[LN] Rabukome no Akuyaku ni Tenseishita Ore wa, Oshi no Hiroin to Seishun wo Tanoshimu Volume 1 Chapter 2 (2/5) Bahasa Indonesia

Gadis Tercantik (2/5)

Chapter 2: Gadis Tercantik

(2/5)


Kursi di dekat jendela paling belakang hari ini juga terasa sangat menyilaukan.

“Raito-san, maukah kamu pergi ke pantai bersamaku di hari libur minggu ini? Sebenarnya, kerabatku memiliki pantai pribadi, dan mereka mengajakku untuk pergi bersama akhir pekan ini.”

“Miyuki-senpai, itu ide bagus. Akhir-akhir ini cuaca semakin panas, mungkin berenang di laut akan menyenangkan.”

“Ah, curang! Aku juga ingin ikut, Raito!”

“Tentu saja. Mana mungkin aku meninggalkanmu, Karen.”

Yay! Aku tidak sabar berenang di laut bersama Raito!”

“Hei, Fusegawa-kun, kamu tidak melupakan aku juga, kan?”

“Mana mungkin aku lupa. Yuuna, ayo pergi ke pantai bersama kami juga.”

“Hehehe, Fusegawa-kun. Kamu baik sekali.”

“Kalau begitu, ayo kita bersenang-senang sepuasnya. Siang hari kita berenang di laut, malam harinya kita barbeque di pantai dan menyalakan kembang api. Bukankah itu terdengar menyenangkan?”

“Itu sangat bagus. Kalau begitu, mari kita semua mengunjungi pantai pribadi kerabatku minggu ini.”

Protagonis, Raito Fusegawa.

Gadis cantik klasik yang duduk di sebelahnya, Yuuna Hanasaki.

Teman masa kecil yang aktif dengan gaya rambut twintail yang cocok untuknya, Karen Himeno.

Ketua OSIS blasteran Inggris yang cantik, Miyuki Sakuramiya.

Hari ini pun, aku, si antagonis, mengawasi pemandangan komedi romantis harem yang terjadi di kelas dari kursi paling depan.

Dengan situasi seperti ini, pasti episode berikutnya adalah episode pakaian renang. Itu adalah episode fanservice yang sangat populer dalam karya aslinya, dan ketika musim pertama anime ditayangkan, gambar-gambar surgawinya memukau para pria di seluruh negeri.

Raito Fusegawa akan melihat pakaian renang para heroine yang belum pernah dia lihat sebelumnya dan wajahnya memerah, dan dia akan merasa berdebar-debar ketika diminta untuk mengoleskan tabir surya, dan berlarian di pantai berpasir dengan laut biru yang jernih terbentang luas.

Setelah selesai berenang di laut, mereka akan menikmati barbeque di pantai yang diwarnai cahaya matahari terbenam, dan terakhir mereka akan tertawa bersama sambil menyalakan kembang api di bawah langit berbintang.

Dan aku tidak akan pernah bisa bergabung dalam masa muda yang indah yang dijalani protagonis dan para heroine itu.

Bagaimanapun juga, aku hanya ada untuk mengganggu hubungan mereka sebagai antagonis, dan meskipun aku ingin bermesraan dengan para heroine seperti itu, aku hanya akan menimbulkan masalah untuk mereka.

Suasana manis itu hanya milik protagonis dan para heroine, dan aku sebagai penggemar karya asli dan pria terhormat merasa cukup bahagia hanya dengan mengawasi kisah cinta mereka dari jauh.

Jadi, hari ini pun, dengan menyadari bahwa aku, yang telah bereinkarnasi menjadi antagonis, bermaksud untuk menjalani kehidupan sekolah dengan tenang agar tidak mengganggu protagonis dan yang lainnya.

Pada saat yang sama, aku harus bertindak untuk keluar dari peran antagonis dan menghindari ending kehancuran.

Hari ini aku sudah menyusun berbagai rencana.

Kemarin, sambil berolahraga, aku terus memikirkan apa yang harus kulakukan.

Pertama, hari ini pun aku akan mengikuti pelajaran dengan baik dan pasti akan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan terus berperilaku tidak seperti berandalan yang antagonis banget, posisiku di “Fusekoi” seharusnya akan berubah secara bertahap.

Sebenarnya, siswa-siswa lain yang awalnya memandangku dengan aneh ketika aku datang ke sekolah, sepertinya mulai sedikit melunakkan sikap mereka setelah melihatku mengikuti pelajaran dengan serius.

