Chapter 13: Mampir ke Toko Buku dalam Perjalanan Pulang (Sudut Pandang Sae)
Sepulang sekolah.
Tadinya aku berencana pulang bersama Hiro hari ini, tapi ternyata dia sudah diajak bermain bersama teman-temannya sebelumnya, dan dia bilang akan pergi bersama mereka sepulang sekolah. Itulah sebabnya aku memutuskan untuk pulang sendirian hari ini.
“Hmm, baiklah, karena aku sendirian, kurasa aku akan mampir ke suatu tempat sebelum pulang sesekali.”
Aku biasanya pulang bersama Hiro atau teman-temanku, jadi jarang sekali aku pulang sendirian seperti hari ini. Oleh karena itu, aku mulai berpikir untuk mampir ke suatu tempat sebelum pulang sesekali.
“Tapi, aku sebaiknya mampir ke mana, ya… Oh iya, kurasa ada buku baru yang terbit.”
Pada saat itu, aku tiba-tiba teringat sesuatu. Kalau dipikir-pikir, aku rasa jilid baru novel misteri favoritku baru saja dirilis beberapa hari yang lalu.
Sebenarnya, aku suka membaca buku sejak aku masih kecil. Pada dasarnya aku membaca semua jenis buku, baik itu manga atau novel, tapi aku paling menyukai novel misteri. Itulah sebabnya sampai sekarang pun aku masih sering mengunjungi toko buku atau perpustakaan di waktu senggang.
“Baiklah, ayo mampir ke toko buku sebelum pulang hari ini.”
Jadi, memanfaatkan kesempatan langka sendirian hari ini, aku memutuskan untuk mampir ke toko buku sebelum pulang.
Ada toko buku besar di depan stasiun yang berjarak dua stasiun dari stasiun tempatku tinggal, jadi aku berencana untuk pergi ke toko buku besar itu hari ini.
Ngomong-ngomong, stasiun itu adalah stasiun tempat bimbelku berada, jadi aku cukup sering menggunakan stasiun itu.
“Hehe, aku harap rilisan baru-nya ada di sana.”
Dengan pemikiran tersebut, aku memutuskan berjalan kaki ke stasiun terlebih dahulu untuk sampai ke toko buku tersebut.
◇◇◇◇
Beberapa puluh menit kemudian.
Aku berpindah kereta dan turun di stasiun yang kutuju, lalu berjalan ke toko buku besar yang terletak di dekat stasiun.
“Hmmm… Ah, itu dia.”
Aku segera menemukan buku yang aku cari, jadi aku pun mengambilnya dan pergi ke meja kasir.
“Pelanggan berikutnya, silakan di sini.”
“Ah, iya.”
Ketika pegawai toko itu memanggilku, aku bergerak ke depan meja kasir dan membayar buku-buku itu.
“Baiklah, totalnya 1.400 yen untuk dua item. Apakah bukunya mau disampul?”
“Ah, iya, tolong. Ini 2.000 yen.”
“Baik. Ini uang kembaliannya sebesar 600 yen. Saya akan memasangkan sampulnya sekarang, jadi harap tunggu sebentar.”
“Tentu, terima kasih.”
Setelah mengatakan itu, kasir dengan cekatan memasang sampul buku tersebut. Selagi aku sedang menunggu sampulnya dipasang, tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah poster di samping mesin kasir. Poster itu adalah…
“…Sesi tanda tangan?”
Poster yang dipajang di sebelah mesin kasir tampaknya adalah poster pengumuman sesi tanda tangan. Rupanya akan ada sesi tanda tangan yang diadakan di toko buku ini pada hari Sabtu ini.
“Hmm, ada acara seperti itu besok lusa, ya… tunggu, apa?”
Aku awalnya menatap kosong ke poster tersebut, tapi kemudian mataku tiba-tiba membelalak. Itu karena penulis yang mengadakan sesi tanda tangan itu tak lain dan tak bukan adalah penulis novel misteri favoritku saat ini.
(T-Tidak mungkin… Sesi tanda tangan penulis novel favoritku diadakan di toko buku sedekat ini!? Dan itu akan diadakan besok lusa… Itu sebentar lagi, lho!!)
Aku memikirkan hal itu di dalam hati, tapi aku sangat terkejut. Aku ingin sekali pergi ke sesi tanda tangan itu… T-Tapi…
(Tapi, para pembaca karya penulis ini… kebanyakan orang dewasa…)
Penulis favoritku saat ini adalah seorang kakek-kakek yang berusia hampir tujuh puluh tahun, jadi wajar saja jika sebagian besar pembacanya orang dewasa. Oleh karena itu, aku berasumsi bahwa target audiens untuk sesi tanda tangan itu adalah orang dewasa juga…
(Kalau begitu… Akan agak mencolok jika anak kecil sepertiku pergi sendirian… dan itu akan sedikit memalukan…)
Rasanya agak sulit bagi gadis muda sepertiku untuk berani pergi sendirian ke sesi tanda tangan yang mungkin akan dihadiri oleh banyak orang dewasa. Kalau saja ada orang lain yang bisa menemaniku… Oh, iya!
(Oh, iya, aku bisa meminta Hiro untuk menemaniku!)
Itulah yang terlintas dalam pikiranku. Hiro harusnya tahu kalau aku suka membaca buku, dan aku rasa dia akan bersedia membantuku jika aku memintanya untuk menemaniku ke sesi tanda tangan.
Nah, masalahnya adalah sesi tanda tangan tersebut diadakan besok lusa di hari Sabtu, jadi mungkin saja Hiro sudah punya rencana sebelumnya…
(Ya, benar. Kalau begitu, aku akan bertanya dulu pada Hiro di sekolah besok.)
Kalau tidak salah, Hiro bilang besok dia akan pergi ke sekolah lebih awal karena dia ada rapat ekskul di pagi harinya. Jadi aku akan mencoba memberitahunya permintaanku saat kami makan siang bersama.
Lalu, sambil menunggu petugas selesai memasangkan sampul buku, aku pun memutuskan rencanaku untuk istirahat makan siang besok.