Chapter 14: Bertemu Anak SD (Sudut Pandang Sae)
Setelah membeli buku tanpa masalah, aku melihat jam tanganku untuk memeriksa waktu saat ini.
“Hmm, ini masih jam 4 lewat sedikit…”
Meski aku pulang sekarang pun, aku masih punya waktu sebelum makan malam. Jadi, aku merasa akan sayang sekali kalau aku langsung pulang begitu saja.
“Hmm, apa yang harus aku lakukan… Oh iya”
Namun kemudian, mataku tertuju pada kantong plastik di tanganku. Tentu saja buku yang baru aku beli ada di dalamnya. Oh iya, kalau begitu, mungkin ide yang bagus untuk membaca buku sebentar sebelum pulang.
“Yah, tapi… Aku baru saja menghabiskan 1.400 yen untuk membeli buku, jadi agak sulit untuk pergi ke kafe atau semacamnya…”
Sekolahku mempunyai peraturan yang melarang murid bekerja paruh waktu, jadi tentu saja aku tidak bekerja.
Pada dasarnya, aku mengandalkan uang saku yang kuterima dari orang tuaku setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan, jadi aku tidak punya cukup uang untuk mampir ke kafe sendirian dan minum teh.
“Hmm, kalau begitu, apa yang harus aku lakukan… oh, benar. Kalau dipikir-pikir…”
Pada saat itu, aku tiba-tiba teringat sesuatu. Kalau dipikir-pikir, ada taman besar yang berjarak jalan kaki singkat dari stasiun ini. Itu adalah taman yang cukup luas di mana keluarga dan teman akan berkumpul untuk melihat bunga sakura di musim semi.
Aku juga pernah pergi ke sana melihat bunga sakura bersama keluarga Hiro ketika aku masih kecil, jadi taman itu menyimpan sedikit nostalgia untukku.
Namun, begitu aku memasuki masa puber dan menginjak SMP, Hiro berhenti mengajakku melihat bunga sakura, sehingga aku sudah bertahun-tahun tidak mengunjungi taman itu.
“Cuacanya bagus, dan udaranya sejuk hari ini, jadi membaca buku di taman mungkin merupakan ide yang bagus.”
Ini adalah hari yang cerah tanpa awan di langit, dan suhu mulai menjadi cukup sejuk saat mendekati bulan Oktober. Jadi hari ini tampak seperti hari yang sempurna untuk menghabiskan waktu bersantai di luar.
“Selain itu, aku juga sudah menyampul bukunya sehingga aku bisa membacanya di luar… Baiklah, kurasa aku akan mampir ke taman dulu sebelum pulang.”
Jadi, aku pun memutuskan untuk berjalan ke taman besar itu untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun.
◇◇◇◇
Beberapa menit kemudian.
Saat aku berjalan menuju taman, aku melihat banyak anak-anak yang membawa ransel sekolah di sepanjang jalan. Semua anak-anak itu tampak enerjik dan berlari melewatiku
(Oh, kalau dipikir-pikir lagi, ada SD di dekat taman itu.)
Aku teringat akan hal itu saat aku melihat anak-anak berlalu-lalang. Apakah itu berarti anak-anak tersebut baru pulang sekolah atau mau pulang ke rumah setelah bermain di taman? Yang manapun itu, senang rasanya melihat mereka penuh energi. Lagipula, anak-anak dikenal sebagai makhluk luar ruangan.
――drap, drap, drap…
“…Hm?”
Saat aku berjalan menuju taman sambil memikirkan hal-hal seperti itu, aku melihat seorang gadis kecil berlari ke arahku dengan cepat. Dia tampak seperti anak kelas 1 atau 2 SD.
“…Huh?”
Tas sekolah anak itu memiliki gantungan kunci boneka kecil yang melekat di sana. Gantungan kunci itu berupa karakter protagonis laki-laki dari anime “Ksatria Ilahi” yang sedang populer belakangan ini.
“Ksatria Ilahi” adalah anime yang populer di kalangan laki-laki dan perempuan dari segala usia. Serial tersebut bahkan dibuat ke layar lebar tahun lalu, yang mencapai kesuksesan luar biasa, dan mendapatkan posisi teratas dalam peringkat box office di Jepang, sebuah prestasi luar biasa yang masih segar dalam ingatan.
Jadi, tidak hanya teman-teman di sekitarku, tapi juga diriku sendiri, tentu saja, semuanya sudah menonton “Ksatria Ilahi”, dan aku bahkan sudah menonton film layar lebarnya bersama Hiro ketika film itu dirilis tahun lalu. Itu benar-benar film luar biasa yang sangat menyentuh hatiku, sehingga aku akhirnya menontonnya dua kali.
Oleh karena itu, “Ksatria Ilahi” adalah salah satu seri favoritku, dan di antara para karakternya, gantungan kunci karakter protagonis yang menempel di tas gadis itu adalah karakter favoritku.
(Mungkinkah gadis itu juga paling menyukai protagonis?)
Saat aku memikirkan hal itu, aku melihat gadis itu berlari dengan tergesa-gesa.
“Fufu, dia anak yang sangat energik… eh, ah!”
“AH…”
――gedebuk…
Saat aku memperhatikan gadis yang energik itu, sepertinya ada lubang kecil di aspal tepat di depannya. Kaki gadis itu tanpa sengaja terjepit di dalamnya, tersandung, dan kemudian terjatuh.
“…U-Ukh…”
Gadis itu mulai merintih saat dia tersungkur di tanah. Aku pun berlari panik menghampirinya.
“Apakah kamu baik-baik saja? Bisakah kamu berdiri?”
“Ukh… hiks…. ya…”
Saat aku menanyakan pertanyaan itu padanya, gadis itu mengangguk, dengan air mata mengalir di wajahnya.
“Oh, kalau begitu baguslah. Nah, kamu bisa memegang tanganku.”
“Hiks… Iya…”
Aku mengatakan itu dan mengulurkan tanganku pada anak itu. Kemudian anak itu meraih tanganku dan perlahan berdiri.
“Hiks…”
“Hmm, sepertinya tidak ada luka yang parah untuk saat ini. Tapi apakah ada bagian yang sakit?”
Aku mengamati sekujur tubuhnya saat dia berdiri, tapi sepertinya tidak ada luka serius.
Sepertinya berkat pakaian lengan panjang dan celana panjang anak itu, dia bisa terhindar dari luka atau goresan besar saat dia terjatuh. Untunglah musim baru saja memasuki musim gugur. Jika saat ini masih musim panas, dia mungkin akan mengenakan baju lengan pendek dan celana pendek.
“Hiks… Tanganku sedikit sakit… hiks…”
“Hm? Benarkah? Coba kulihat… oh. Sepertinya kamu sedikit tergores.”
Ketika aku melihat telapak tangan anak itu setelah dia bilang tangannya sakit, aku melihat memang ada goresan kecil dan sedikit darah keluar dari sana.
“Hmm, ini pasti agak perih. Baiklah, biar onee-chan ini yang mengobatimu. Ada taman di dekat sini, jadi maukah kamu pergi ke sana bersamaku?”
“Hiks… Iya…”
Saat aku mengatakan itu, gadis itu mengangguk, masih menitikkan air mata. Jadi, sambil bergandengan tangan, kami pun berjalan bersama menuju taman.