Ketika aku dengan mudah memecahkan soal-soal sulit, semua orang terkejut dengan mata terbelalak, dan terkadang aku bisa mendengar suara-suara yang memuji, dan itu membuatku merasakan sedikit kemajuan.

Dan tujuan berikutnya yang telah kutetapkan adalah membangun hubungan pertemanan yang sehat.

Ryuusuke Shindou si antagonis terkucilkan di sekolah.

Siswa-siswa lain takut pada Ryuusuke Shindou dan menjaga jarak, tidak ada siswa di kelas yang mencoba berteman dengannya. Jika aku tidak bisa mengatasi jurang besar antara aku dan teman-teman sekelas, tidak ada yang akan memahamiku dan aku akan terus dipandang sebagai musuh.

Tidak peduli seberapa keras aku berusaha untuk menikmati kehidupan sekolah sendiri, posisiku sebagai antagonis tidak akan banyak berubah. Karena itulah aku merasa perlu untuk mencari teman dan menyesuaikan diri dengan kelas.

Sambil melakukan persiapan dan mengulas sebelum pelajaran dimulai, aku memandang sekeliling kelas dari kursiku di baris paling depan.

(Hmm… tidak ada yang mau bertatapan mata denganku.)

Meskipun aku ingin berteman, teman-teman sekelas dengan jelas menghindari tatapanku dan menjaga jarak.

Aku pikir kesan mereka terhadapku mungkin sudah sedikit berubah setelah melihat sikapku di kelas, tapi sepertinya mereka masih waspada karena kesalahan-kesalahanku di masa lalu.

Dengan situasi seperti ini, kemungkinan besar aku akan ditolak dengan dingin jika mencoba berbicara dengan ramah. Bahkan jika aku hanya berdiri dari kursiku dan menunjukkan tanda-tanda ingin mendekat, mereka akan mundur seperti hewan herbivora yang bertemu dengan predator.

Sambil tersenyum kecut melihat reaksi takut dari para siswa, aku merasakan betapa sulitnya bagi seorang antagonis untuk mendapatkan teman biasa.

Bisa dibilang itu wajar. Tapi, bahkan antagonis pun ingin punya teman biasa. Aku ingin menjalani kehidupan sekolah sambil tertawa bersama teman-teman.

Namun, saat aku sedang bingung karena tidak bisa menemukan kesempatan untuk mengajak bicara, saat itulah…

Pintu kelas terbuka dan seorang siswa laki-laki masuk.

“Selamat pagi, semuanya.”

Ketika dia tersenyum cerah dan menyapa, ekspresi teman-teman sekelas yang tadinya gemetar berubah total.

Suasana yang lega mengalir, dan kelas kembali ke keadaan normal seperti biasanya.

Itu karena dia adalah sosok ketua di kelas ini, orang populer yang diandalkan oleh semua orang.

Namanya adalah Leo Kizaki.

Dia adalah pria tampan yang atletis dan menyegarkan, dengan rambut perak yang berkilau dan senyum cerah yang mengesankan.

Dia memiliki badan yang tinggi, dengan tubuh ramping berotot nan proporsional, dan dia memiliki kemampuan atletik yang luar biasa hingga bisa menjadi pemain inti di ekskul basket sejak kelas satu.

Selain itu, dia juga berprestasi dalam akademik dan berkelakuan baik.

Dia sangat dipercaya oleh para guru, dan memiliki aura berkilauan yang tidak kalah dari protagonis.

Setelah meletakkan tasnya di kursi, dia berjalan menuju kursi paling belakang dekat jendela, tempat protagonis dan para heroine berkumpul.

“Hai Raito. Kamu terlihat bersemangat seperti biasa hari ini.”

“Leo, kau datang di saat yang tepat. Sebenarnya, kami sedang membicarakan soal pergi berenang di laut. Kalau kamu tidak keberatan, apa kamu mau ikut bersama kami?”

“Itu terdengar menyenangkan. Kapan rencananya?”

“Kami berencana pergi di akhir pekan minggu ini. Kami akan berangkat dengan mobil dari pagi, dan bermalam untuk bersenang-senang sepuasnya.”

“Begitu ya. Kalau begitu, mungkin itu agak sulit bagiku. Minggu ini aku sibuk dengan kegiatan ekskul.”

“Sayang sekali… Padahal aku pikir akan lebih seru kalau ada kamu, Leo…”

“Aku senang kamu mengajakku. Tapi maaf ya, aku akan meluangkan waktu lain kali. Ajak aku lagi kalau ada kesempatan.”

“Baiklah, yah, apa boleh buat… Kalau begitu aku akan mengajakmu lain kali.”

