Prolog
Pacarku adalah kembar.
Jika dikatakan begitu, bagaimana orang akan menafsirkannya?
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan orang lain, tapi izinkan aku menyampaikan pemikiranku sebagai seseorang yang berakal sehat.
Maksudnya, bukankah orang akan berpikir bahwa orang yang sedang aku kencani memiliki saudara kembar, entah kakak atau adik perempuan atau laki-laki?
Kembar memang jarang, tapi itu bukanlah hal yang mengejutkan.
Namun, dalam kasusku, ini adalah cerita yang mengejutkan.
“Masaki, sepertinya kamu sedikit condong ke Fuuka.”
“Eh, tidak apa-apa, kan? Nanti aku akan menyerahkannya padamu, Yuzu-nee.”
“……”
Langit-langit yang tinggi, ruang tamu yang luas dengan sofa, meja, dan TV yang ditata dengan sempurna, yang jelas ditata oleh seorang profesional.
Cahaya musim panas menembus jendela besar, dan pemandangan kota terlihat sejauh mata memandang.
Di sinilah, lantai teratas sebuah apartemen mewah.
Ini adalah simbol kekayaan yang jelas, tempat yang hanya bisa dihuni oleh orang-orang terpilih.
Biasanya, rakyat jelata sepertiku akan ditolak di pintu masuk.
Meskipun begitu, aku berada di ruang tamu ini, membenamkan tubuhku di sofa mewah seharga 400.000 yen, dan pada akhirnya—
“Yah, sudahlah. Aku hanya perlu menempel di sini.”
“Haah, memang benar-benar nyaman seperti ini ya.”
Aku duduk tepat di tengah sofa, dan di kiri kananku ada dua gadis.
Mereka memiliki wajah yang persis sama——dengan kata lain, mereka adalah kembar.
Sang kakak, Yuzuki Tsubasa, dan.
Sang adik, Fuuka Tsubasa.
Keduanya memiliki wajah yang persis sama——wajah dengan mata besar yang mengesankan dan begitu sempurna.
Tsubasa bersaudari adalah kembar, dan mereka adalah gadis-gadis yang luar biasa cantik.
Yuzuki memiliki rambut coklat muda panjang, mengenakan blus lengan pendek dan rok mini.
Fuuka memiliki rambut hitam panjang, mengenakan baju rajutan tanpa lengan dan rok selutut.
Mereka bisa dibedakan dengan gaya rambut dan pakaian, tapi jika kalian hanya melihat wajah mereka saja, kalian tidak akan bisa membedakan mana yang mana sama sekali.
“Masaki-san, tanganmu menjauh, lho.”
“Iya iya, jadilah lebih agresif. Kalau begini saja tidak seru.”
“Agresif katamu…”
Di sofa mewah dalam ruangan yang megah, diapit oleh gadis kembar yang cantik—
Meskipun aku sudah sangat beruntung mendapatkan kebahagiaan yang tidak pantas untukku ini, mereka masih memintaku untuk mencari kebahagiaan yang lebih?
“Ah, begini saja cukup, kan!”
“ “Kyaa ♡” ”
Si kembar berteriak bersamaan.
Biasanya cara bicara mereka berbeda, tapi terkadang mereka bisa sinkron seperti ini dan mengeluarkan suara yang imut, ini benar-benar gawat.
Aku mengangkat rok pendek Yuzuki dan mencengkeram pantatnya dengan kuat.
Sensasi lembut yang tak bisa dijelaskan namun kenyal terasa di tanganku.
Karena terlalu bersemangat mencengkeram pantatnya, jariku bahkan sedikit masuk ke dalam celana dalamnya, tapi sekarang sudah terlambat untuk menariknya kembali.
Selain itu, lenganku yang lain kumasukkan dari balik baju rajutan putih Fuuka, dan mencengkeram dadanya, yang berukuran luar biasa 90 sentimeter, dari atas bra-nya.
Sensasinya berbeda dari pantat, tapi bahkan melalui bra-nya pun aku bisa merasakan kelembutan dan kekenyalan yang memabukkan, dan volumenya begitu luar biasa hingga tidak bisa sepenuhnya tertampung dalam tanganku yang cukup besar.
