… Laki-laki yang tidak lembut sepertimu tidak akan pernah populer di kalangan perempuan, tahu? Tidakkah menurutmu kamu harus berusaha menjadi pria yang lebih lembut dan sopan? Hehehe.”

“Hah? Apa yang kamu bicarakan itu? Sae, kamulah yang tidak akan pernah mendapat pacar jika kamu terus mengerutkan kening dan terlihat marah! Kamu belum pernah punya pacar sebelumnya, kan? Hahaha, mungkin kamu harus berusaha menjadi gadis yang lebih anggun? Hahaha~”

Grr… Kamu menyebalkan sekali Hiro, padahal kamu juga belum pernah punya pacar!”

Ugh… Y-Yah, memang benar sih, tapi…”

Tanpa kami sadari, kami akhirnya makan siang dengan saling mengolok seperti biasa. Hmm, tapi meski begitu…

(Meskipun Hiro selalu menertawakanku karena tidak pernah punya pacar… tapi sebenarnya aku cukup populer, lho?)

Kenyataannya, walaupun aku seperti ini, aku sudah pernah ditembak oleh banyak murid laki-laki. Tapi aku selalu menolak mereka, sehingga aku belum pernah punya pacar sampai sekarang.

Dan alasan kenapa aku selalu menolak tentu saja karena…

Hm? Ada apa?”

“…Tidak, bukan apa-apa.”

Saat aku menatap wajah Hiro, dia menyadari tatapanku dan balik menatapku dengan ekspresi bingung. Jadi aku bilang itu bukan apa-apa dan memalingkan muka.

(…Tapi aku belum pernah memberitahu siapa pun bahwa aku telah ditembak beberapa kali, jadi tidak heran kalau dia mengolokku seperti itu.)

Aku tidak pernah memberi tahu siapa pun bahwa aku telah ditembak oleh beberapa pria. Itu karena siswa laki-laki yang menembakku juga memiliki privasi mereka sendiri. Jadi wajar saja kalau aku tidak memberitahu siapa pun bahwa aku pernah ditembak.

Oleh karena itu, Hiro mungkin tidak tahu kalau aku pernah ditembak oleh beberapa pria. Jadi aku tidak bisa membantahnya walaupun dia meledekku dengan ucapan seperti “belum pernah punya pacar”. Tapi memang benar kalau aku belum pernah punya pacar sebelumnya, jadi aku tidak keberatan diolok soal itu.

“…Jadi? Apakah kamu punya rencana untuk besok, Hiro?”

Hm? Oh, tidak ada, sejauh ini aku belum punya rencana apa pun. Aku bisa saja menemanimu ke mana pun kamu mau… Tapi memangnya kamu mau ke mana? Kalau kelihatannya tempat itu menarik, aku mau menemanimu.”

Jadi ketika aku bertanya lagi pada Hiro tentang rencananya untuk besok, dia bilang dia ada waktu luang. Jadi aku lanjut berbicara tentang tujuanku besok.

“Yah, baguslah. Sebenarnya aku ingin pergi ke toko buku di kota sebelah besok.”

“Eh, toko buku? Tapi, di dekat stasiun kita ada toko buku, kan? Kenapa kamu mau ke toko buku di kota sebelah?”

“Oh, sebenarnya, di toko buku kota sebelah itu… akan ada sesi tanda tangan yang diadakan oleh salah satu penulis favoritku. Jadi aku sangat ingin pergi ke sesi tanda tangan itu.”

“Oh, begitu, ya. Ah, kalau dipikir-pikir, kamu memang selalu menyukai novel, ya. Haha, yah, memang selalu menyenangkan rasanya bertemu dengan penulis favorit, apa pun genrenya.”

Jadi aku memberi tahu Hiro alasan aku ingin pergi ke toko buku di kota sebelah. Dan Hiro masih ingat kalau aku selalu suka membaca novel sejak aku masih kecil, jadi aku merasa sedikit senang karena itu.

“Ya, kamu benar. H-Hiro, jika kamu tidak keberatan… maukah kamu pergi ke sesi tanda tangan itu bersamaku? Dia seorang penulis yang menulis novel yang sangat menarik, jadi mungkin saja Hiro akan ketagihan jika kamu mencoba membaca novelnya juga. S-Selain itu, tidak sering kita bisa mendapatkan buku yang ditandatangani oleh penulisnya, kan?”