“Ya, aku menantikannya.”

Begitulah Leo Kizaki berbicara setara dengan Raito Fusegawa si protagonis.

Siapa sebenarnya dia, jawabannya bisa langsung ditemukan dengan menggunakan pengetahuan tentang karya aslinya.

Leo Kizaki adalah karakter sahabat protagonis.

Dia berada di posisi tertinggi di antara karakter pendukung, menerima perlakuan yang luar biasa.

Penampilan protagonis Raito Fusegawa biasa-biasa saja dan nilainya rata-rata.

Kemampuan atletiknya juga rata-rata dan dia tidak memiliki ciri khas yang menonjol. Itu karena dia mewujudkan sosok protagonis yang mudah di-self insert-kan oleh pembaca yang menikmati dunia ini sebagai sebuah cerita.

Di sisi lain, untuk karakter sahabatnya, sosok teman ideal yang diinginkan oleh pembaca yang self insert diterapkan.

Yang memiliki kepribadian yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja, menjadikannya populer di kelas.

Yang juga cerdas dan bisa membantu protagonis yang tidak pandai belajar, sekaligus memiliki sisi pemberani yang bisa menghadapi kesulitan bersama protagonis.

Terus juga memiliki kemampuan atletik yang luar biasa, serta bertubuh tinggi dan tampan yang kontras dengan protagonis.

Leo adalah karakter pria yang memenuhi semua unsur tersebut.

Dan dengan adanya sahabat yang berkemampuan tinggi seperti itu, protagonis yang biasa-biasa saja bisa membuat pembaca merasa superior karena dia lebih disukai oleh gadis-gadis cantik yang istimewa. Dengan kata lain, meskipun arahnya berbeda dari aku si antagonis, karakter sahabat, yang ada untuk menonjolkan protagonis, sebenarnya mirip denganku.

(Oh iya… Leo Kizaki. Jika aku bisa berteman dengannya, mungkin bahkan aku si antagonis pun bisa lebih menikmati kehidupan sekolah.)

Sebagai penggemar karya asli, Leo juga salah satu karakter favoritku. Dia yang aktif dalam cerita sangat menyegarkan, keren, dan baik hati, dan aku sering berharap memiliki teman seperti dia.

Jika aku bisa berteman dengan Leo, pasti kehidupan sekolah yang indah menantiku.

Sambil berteman dengannya dan berhati-hati dalam bertindak, aku bisa mengawasi kisah cinta protagonis dan para heroine dari jauh.

Sebagai penggemar karya aslinya, itu adalah perkembangan yang sempurna, kan?

Sudah diputuskan, sebaiknya kita cepat bertindak—aku ingin berkata begitu, tapi dalam hal apa pun terburu-buru itu tidak baik.

Aku tidak ingin mengganggu interaksi antara protagonis dan Leo yang ada dalam karya aslinya.

Episode pakaian renang dalam karya aslinya adalah episode yang sangat populer dan aku telah menontonnya berkali-kali. Karena itu salah satu bagian dari “Fusekoi” yang paling jelas kuingat, aku bahkan ingat setiap kata dari percakapan antara Raito Fusegawa dan Leo.

Dan jika ingatanku benar, setelah percakapan ini berakhir, ada sedikit interaksi dengan heroine, lalu adegan pun berubah. Kehidupan di sekolah tidak digambarkan sama sekali, dan waktu langsung melompat ke hari libur dan latar berubah ke pantai.

Dengan kata lain, adegan di sekolah dalam karya aslinya berakhir sampai di sini, dan giliran Leo muncul masih agak lama.

Seharusnya akan ada waktu luang di mana bahkan aku si antagonis bisa berbicara dengan Leo.

Baiklah, ayo berjuang.

Tepat saat aku memantapkan tekad, bel tanda pelajaran dimulai pun berbunyi.

Kesempatanku ada di jam pelajaran ketiga mapel olahraga.

Leo adalah anggota ekskul basket.

Pelajaran olahraga juga tentang basket. Itu adalah satu-satunya kesempatanku untuk mendekatinya.



Jam pelajaran pertama matematika dan jam pelajaran kedua bahasa Inggris berjalan sesuai rencana.

Hari ini juga, seperti kemarin, para guru mengawasiku dengan ketat.

Aku dengan mudah menjawab pertanyaan yang mereka ajukan dan mengikuti pelajaran dengan sangat serius, terus berperilaku teladan sebagai siswa yang tidak terlihat seperti karakter berandalan.

Dan sebelum jam pelajaran ketiga olahraga dimulai.