“Ahn… Masaki-san, tanganmu nakal…”
“Meraih dua bunga sekaligus dengan kedua tangan, kamu benar-benar serakah ya…”
“Kalian yang menyuruhku melakukannya, kan!”
“Iya iya, maaf. Sebagai permintaan maaf, muach. ♡”
“Iya, maafkan aku. Ini permintaan maafku, muach. ♡”
Menanggapi teriakanku, si kembar mendekatkan wajah mereka pada waktu yang bersamaan dan mencium pipiku.
Sambil meraba-raba tubuh gadis kembar yang cantik secara bersamaan, aku juga dicium oleh keduanya pada saat yang sama.
Sampai sekarang, aku masih ragu apakah ini adalah mimpi——atau mungkin hanya khayalan.
Aroma manis tercium dari mereka berdua, sensasi tubuh mereka yang mungil namun lembut di mana-mana terasa di tanganku, dan suara tawa kecil mereka yang manis terdengar enak di telinga.
“Hmm, sepertinya kamu masih belum percaya, ya, Masaki.”
Yuzuki, sang kakak, mencolek-colek pipiku.
“Yah, aku mengerti perasaanmu sih. Kami juga, sebagai anak kembar, tidak pernah mengira akan berpacaran dengan laki-laki yang sama.”
“Berpacaran dengan gadis kembar secara bersamaan, itu hanya ada di dunia khayalan, ya.”
“Apa pantas kalian yang mewujudkan khayalan itu mengatakan hal seperti itu?”
“Benar, benar, kamu boleh menganggap ini mimpi. Sepertinya Masaki akan lebih agresif kalau begitu.”
“Benar sekali, ini adalah mimpi. Karena itu, silakan nikmati kami sepuasnya, ya.”
Yuzuki dan Fuuka memelukku erat, dan berulang kali mengecup pipi dan dahiku.
Aku mengelus-elus pantat Yuzuki di atas celana dalamnya, dan meremas-remas dada Fuuka––
“Yah, kalau ini hanya mimpi…”
Aku semakin memperkuat genggamanku yang melahap tubuh mereka berdua.
Tubuh si kembar luar biasa lembut, dan bibir mereka yang menempel terasa begitu nikmat.
“Iya, benar begitu. Kami berdua—adalah satu orang.”
“Tapi—juga satu orang yang menjadi dua.”
Si kembar yang mirip adalah dua orang yang menjadi satu.
Itu, entah bagaimana, aku bisa mengerti maksudnya, tapi—
Satu orang yang menjadi dua—pada awalnya aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya.
Namun, si kembar ini memiliki karakteristik aneh seperti itu.
Yuzuki adalah Yuzuki, tapi juga Fuuka.
Fuuka adalah Fuuka, tapi juga Yuzuki.
Yah, penjelasan seperti ini pasti tidak akan dimengerti oleh orang lain.
Namun, alasan kenapa aku bisa didekati oleh si kembar dan juga mendekati mereka seperti ini adalah—
Itu karena mereka adalah kembar yang spesial—“Dual Twin.”
“Apa yang kamu pikirkan? Ayo, ayo, kalau kamu tidak bergerak, kami yang akan menyerangmu, lho?”
“Kami akan menyerang, lho?”
“Aku tidak bisa terus-terusan diserang seperti ini… Ah, aku akan menyerang!”
“ “Kyaa!” ”
Aku memeluk si kembar yang berteriak gembira, kali ini mengangkat rok selutut Fuuka dan memasukkan tanganku untuk mengelus pahanya—
Dan memasukkan tanganku ke dalam blus Yuzuki, meremas-remas dadanya.
Bukan hanya penampilan mereka, bahkan kekenyalan tubuh mereka pun sama persis.
Bahkan mereka sendiri pun mungkin tidak menyadari hal ini.
Sambil meremas dada Yuzuki, aku semakin memasukkan tanganku, mengelus perutnya yang halus.
Tanganku perlahan-lahan bergerak ke atas dari paha Fuuka, mencengkeram dan menikmati pantatnya.
Ini luar biasa—jika ini adalah mimpi, aku harap aku tidak akan pernah terbangun.
Sambil berharap seperti itu, aku mulai mengingat kenapa aku bisa tenggelam dalam situasi yang seperti mimpi ini––
Aku akan kembali ke ingatan beberapa hari yang lalu.