“Eh, eeeh…?”

Jadi aku memberanikan diri untuk mengajak Hiro ke sesi tanda tangan itu, tapi ekspresinya tidak terlihat bagus.

U-Uum… kamu tahu kalau aku sama sekali tidak tertarik dengan novel atau buku, kan? Dan jika kamu sangat menyukai penulis itu, kenapa kamu tidak pergi sendiri saja ke sesi tanda tangan itu? Kenapa kamu malah mengajakku padahal aku tidak tertarik sama sekali?”

Ugh… Y-Ya, itu memang benar, tapi…”

“…Hm? Apakah ada masalah?”

Hiro benar-benar membuatku kesulitan. Tapi ada alasan mendalam kenapa aku sangat ingin Hiro ikut denganku. Dan itu tentu saja karena…

“Eh, um… y-yah, sebenarnya, penulis itu adalah penulis yang sangat veteran dan sudah tua, sehingga basis penggemar penulis itu juga sebagian besar terdiri dari orang dewasa. Karena itulah menurutku orang-orang yang akan mengantri di sesi tanda tangan besok semuanya adalah orang dewasa. J-Jadi, um… sebagai anak SMA, aku agak malu mengantri sendirian dengan dikelilingi oleh orang dewasa seperti itu…”

Jadi, meski merasa malu, aku menjelaskan alasan kenapa aku ingin dia menemaniku ke sesi tanda tangan penulis tersebut. Lalu Hiro…

“…Pfft… Hahaha! Apa-apaan itu!? Bahkan Sae yang super kasar dan sumbu pendek pun merasa malu!”

“Hah!? I-Itu wajar saja, kan! Aku gadis biasa, tau! Dan aku bukan sumbu pendek. Hanya saja kamu selalu semborono, jadi aku tidak punya pilihan selain memarahimu, Hiro!”

“Ahahaha, oke, oke. Ya ampun, apa boleh buat. Sejujurnya, aku hanya ingin bermalas-malasan di rumah karena cuaca semakin dingin akhir-akhir ini… Tapi baiklah, jika teman masa kecilku Sae memohon padaku seperti itu, kurasa mau tak mau aku harus menemanimu ke sesi tanda tangan itu. Ah, tapi Sae, ini jadi hutang budimu padaku, oke?”

“Kamu tidak perlu selalu menambahkan komentar seperti itu, tahu. Fufu, tapi terima kasih. Ya, tentu saja hutang budiku padamu hanya satu. Kalau begitu, mari kita bicarakan rencana besok…”

Jadi, entah bagaimana aku berhasil mendapatkan bantuan dari Hiro, dan besok, aku akan pergi ke toko buku di kota sebelah bersama Hiro.

(…Ah, iya! Karena sekalian jalan, mungkin setelah sesi tanda tangan kami bisa pergi makan malam bersama?)

Sesi tanda tangan besok akan berakhir petang, jadi mungkin akan menyenangkan untuk makan malam bersama Hiro sebelum pulang. Hehe, kalau dipikir-pikir, mungkin sudah lama sekali aku tidak makan malam bersama Hiro.



Aku Bereinkarnasi Sebagai Berandalan dari Game NTR, Tapi Aku Tidak Ingin Membuat Heroine Utama Tidak Bahagia, Jadi Aku Akan Menjalani Hidupku dengan Sungguh-Sungguh [WN]

Aku Bereinkarnasi Sebagai Berandalan dari Game NTR, Tapi Aku Tidak Ingin Membuat Heroine Utama Tidak Bahagia, Jadi Aku Akan Menjalani Hidupku dengan Sungguh-Sungguh [WN]

NTRゲームの不良男に転生しちゃったけどメインヒロインを不幸せにしたくないから真面目に生きるわ。
Score 9.2
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2024 Native Language: Jepang
Ini adalah cerita tentang pria yang bereinkarnasi sebagai berandalan dari game NTR, tapi ia ingin menjalani kehidupannya dengan sungguh-sungguh ​​karena dia tidak ingin membuat heroine utama tidak bahagia.

Comment

Options

not work with dark mode
Reset