Sambil berganti pakaian ke seragam olahraga, aku memandang Leo dari kejauhan.

Rambutnya yang bersinar keperakan sangat menyilaukan, dan sosoknya yang berbincang dengan teman sekelas sambil tersenyum segar sangat fotogenik. Dan Raito Fusegawa si protagonis sedang berinteraksi dengan siswa lain, yang mana itu jarang terjadi.

Jam pelajaran ketiga olahraga adalah adegan yang sama sekali tidak diperlukan dalam cerita, waktu yang diperlakukan seperti deskripsi yang dilewati dengan memberi jarak antar baris.

Para siswi akan melakukan lari atletik di lapangan luar sehingga tidak ada heroine di gedung olahraga, dan hampir tidak ada kemungkinan perkembangan komedi romantis terjadi. Karena interaksi protagonis dengan Leo si karakter sahabat juga sudah selesai, mungkin ini adalah waktu bagi protagonis untuk membangun persahabatan dengan siswa lain di balik layar yang tidak digambarkan dalam karya aslinya.

Dan pelajaran olahraga adalah basket.

Itu adalah olahraga yang paling dikuasai Leo, dan aku berharap bisa berteman dengannya melalui basket ini.

Ini bisa dibilang momen kesempatan langka untuk berteman dengan Leo.

Aku tidak bisa melewatkan kesempatan ini dan aku pun menuju ke arah Leo.

Perkembangan dari sini tidak ada dalam karya aslinya. Ini adalah bagian yang sama sekali tidak digambarkan dalam cerita, dan apakah aku bisa berteman dengan Leo sepenuhnya tergantung pada kemampuan komunikasiku. Inilah saatnya aku perlu melakukan yang terbaik.

Aku memberanikan diri untuk berbicara dengan Leo.

“H-Hei. Kamu Kizaki-kun, kan?”

“Kamu, um… Shindou-kun, kan? Apa kamu ada perlu denganku?”

Ketika aku menyapanya dengan gugup, Leo menunjukkan sedikit keterkejutan.

Siapa pun pasti akan terkejut jika tiba-tiba diajak bicara oleh berandalan yang selama ini selalu membolos sekolah.

Namun, tidak seperti siswa lainnya, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda takut, dan dia menatap lurus ke mataku dengan matanya yang menyimpan cahaya kuat.

Seperti yang diharapkan dari karakter yang diberi imej teman ideal.

Dia tetap tenang bahkan di hadapan antagonis sepertiku.

Merasa ini mungkin akan berjalan lancar, aku memutuskan untuk melangkah lebih jauh.

“Aku baru mulai masuk sekolah kemarin, jadi rasanya tidak enak tiba-tiba mengajakmu bicara. Tapi, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan.”

“Aku juga terkejut kamu tiba-tiba masuk sekolah. Tapi, kamu mengikuti pelajaran dengan sangat serius, dan bisa menjawab dengan mudah pertanyaan apa pun yang diajukan guru. Sebenarnya aku cukup penasaran. Aku senang kamu mengajakku bicara duluan.”

Leo menjawab dengan senyum segar seperti itu.

Responnya di luar dugaan cukup positif.

Mungkin mengikuti pelajaran dengan serius kemarin dan hari ini membuahkan hasil.

Aku melanjutkan percakapan berdasarkan informasi tentang Leo yang kuingat dari karya aslinya.

“Sebenarnya, meskipun aku bolos sekolah, aku tetap belajar dengan rajin. Yah… tapi bukan itu yang ingin kubicarakan. Sebenarnya aku berharap bisa satu tim denganmu dalam basket hari ini.”

“Denganku? Boleh saja, aku tidak keberatan. Tapi aku penasaran, kenapa aku?”

“Kizaki-kun adalah pemain hebat yang menjadi pemain inti di ekskul basket sejak kelas satu, kan? Aku dengar kamu juga jadi pemain andalan yang aktif di turnamen prefektur saat SMP. Aku pikir bisa jadi latihan yang bagus untuk meningkatkan kemampuan basketku jika aku bisa bermain bersamamu. Kuharap kamu tidak keberatan.”

“Oh, begitu. Kamu ingin jadi lebih baik dalam basket. Kalau kamu ingin bermain bersamaku untuk itu, aku sangat senang. Ngomong-ngomong, posisi mana yang kamu inginkan?”

Hmm… untuk sementara aku ingin melihat bagaimana kamu bergerak dulu baru memutuskan. Aku masih belum tahu apa-apa.”

“Begitu ya. Kalau begitu, ayo kita pikirkan sambil berlatih bersama. Ayo lakukan yang terbaik, Shindou-kun.”

Luar biasa, kemampuan komunikasinya sungguh mengagumkan. Dia bisa menangani percakapan pertama dengan lancar dan tersenyum pada orang sepertiku yang terlihat garang dan benar-benar seperti berandalan. Dia ramah dan lembut.

Dan yang terpenting, dia tidak menggali terlalu dalam alasanku mendekatinya.

Dia benar-benar pandai dalam berkomunikasi dengan orang lain, ini benar-benar perilaku yang cocok sebagai karakter sahabat protagonis. Aku rasa aku juga harus belajar dari ini, mencoba menguasai sedikit kemampuan komunikasi ini sambil berinteraksi dengan Leo, untuk masa depan setelah keluar dari peran antagonis nanti.

Saat aku memikirkan hal-hal seperti itu, guru olahraga muncul, jadi kami segera berbaris dan pelajaran pun dimulai.

Pertama-tama kami berlari ringan mengelilingi gedung olahraga, lalu melakukan peregangan. Setelah itu, kami berlatih passing dan shooting, dan setelah selesai, kami akan membagi tim dan memulai pertandingan.

Leo terus bersamaku dan mengajariku mulai dari latihan passing dan shooting.

Dia mengajariku dengan teliti mulai dari cara men-dribble hingga cara memegang bola.

Aku sudah tahu dari melihat karya aslinya, tapi Leo benar-benar orang yang baik, dan aku sangat senang bisa melihatnya dari dekat.

Saat aku sedang berlatih dengan Leo, guru olahraga meniup peluitnya.

Sepertinya sudah waktunya untuk melanjutkan pelajaran dalam format pertandingan.

Pembagian tim tidak dilakukan secara acak, tapi guru olahraga memilih pemimpin tim, dan pemimpin itu memilih anggota dari teman sekelas. Tentu saja, Leo yang merupakan pemain inti ekskul basket ada di antara siswa yang dipilih sebagai pemimpin tim.

Mereka memilih anggota sambil berusaha agar pembagian tim seadil mungkin, tapi Leo langsung memilihku, menepati janji yang dibuat sebelum pelajaran dimulai.

“Kalau begitu, Shindou-kun akan satu tim denganku. Mohon bantuannya, ya.”

“Ya. Aku juga mohon bantuannya, Kizaki-kun.”

Setelah pemilihan anggota selesai, Leo memberiku rompi dengan warna yang sama, lalu menepuk pundakku dengan senyum segar dan berjalan menuju lapangan.

Raito Fusegawa si protagonis ada di tim lain. Dia menyemangati Leo dari pinggir lapangan.

Sambil memperkuat keinginanku untuk berteman dengan Leo seperti protagonis, aku melangkah ke lapangan tempat dia menunggu, menahan detak jantungku yang berdebar karena gugup.


Kemampuan Leo luar biasa.

Sementara siswa lain berusaha keras mengoper bola, dia sendiri melakukan pekerjaan tiga orang lebih. Begitu memegang bola, dia bergerak cepat, melewati pertahanan dan melakukan lay-up. Setiap kali dia mencetak skor, sorak-sorai terdengar dari sekitar.

Jika ada siswi di sini, pasti akan terdengar teriakan histeris.

Permainan Leo sangat mengesankan dan keren.

“Shindou-kun!”

“O-Ou!”

Aku menerima operan dari Reo, lalu men-dribble bola mendekati ring.

Namun jalanku diblokir oleh tim lawan, jadi aku mengambil keputusan cepat melangkah ke samping.

Pemain lawan terkecoh, dan memanfaatkan celah itu, Leo segera melewatiku dari belakang. Aku mengoper bola ke Leo sesuai dengan gerakannya, dan dari sana, Leo melepaskan tembakan ke arah ring dengan mulus.

Bola meluncur dalam lintasan parabola dan menembus jaring.

Sorak-sorai teman sekelas kembali bergema di gedung olahraga.

Setelah itu, Leo terus menunjukkan kehebatannya, dan pertandingan dimenangkan telak oleh tim kami.

Dengan nafas terengah-engah dan bermandikan keringat, aku meninggalkan lapangan dan duduk bersandar di dinding gedung olahraga.

Leo, yang dipercaya menjadi pemain inti ekskul basket sejak kelas satu, benar-benar menunjukkan kehebatan yang mengagumkan. Siswa dari tim lawan juga sepertinya mengakui kemampuan Leo, dan setelah pertandingan selesai mereka memujinya.

Ngomong-ngomong… tubuh Ryuusuke Shindou yang kutempati ini cukup luar biasa.

Aku, yang di kehidupan sebelumnya sama sekali tidak punya bakat olahraga, bisa memberikan passing yang bagus sesuai dengan gerakan Leo dan bahkan bisa mencetak skor. Padahal aku hampir tidak punya pengalaman bermain basket.

Sebelum aku bereinkarnasi ke sini, Ryuusuke Shindou rajin berolahraga otot.

Karena itu juga dia bisa bermain dengan tenaga, dan karena kekuatan kakinya bagus, dia juga bisa bergerak cepat.

Yang terpenting, tubuh ini bisa bergerak sesuai keinginanku. Aku bisa mengoper dengan tepat ke arah yang kutuju, dan ketika aku menembak, bola masuk ke jaring sesuai yang kubayangkan.

Mungkin tubuh ini menyimpan bakat sebagai atlet. Tapi, kelemahannya adalah nafasku cepat habis karena merokok. Aku rasa jika aku bisa memulihkan kesehatan tubuh ini dan berlatih dengan giat, mungkin aku bisa berkembang ke level yang cukup bagus.

Saat aku memikirkan hal-hal seperti itu, Leo berlari mendekat.

Dia duduk di sebelahku sambil menunjukkan senyum segar.

“Kerja bagus, Shindou-kun. Bagaimana menurutmu pertandingan tadi?”

“Sudah lama aku tidak berkeringat seperti ini. Dan Kizaki-kun, kamu luar biasa, ya. Aku sudah dengar rumornya tapi tidak kusangka sampai seperti itu…”

“Lupakan soal aku, yang lebih penting adalah kamu. Apa kamu benar-benar pemula? Sebagai orang yang selama ini terus bermain basket, aku terkejut karena passing-mu sangat akurat. Selain itu, kuda-kuda shooting-mu juga bagus dan hampir tidak meleset, kamu jelas berkontribusi besar dalam kemenangan tim.”

“Rasanya malu dipuji oleh Kizaki-kun yang pemain inti ekskul basket.”

“Tapi, memang seperti itulah kenyataannya. Yang terpenting, kamu mengamati seluruh lapangan dengan baik, memahami pergerakan semua pemain dan bisa menilai dengan tepat permainan yang diperlukan saat itu. Karena kamu bisa melakukan itu, aku juga bisa bergerak dengan tenang. Aku berterima kasih padamu. Terima kasih, ya.”

“…A-Aku juga berterima kasih padamu, Kizaki-kun. Karena dalam pertandingan tadi kamu selalu ada di tempat yang tepat di saat yang tepat. Tanpamu, permainan seperti itu pasti tidak mungkin terjadi.”

“Itu berlaku untuk kita berdua. Kamu selalu berada di posisi yang memudahkanku untuk menyerang, kan? Berkatmu, aku bisa bergerak lebih baik dari biasanya. Aku senang bisa satu tim denganmu.”

“H-Haha… rasanya malu mendengar itu.”

Ketika aku menggaruk pipiku karena malu, Leo tertawa kecil.

“Ternyata kalau bicara denganmu, kamu sangat berbeda dari kesan pertama. Jujur saja, waktu kamu menyapaku sebelumnya, aku agak waspada. Yah, soalnya kamu jarang masuk sekolah dan cukup terkenal. Aku pikir kamu orang yang lebih kasar.”

Wajar saja, sih.

Meskipun Leo adalah karakter sahabat yang berkemampuan tinggi, dia tetap siswa SMA biasa. Menurutku, reaksinya itu wajar.

Penampilan Ryuusuke Shindou benar-benar seperti berandalan yang garang, dan sebelum aku bereinkarnasi ke sini, dia memang menjalani kehidupan yang benar-benar terjun ke dunia berandalan sesuai penampilannya itu.

Selain itu, tidak ada hubungan pertemanan sama sekali antara aku dan Leo sebelumnya.

Wajar saja jika dia waspada ketika tiba-tiba disapa oleh orang yang terlihat menakutkan seperti ini.

Menurutku, yang hebat dari Leo adalah kemampuannya untuk berperilaku dengan cara yang tidak membuatmu merasa seperti itu.

“Tapi setelah berbicara denganmu, ternyata rasanya sangat berbeda. Kamu sangat sopan, dan juga santun. Karena itu aku ingin minta maaf. Maaf karena telah salah paham tentangmu.”

“Tidak, tidak, Kizaki-kun, kamu tidak perlu minta maaf. Justru aku berterima kasih karena kamu jujur mengungkapkan perasaanmu, dan yang terpenting, aku tidak menyangka kamu mau berbicara denganku dengan baik tanpa menolak meskipun orang sepertiku tiba-tiba menyapamu. Jadi aku benar-benar senang bisa mengobrol denganmu.”

“Ahaha, Shindou-kun. Kata-kata itu, aku kembalikan persis padamu. Aku juga senang bisa mengobrol denganmu. Oh ya, panggil saja aku Leo. Aku tidak terlalu terbiasa dipanggil dengan nama keluarga.”

“Kalau begitu, panggil saja aku Ryuusuke. J-Jangan ragu memanggilku begitu.”

“Baiklah, Ryusuke. Mohon bantuannya mulai sekarang, ya.”

Sambil berkata begitu, Leo tersenyum segar dan mengulurkan tangan kanannya.

Aku ragu sejenak tapi memutuskan untuk menjabat tangannya.

“Aku juga mohon bantuannya, Leo. Aku harap kita bisa berteman baik mulai sekarang.”

“Tentu saja, mari kita berteman baik. Oh iya, karena kebetulan kita sudah berteman seperti ini, bolehkah aku memperkenalkanmu pada salah satu temanku?”

“Eh…?”

Aku punya firasat buruk. Teman yang ingin diperkenalkan Leo, seperti yang sudah kuduga, adalah dia.

Leo mengalihkan pandangannya ke lapangan tempat pertandingan sedang berlangsung.

Yang terlihat di ujung pandangannya adalah Raito Fusegawa, protagonis dunia ini.

“Lihat, Raito Fusegawa yang sedang bertanding itu. Dia yang memakai rompi nomor 8. Raito adalah sahabatku. Yah, meskipun kami baru berteman sejak SMA, tapi kami cocok dan menyenangkan ketika bersama.”

“H-Hee… begitu ya.”

“Mungkin agak sulit untuk menyapanya di kelas karena dia selalu dikelilingi wanita, tapi aku yakin Ryuusuke juga bisa cepat akrab dengannya.”

“Y-Yah, entahlah…”

Jika pembicaraan ini berlanjut, mungkin ini akan jadi sedikit gawat.

Aku ingin berteman dengan Leo, tapi aku berusaha untuk tidak melakukan kontak dengan protagonis sebisa mungkin.

Protagonis dan antagonis seperti air dan minyak. Mereka bermusuhan dan bertentangan, kadang-kadang menjadi sekutu, tapi pada dasarnya hubungan mereka tidak baik.



Dan dalam kasus Ryuusuke Shindou di “Fusekoi”, dia ditakdirkan untuk keluar dari cerita sebagai antagonis tanpa pernah bisa saling memahami dengan tokoh utama.

Aku memang berpikir hal-hal seperti ini pasti akan terjadi jika aku berteman dengan Leo, tapi ini masih terlalu dini bagiku untuk diperkenalkan padanya.

Bahkan jika Leo memperkenalkanku pun, aku sama sekali tidak bisa membayangkan berteman dengan protagonis, jadi sebaiknya aku menyadari bahwa aku adalah antagonis dan menghindari kontak dengan protagonis.

“Maaf, Leo, sebenarnya aku… um…”

Bagaimana caraku bisa keluar dari situasi ini… Saat aku ragu-ragu memikirkan hal itu, Leo menatap wajahku dan tersenyum lembut.

“Melihatmu, aku agak mengerti. Kamu tidak nyaman dengan Raito, kan?”

“…!?”

Aku tanpa sadar membelalakkan mata. Sepertinya dia menebak apa yang aku pikirkan sebelum aku mengatakannya.

“Sebenarnya ini tidak jarang. Beberapa temanku juga seperti itu, jadi aku bisa mengerti dengan mudah saat melihat reaksimu, Ryuusuke.”

“Benarkah? Ada orang lain yang tidak nyaman dengan Fusegawa?”

“Yah, begitulah. Raito selalu bersama anak perempuan, dan dia jarang berbicara dengan siswa laki-laki lain. Selain itu, dia memiliki aura yang unik. Jadi banyak orang merasa sulit untuk mendekatinya.”

Mungkin yang dipancarkan oleh Raito Fusegawa itu adalah semacam aura protagonis.

Protagonis dalam komedi romantis hampir tidak pernah berbicara dengan karakter figuran.

Yang mengelilingi protagonis biasanya adalah gadis-gadis cantik seperti heroine, atau jika laki-laki, karakter sahabat yang tampan seperti Leo, atau karakter pendukung yang unik dan menarik.

Karakter figuran adalah latar belakang untuk memberi keaslian pada cerita, dan mereka yang secara tidak sadar memahami peran itu, serentak menjawab, “Aku tidak nyaman dengan Raito Fusegawa,” dan mencoba menjaga jarak.

Hasilnya, itu menciptakan dunia komedi romantis dengan Raito Fusegawa sebagai protagonis.

Itu menciptakan efek yang menonjolkan keberadaan protagonis.

Interaksi dengan karakter figuran yang hanya terlihat di waktu yang tidak diceritakan dalam karya aslinya pasti merupakan tindakan yang diperlukan agar protagonis tidak terkucilkan di kelas. Dengan menciptakan ikatan yang minimal, protagonis juga dapat menyatu dengan lingkungan sekolah yang menjadi latar cerita.

(Aku mengerti. Seperti yang kuduga, protagonis dalam dunia komedi romantis memang sosok yang istimewa.)

Pokoknya, jika Raito Fusegawa memiliki aura yang menjauhkan karakter figuran, aku juga harus mengikuti alur itu. Jika aku mengatakan bahwa aku juga tidak nyaman dengan Raito Fusegawa dan mencoba menjaga jarak darinya seperti karakter figuran lainnya, Leo sebagai karakter sahabat pasti akan mengerti.

“Kau benar, Leo. Aku juga tidak terlalu nyaman dengan Fusegawa, jadi aku tidak terlalu ingin berhubungan dengannya…”

“Ternyata kau juga begitu, ya, Ryuusuke. Ya, ya, kalau kau tidak nyaman, aku tidak akan memaksa, jadi santai saja. Selain itu, aku ingin berteman lebih dekat denganmu mulai sekarang.”

Aku merasa lega mendengar kata-kata itu.

Sepertinya aku bisa merasa aman bahwa aku tidak akan terlalu dekat dengan protagonis. Jika Leo membantu mencegah aku dan Raito Fusegawa untuk tidak terlalu dekat, aku bisa terus berteman dengan Leo dengan tenang.

“Oh, sepertinya pertandingan Raito sudah selesai. Aku akan pergi sebentar.”

“Ya. Sampai jumpa lagi.”

“Terima kasih. Sampai nanti.”

Setelah berkata begitu, Leo menjauh dariku.

Aku menghela nafas pelan sambil memandang sosok Leo yang sedang mengobrol dengan Raito Fusegawa yang bersimbah keringat.

(Akhirnya aku bisa mendapatkan teman…)

Antagonis yang terkucilkan di kelas akhirnya mendapatkan teman pertamanya. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam karya aslinya, dan bisa dianggap sebagai kemajuan besar bagiku yang ingin keluar dari peran antagonis dan menjalani masa muda yang bahagia.

Sambil merasakan rasa pencapaian yang pasti, aku mengikuti sisa pelajaran olahraga dengan serius.



Rabukome no Akuyaku ni Tenseishita Ore wa, Oshi no Hiroin to Seishun wo Tanoshimu Bahasa Indonesia [LN]

Rabukome no Akuyaku ni Tenseishita Ore wa, Oshi no Hiroin to Seishun wo Tanoshimu Bahasa Indonesia [LN]

ラブコメの悪役に転生した俺は、推しのヒロインと青春を楽しむ
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2024 Native Language: Jepang
"Aku ingin selalu berada di sisimu" - Sebuah komedi romantis tentang mengulang masa muda dengan pemeran utama yang bereinkarnasi sebagai antagonis dan heroine favoritnya!
Aku pingsan karena bekerja terlalu keras di perusahaan gelap, dan ketika membuka mata, aku bereinkarnasi ke dalam dunia karya komedi romantis favoritku. Sebagai antagonis yang akan hancur - Ryuusuke Shindou.
Dengan harapan bisa mengulang masa muda di sekolah impian, aku bersumpah untuk memperbaiki diri menggunakan pengetahuanku tentang cerita aslinya. Di sana, aku bertemu dengan gadis cantik yang juga memikul takdir sebagai antagonis - Mashiro Amanatsu.
Untuk menyelamatkannya dari masa depan kehancuran, aku mencoba menjaga jarak, namun-- "Aku ingin berada di sisi Ryuusuke!" Mashiro berharap untuk tidak berpisah dariku apapun yang terjadi.
Dengan heroine yang luar biasa seperti itu, aku hanya punya satu keinginan. Bahkan antagonis pun ingin mengalami masa muda yang indah, kan?
Komedi romantis populer tentang reinkarnasi menjadi antagonis dan mengulang masa muda, dimulai di sini.

Comment

Options

not work with dark mode
Reset